🍁🍁🍁
Soraya telah siap dengan pakaian bagusnya, juga make up minimalis yang menghias wajahnya. Hari ini dia tampil feminim dan anggun dengan dres panjang bunga bunga yang dibelikan Damar untuknya ketika dia berulang tahun beberapa bulan lalu. Soraya sengaja memakai dres itu saat jalan dengan teman prianya untuk mengetahui bagaimana reaksi Daddy-nya.
"Mau pergi kemana kamu?" Damar mengamati soraya dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Mau jalan jalan sama teman," sahut Soraya.
"Dengan pria yang waktu itu?"
"Iya,"
"Ganti pakaianmu, kalian akan pergi naik sepeda motor tapi kamu memakai dres seperti itu. Ganti pakai celana panjang dan kemeja longgar saja,"
"Tapi Dad,"
"Kalau kamu tidak mau berganti pakaian maka aku tidak akan membiarkan kamu pergi!" Ancam Damar.
Soraya mematuhi perintah Damar, dia kembali ke kamarnya dan mengganti pakaiannya. Tentu saja dengan perasaan kesal dan dongkol, karena Soraya paling tidak suka diatur oleh orang lain.
"Dia Ayah angkat ku, tapi kelakuannya sudah seperti pacarku saja," gerutu Soraya lirih.
Usai mengganti pakaian, Soraya keluar dari rumah dan melesat pergi dengan teman prianya. Tidak seperti sebelumnya, Damar mulai memberi sedikit kebebasan pada Soraya. Damar sadar, putri kecilnya sudah besar dan bukan anak anak lagi.
Bimo sengaja memacu kendaraanya dengan kecepatan tinggi, tentunya agar Soraya semakin erat memeluk tubuhnya. Soraya merasa biasa saja saat memeluk tubuh temannya itu, tapi Bimo merasa hatinya berbunga bunga.
Ingin rasanya dia berlama lama diatas motor agar bisa lebih lama dipeluk oleh Soraya, sayangnya tempat yang mereka tuju sudah ada di depan mata.
Taman kota X, dengan hutan mini dan danau buatan di dalamnya. Menjadi tempat paling enak untuk rekreasi dan nongkrong bersama teman atau keluarga.
"Cari bakso malang dulu yuk, lapar," ucap Soraya sambil mengelus perutnya yang datar.
"Memangnya tadi kamu belum makan di rumah?"
"Belum, aku tidak selera makan dirumah,"
Bimo tersenyum, dia tau kalau Soraya dan Daddy-nya pasti sedang bertengkar. Dua manusia itu entah kapan bisa hidup akur dan harmonis, tinggal seatap tapi tiada hari tanpa bertengkar.
Bimo tiba tiba saja menggandeng tangan Soraya saat turun dari motor, Soraya tak menaruh curiga, karena memang Soraya kalau berjalan lambat seperti kura kura. Mungkin Bimo takut Soraya tertinggal jauh dibelakang dan tak bisa mengimbangi langkah kakinya.
"Soraya, ada yang mau aku bicarakan sama kamu," Bimo memasang wajah serius.
"Bicara soal apa? Kok kelihatannya serius sekali?" Soraya merasa sangat penasaran.
"Emh... Aku suka sama kamu. Kamu mau tidak jadi pacar aku?" Tanya Bimo.
Langkah kaki Soraya seketika terhenti, Bimo pun mengikutinya. Dia tak menyangka pria yang sudah dia anggap seperti saudara sendiri malah menaruh perasaan padanya selama ini.
"Jangan bercanda kamu, tidak lucu!" Oceh Soraya.
"Aku tidak bercanda, aku serius," ucap Bimo dengan nada sungguh sungguh.
"Maafkan aku, aku tidak bisa menerima perasaanmu itu. Aku mencintai pria lain,"
"Siapa pria beruntung itu? Apa aku mengenalnya?"
"Rahasia."
🍁🍁🍁
Raut wajah Bimo berubah menjadi masam semenjak ditolak oleh Soraya, tapi dia masih bersedia mengantar Soraya pulang ke rumahnya dengan selamat dan tanpa lecet sedikitpun. Soraya tau bagaimana rasanya ditolak oleh seseorang yang dicintai, semoga Bimo hanya perlu sedikit waktu saja agar rasa sakit hatinya pulih.
"Terimakasih ya, kamu sudah mau mengantar aku pulang. Maaf, aku sudah membuat hatimu terluka," ucap Soraya.
"Tidak apa apa, lagi pula perasaan tidak bisa dipaksakan bukan?"
Soraya memeluk Bimo untuk memberinya kekuatan, tanpa dia tau sejak tadi Damar sedang memperhatikan kelakuannya dari balik tirai jendela.
"Aku berharap kita masih bisa menjadi teman baik," ucap Soraya.
"Tentu saja," Bimo mencoba menahan air matanya agar tidak mengalir.
Usai berpamitan, Soraya masuk ke dalam rumah dan Bimo langsung pergi dari halaman rumah besar itu. Soraya kaget saat melihat Damar sedang bertolak pinggang sambil melotot, dia terlihat sangat menakutkan seperti dakocan.
"Sudah mulai genit pada pria ya? Berpelukan gelap gelapan," sindir Damar.
"Daddy sendiri bagaimana? Bukannya Daddy dan Tante girang itu sama juga suka berpelukan gelap gelapan?" Sindir Soraya balik.
Damar mendesis kesal, dia merasa seluruh tubuh dan onderdil yang ada didalamnya terbakar. Rasa panas menjalar dan sulit dikendalikan, dia benar benar tidak suka Soraya menyentuh pria lain apa lagi memeluknya.
"Kenapa menatapku seperti itu? Jangan bilang kalau Daddy cemburu pada Bimo," tuduh Soraya.
Tiba tiba saja Damar menarik lengan Soraya, mendekap tubuhnya lalu mencium b*birnya secara membabi buta. Awalnya Soraya menolak, tapi lama kelamaan dia menikmati permainan dari Ayah angkatnya itu.
Aksi panas mereka terpaksa harus disudahi saat mendengar suara langkah kaki seseorang menuruni anak tangga. Itu pasti Kakek Budi, tak mau dipergoki melakukan perbuatan mesum Damar dan Soraya langsung saling menjaga jarak.
Soraya menempelkan wajah malunya ke dinding, sementara Damar menatap langit langit rumahnya.
"Kalian berdua sedang apa?" Tanya Budi.
"Aku sedang memeriksa apakah cat tembok rumah ini ada yang mengelupas," sahut Soraya.
"Kalau aku sedang memeriksa apakah atap rumah ini ada yang bocor," sambung Damar.
"Mereka berdua aneh sekali, terlihat gugup dan konyol. Pasti ada sesuatu yang mereka berdua sembunyikan, aku harus mencari tahu." Batin Budi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments