Bukan tentang kata yang di ucapkan oleh orang itu, tapi tentang suara. Suara ini sangat tidak asing, namun sudah lama tak ia dengar. Dengan perlahan Cla membuka matanya yang tertutup rapat. Menatap ke arah cermin dengan mata yang membuka lebar dan tubuh yang sedikit bergetar saking takutnya.
Sang gadis hanya melihat kedua tangannya yang terkunci oleh tangan kiri seseorang. Lalu melihat mulutnya yang tertutup oleh tangan kanan seseorang yang tak ia kenali. Dadanya pun terlihat kembang kempis akibat nafas yang terengah di sela-sela rasa takutnya.
Namun wajah lelaki yang menyekapnya itu sama sekali tidak terlihat dari pantulan cermin. Hanya ujung-ujung rambut berwarna cinnamon brown saja yang terlihat dari atas kepalanya. Karena tinggi lelaki itu berbeda dengannya. Namun dapat ia rasakan jika lelaki itu tidak sedang berdiri tegak.
Cla mengamati jam tangan kiri yang di kenakan orang itu. Dan ia bisa dengan mudah mengenali, jika jam tangan itu original brand yang tidak sembarang orang bisa memilikinya. Jadi yang menyekapnya pastilah bukan seorang penculik, jambret atau apalah.
"Hemmmh!!" jerit Cla tertahan di tenggorokan, sembari melirik ke kanan, namun wajah itu sama sekali tak terlihat, Bahkan pantulan cermin hanya menunjukkan pintu-pintu toilet, dan jaket yang di kenakan laki-laki itu. Tak sabar rasanya ia ingin segera tau, siapa pemilik tubuh di belakang nya ini.
"Ini aku, Cla..." bisik suara itu lagi. "Aku akan melepaskan kamu, tapi please... Jangan berteriak..." lembut ia berucap tanpa mengubah posisi wajahnya yang meringsek rambut pirang. Mencium setiap keharuman yang menguar dari setiap helainya.
' Suara ini... Suara... '
Batin Cla dalam hati. Tubuh yang nyaris gemetar, kini benar-benar gemetar karena sudah mulai mengingat siapa pemilik suara ini.
Dada yang semula kembang kempis karena nafas yang bercampur dengan rasa takut, kini justru seolah menahan nafas dan yang menguarkan rindu yang sudah lama ia simpan. Akibat perasaan yang tiba-tiba menjadi satu kegugupan yang luar biasa.
Jantung yang semula berdetak kencang karena panik. Kini justru berubah menjadi debaran hebat yang tak tertolong lagi. Ada sesuatu yang mengoyak di dalam sana. Ada sesuatu yang membuat lidahnya seketika tercekat.
Hingga Cla merasakan kepala lelaki yang menyekapnya bergerak ke arah kanan. Dan ia pun reflek melihat ke arah kanan, melalui pantulan cermin. Menunggu kepala itu muncul di sisi kanan kepalanya dengan jantung yang semakin berdebar hebat.
Ia beharap satu nama yang ada di dalam pikirannya saat ini benar adanya.
Dada sang gadis semakin berdegup kencang saat tangan kanan yang menutup mulutnya mulai mengendur seiring dengan dirinya yang tidak memberontak, dan kepala laki-laki itu bergerak ke kanan.
Tubuh yang semula meronta pun kini justru menegang tidak karuan. Membeku bagai bongkahan batu es di antara hamparan salju. Hanya mata bundar saja yang bergerak-gerak, menanti seseorang itu menunjukkan wajahnya.
Sampai akhirnya pelipis laki-laki itu terlihat dari pantulan cermin, dan di susul dengan mata bagian kanan sang lelaki. Hingga terlihatlah separuh wajah pemuda yang berada di belakangnya.
Clarice yang sudah membuka matanya lebar sebelum ini, kini semakin terbelalak dengan mulut yang reflek terbuka lebar pula. Dan langsung ia tutup menggunakan dua telapak tangan yang semula di kunci oleh laki-laki itu.
"Ini aku, Cla..." ucap sang pemuda mengulang, menatap lembut pantulan mata Cla yang seperti masih shock berat dengan kemunculannya yang mendadak.
"A..." mulut Cla terbuka hendak menyebut nama sang pemuda, namun satu kata itu seolah sulit untuk keluar dari mulutnya.
"Ar..." lidah Cla terasa sangat kaku, bagai air yang membeku menjadi es batu dan tak kunjung mencari, meski tubuh itu di apit oleh tangan kekar seorang lelaki.
"Ka..ka..ka.. kamu..." Cla menelan ludahnya dengan sangat susah. "Ar..Arsen!" ucapnya berhasil menyebut satu nama dengan dada yang semakin naik turun tidak karuan. Bahkan nafasnya ikut keluar dari mulut saking shock nya melihat siapa yang ada di cermin.
"Hemmm... ini aku... Cla.." ulang Arsen menunjukkan semua wajahnya pada sang gadis.
Tangan yang semula mengunci tubuh Cla, kini turun dan menubruk tepian wastafel, tepat di sisi kanan dan kiri tubuh sang gadis.
Wajah tampannya menatap lembut Cla dari pantulan cermin. Dan sesekali ia melirik, dan melihat secara langsung wajah cantik Cla yang ada di sisi kiri rahangnya.
Dan apa yang di lakukan Arsen semakin membuat darah Clarice membeku dan tak berkutik. Begitu gugup dan bingung.
Ingin membalikkan badan, tapi jarak ini terlalu dekat dan sempit akibat tangan Arsen yang seolah membatasi pergerakannya. Dan punggungnya yang masih menempel sempurna di dada bidang seorang Arsenio Wilson.
"Ka...kamu.... ba... bagaimana...." Clarice tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Sang gadis masih membeku dalam tatapan yang menghabiskan waktu hingga beberapa menit lamanya.
"Maafkan aku, Cla..." bisik Arsen begitu serius, seolah keluar langsung dari hatinya.
Saat Arsen mengucap maaf di dekat telinganya, saat itulah sesuatu semakin menghujam jantungnya. Bukan sakit yang di rasa, tapi sesuatu itu seolah memecahkan sesuatu pula yang membelenggu hatinya.
"Bagaimana kamu... bisa... ada di sini?" tanya Cla sampai menelan ludah berulang kali dengan sangat gugup hingga berucap pun menjadi tergagap.
Arsen terdiam untuk sesaat, dengan setengah menunduk. Ia hanya menarik nafas panjang, dan kemudian menghelanya hingga mengenai pundak Clarice, dan ceruk leher Cla. Kemudian desiran aneh terasa di tubuh Cla, dan membuatnya semakin bingung harus berbuat apa.
Arsen mulai sedikit bereaksi, tangan yang semula bersandar dengan cara seolah mendorong wastafel, kini terangkat menyentuh lengan Cla dan memutar tubuh ramping itu, membuat dua anak manusia kini saling berhadapan dengan jarak yang sangat dan teramat dekat.
Setelah berhasil membalikkan tubuh Cla dengan sempurna, Arsen kembali menyandarkan tangannya seperti semula. Dan itu membuat Cla kembali terkurung dengan posisi yang justru semakin membuatnya ingin pingsan saja karena kehabisan nafas.
Karena ia sungguh tidak sanggup merasakan semua ini secara mendadak. Setelah sekian tahun lamanya, dan setelah ia mencoba untuk mencari suasana baru.
Dan kini... dengan sangat jelas ia bisa melihat wajah tampan seorang Arsenio Wilson di depan mata, dengan jarak wajah yang tidak lebih dari satu jengkal saja.
Wajah ini... dulu saat acara perpisahan sekolah masih terlihat sangat kekanak-kanakan. Tapi sekarang... garis tampan yang di miliki sejak lahir semakin jelas terlihat, dan semakin terlihat dewasa.
Cla mengamati setiap inchi dari wajah di hadapan. Mata itu tetap indah dan mengagumkan. Hanya rambutnya saja yang terlihat jauh berbeda. Tapi warna yang di pilih sang pemuda sangat cocok dengan garis wajah, warna kulit dan juga ketampanannya yang nyaris sempurna.
Sedikit banyak Arsen tidak terlalu banyak mengalami perubahan wajah. Hanya tinggi badannya saja yang semakin jelas terlihat di mata Clarice.
Ruang toilet yang memang tidak terlalu besar, kini semakin terasa sempit dengan udara yang seolah semakin menipis. Ketika pandangan matanya turun, dan menatap lurus ke depan.
Dimana tepat di depannya adalah leher jenjang Arsen. Dengan sangat jelas ia bisa melihat jakun yang bergerak naik turun, dengan berlapis kulit putih nan mulus.
Glek!
Clarice kembali menelan ludahnya dengan sangat susah. Karena jakun sang pemuda terlihat sangat menawan dan perempuan normal pasti tidak luput melihat satu bagian tubuh ini.
"Aku sudah melihatmu di area parkir..." jawab Arsen lirih, lembut dan pandangan mata yang tak lepas dari wajah cantik Cla. "Aku mengikuti kalian, sampai akhirnya.. aku memiliki kesempatan untuk menemui mu..."
Cla yang tinggi badannya masih di bawah Arsen, bisa dengan jelas melihat bibir Arsen yang bergerak untuk menjawab pertanyaannya.
"Kamu..." Cla kembali tergagap ketika merasakan semua benar-benar nyata.
...🪴 Bersambung ... 🪴...
✍️ Ngobrol dikit ya, Kak...
Kalau di tanya kenapa sekarang episode nya pendek, itu karena sejak bulan Juni kemarin aturan dari NT itu beda, Kak.
Jadi, saat aku nulis Cinta yang Tak Ku Rindukan itu targetnya adalah 60 ribu kata perbulan. Dan sekarang target jumlah kata itu tidak sebanyak itu. Tapi di hitung per episode minimal 1.000 kata.
Sebagai seorang IRT dengan banyaknya aktivitas, target ini memang lebih memudahkan.
Oleh karena itu... sekarang per episode nya hanya Author buat 1000-1200 kata.
Maaf ya... Kalau jadi lebih pendek per episodenya... Karena aktivitas juga makin banyak 🙏🥰☺️
Salam manis, Lovallena ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Novi Agus
duh senengnya bisa ketemu dan semoga mengungkapkan perasaan mereka masing2 agar cepat jadian nich
2023-08-12
1
Selvianah Bilqis
arsenn cla,aku membayangkan adeganmu😘
hhhh bisa bernafas lega setelah bertemu..
liat besok lanjutannya oii
semoga author bisa doubel up lgi🤗
2023-08-11
1
Alya Marali
yes, Finally ketemu juga😍😍dag dig dug Clarice sama Arsen dah kangeeen berat bertahun2 lost contact. pasti bakalan gak bisa tidur ini mereka kalau sudah sampai dirmh😀, Updateee lagi besok ya Thor 🤗
2023-08-11
1