Duduk di meja perpustakaan sudah menjadi hal biasa yang di lakukan oleh Clarice sejak memasuki kampus yang menjadi tempat ia menuntut ilmu. Bukan berarti menarik diri dari lingkungan, hanya saja dengan belajar dan membaca, ia merasa cukup untuk melupakan rindu yang teramat pada cinta yang tak kunjung ia temukan.
"Gwen!" pekik Clarice ketika tiba-tiba gadis yang baru saja ia bicarakan dengan sang sahabatnya muncul begitu saja di sampingnya.
"Dari tadi?" tanya Gwen.
"Iya!" jawab Cla. "Baru selesai kelas?"
"Iya..." jawab Gwen yang langsung mengeluarkan ponselnya dan mengotak atik sekilas.
"Naufal bilang... dia menemukan tanda-tanda keberadaan Arsen." ucap Gwen kemudian.
"Iya..." jawab Cla dengan hati yang terus berharap supaya kali ini bukan harapan kosong belaka. Mengingat susahnya mencari informasi tentang Mahasiswa Columbia University. "Kapan Naufal bilang?"
"Tadi..." jawabnya. "Aku berharap kamu bisa segera bertemu dengan Arsen dan menjelaskan semuanya, Cla..." ucap Gwen dengan tulus.
"Ya, Gwen! Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya."
Gwen mengusap pundak Clarice dengan lembut. "Aku takut Arsen saat ini sudah berubah menjadi lelaki dingin, atau justru menjadi laki-laki pecicilan." gumam Gwen. "Asal jangan jadi lelaki brutal saja!"
"Jangan sampai!" sahut Clarice tergelak kecil.
Hahaha" gelak Gwen. "Kamu tau, Cla?" ucap Gwen tiba-tiba dengan raut wajah yang cerah dan penuh semangat.
"Apa?"
"Bulan depan aku akan mengikuti kompetisi dunia yang di adakan di Brazil!" ucap Gwen dengan senyum bangganya.
"Kompetisi apa?"
"Programming!" jawab Gwen. "It's my dream!" Gwen bertepuk tangan kecil di depan dadanya.
"WOW!" seru Cla menoleh Gwen dengan tatapan kagumnya. "Tim kampus kita lolos mewakili Indonesia?"
"YES!" seru Gwen sangat senang. "Kamu benar! Kami akan berkompetisi di tingkat dunia. Untung skripsi ku sudah aku selesaikan! Tinggal pengajuan, dan semoga lulus dengan baik!"
"Selamat ya, Gwen.... Kamu memang hebat!" Cla memeluk Mahasiswi yang paling dekat dengan nya selama tiga tahun lebih ini.
"Tentu saja!" sahut Gwen terkekeh.
Gwen Arabella, kekasih Naufal sejak kelas XII Senior High School itu kini satu kampus dengan Clarice. Bedanya Gwen mengambil jurusan Teknik Informatika, sedangkan Clarice Psikolog.
Sehingga kini sahabat terdekat Clarice adalah Gwen, bukan Hanna. Karena keduanya nyaris bertemu setiap hari ketika sedang berada di kampus. Meski berbeda kelas, tak membatasi gerak mereka yang di dominasi untuk saling mengisi kehidupan mereka yang terasa sepi.
Jika Gwen tidak ada kekasih karena memang gadis itu dan Naufal menjalani Long Distance Relationship. Maka Clarice justru berjauhan dengan status hubungan yang tidak jelas dan tidak dapat di pamerkan pada siapapun juga.
# # # # # #
Hari kembali berlalu, makan malam di keluarga Kenzo Adhitama sudah tidak lengkap tentunya. Karena adik sambung Clarice yang bernama Galen Adhitama sejak lulus sekolah tahun ini, sudah tidak lagi berada di negeri ini.
Melainkan sang pemuda melanjutkan studi nya di Australia, untuk kemudian tinggal bersama sang Paman, Gilang Adhitama. Dan kini tengah menjalani semester pertamanya dengan sangat baik.
Ya, Galen Adhitama memang cukup pintar, bahkan bisa di katakan cerdas. Sehingga tidak salah jika sang Daddy menggadang-gadang dialah calon CEO di perusahaan miliknya kelak.
Mengenai Tuan Adhitama, atau pendiri Adhitama Group dan istrinya, saat ini mereka telah berusia lanjut tentu saja. Sepasang suami istri itu kini menjalani masa tua hanya dengan di rumah.
Kakek Adhitama kini mulai berjalan menggunakan tongkat. Sedangkan Nenek Nurita, bahkan sudah menggunakan kursi roda, karena penyakit di usia lanjut mulai menyerang sepasang suami istri ini.
Begitu juga dengan Mama Shinta. Mama dari Mommy Calina ini kini sudah terlihat sangat tua. Berjalan dengan sangat lambat, dan pandangan matanya mulai buram.
"Besok pagi, Daddy dan Mommy akan pergi LA." ucap Daddy Kenzo setelah acara makan malam usai. "Kalian di rumah baik-baik, ya?" pesan sang Daddy pada Cla dan Dygta yang kini sudah duduk di bangku kelas X Alexander International School.
"Yes, Daddy!" jawab Dygta.
"Tumben sekali Daddy dan Mommy pergi mendadak?" tanya Cla. "Kalau urusan bisnis juga biasanya Daddy pergi sendiri..."
"Aunty Janne kritis," jawab sang Ibu. "Rasanya sangat tidak pantas jika kami tidak menjenguknya, bukan?" jawab Mommy Calina. "Dia sangat baik pada kalian."
"Aunty Janne kritis?"
"Iya..." sahut Daddy Kenzo mengangguk.
"Memangnya Aunty Janne sakit apa?" tanya Dygta.
"Pinggulnya...." Daddy Kenzo terdiam, rasanya tidak bisa melanjutkan cerita ini pada sang putra bungsu. Beliau hanya berkedip dan menghela nafas kasar.
"Sakit yang di derita Aunty Janne berawal dari menolong Daddy di taman hiburan. Sesungguhnya Aunty Janne sudah membaik, karena di tangani dengan benar oleh dokter spesialis yang Daddy tanggung. Tapi beberapa hari yang lalu Aunty Janne dan suaminya mengalami kecelakaan parah, dan pinggul itu kembali retak kemudian... bermasalah..." lanjut Daddy Ken.
"Yaa Tuhan, kasian sekali Aunty Janne..." lirih Clarice prihatin.
"Ya... begitulah..."
"Daddy, boleh Cla ikut?" tanya Cla menatap lekat pada sang Ayah sambung.
Mendengar nama kota Los Angeles di sebutkan, meskipun Los Angeles dan New York tidaklah bersebelahan, tapi tidak ada salahnya untuk mengunjungi negeri Paman Sam, bukan?
Siapa tau takdir mempertemukan dirinya dengan Arsen. Meski dua kali ia mengunjungi negara itu saat liburan semester tidak pernah mendapatkan mimpinya menjadi nyata. Karena hanya 1 banding 1000 atau bahkan banding 10.000 untuk bisa bertemu dengan seseorang di luar negeri tanpa janjian, juga tanpa tau sedang berada di negara mana.
"No, girl..." jawab Daddy Ken. "Kamu kan masih harus menyempurnakan skripsi dan ujian semester 7."
Menunduk dalam, dan sang gadis hanya bisa mengangguk di kemudian. "Baiklah, Daddy. Salam saja untuk Aunty Janne. Semoga di berikan kesembuhan dan kembali membaik..."
"Ya, Daddy akan sampaikan."
"Kalau liburan semester nanti... Boleh tidak, Cla pergi berlibur dengan Naufal dan Gwen ke Amerika?" tanya Cla.
"Hah!" pekik Dygta. "Kak Cla mau pergi keluar negeri bersama sepasang kekasih?" tanya Dygta. "Mau jadi apa? obat nyamuk?"
Menghela nafas kasar, "Bukan begitu Dygta... Bukan hanya dengan Naufal dan Gwen. Tapi juga dengan teman yang lain. Masalahnya yang di kenal Daddy dan Mommy kan hanya mereka berdua."
"Oh..." Dygta mengangguk paham.
"Berlibur ke luar negeri tanpa orang tua yang mendampingi, apa itu ide yang bagus?" tanya sang Ibu yang memang selalu posesif.
' Sudah ku duga, jika Mommy atau Daddy pasti tidak akan mengizinkan. Sementara kalau Mommy No, sudah pasti tiga orang tua lainnya akan bilang No, juga! '
' Ok, Cla! Jangan mimpi terlalu jauh lagi. Cukup tunggu info dari Naufal saja. Semoga yang di ceritakan orang itu benar-benar Arsen! '
Gumam Clarice dalam hati.
"Cla tidak tau, Mommy... Tapi teman-teman banyak yang berlibur ke luar negeri bersama. Jadi Cla juga ingin." jawab Clarice menutupi keinginannya.
"Urusan teman kamu berlibur bersama teman atau pacarnya keluar negeri, itu adalah urusan mereka dengan orang tua mereka, dan juga kamu masih punya urusan dengan Mommy." jawab Mommy. "Kehidupan di luar negeri terlalu bebas. Mommy tidak suka anak-anak Mommy berlibur sendiri-sendiri tanpa di dampingi oleh Daddy ataupun Mommy."
"Apa bedanya dengan mereka yang berkuliah di luar negeri, seperti Kak Galen?" tanya Dygta. "Bukankah mereka juga akan bergaul dengan orang-orang sana, dan berbaur dengan gaya hidup orang-orang di sana?"
"Untuk itu, Daddy hanya memberi kalian dua pilihan untuk melanjutkan pendidikan. Di Indonesia dengan tetap tinggal bersama Daddy dan Mommy. Atau di Australia dengan mematuhi aturan yang di buat Uncle Gilang." jawab sang Daddy dengan tegas. "Urusan Naufal yang kuliah di luar negeri biar di urus orang tuanya. Yang penting anak-anak Daddy tetap dalam pengawasan Daddy atau Uncle Gilang."
Dygta mengangguk, dan membenarkan apa yang di katakan sang Daddy.
"Kamu ingin berlibur ke Amerika lagi?" tanya Daddy Ken.
"Bukan ingin lagi, Daddy... Tapi Cla hanya ingin berlibur bersama teman-teman keluar negeri. Jadi tidak hanya ke Dufan, Taman Mini, atau mall."
Menarik nafas panjang, sang Ayah sambung cukup pusing memang ketika harus menghadapi anak muda jaman sekarang. Apalagi sebelum ini ia tak punya saudara perempuan. Dna itu membuatnya cukup bingung bagaimana cara menjaga anak perempuan.
"Setelah selesai Sarjana, okay?" ucap Daddy Ken. "Setidaknya usia kau akan segera lebih bertambah..."
Cla berfikir sekilas, kemudian mengangguk setuju.
' Biarlah Naufal dulu yang memastikan benar Arsen atau bukan. Jika sudah benar bertemu, aku akan menyusul setelah selesai kuliah. '
Gumam sang gadis dalam hati, tanpa berfikir jika ia selesai kuliah, Arsen juga selesai. Lantas, apakah Arsen masih di sana kalau memang benar dia Arsenio Wilson?
# # # # # #
Harapan untuk bisa ikut sang Daddy ke Amerika telah kandas, dan pergi bersama Naufal juga sudah tidak mungkin untuk saat ini. Jadi biarlah dia memfokuskan diri untuk menyelesaikan kuliah terlebih dahulu.
Jam kuliah telah usai, Cla berjalan seorang diri, dan kali ini ia hendak menuju kantin kampus.
Kantin di Binus University memang tidak seperti kantin di kampus pada umumnya. Lebih seperti restauran di area food court yang ada di mall. Semua meja tertata rapi, dan semua gerai makanan berbaris dengan rapi dan bersih bak di mall.
Berjalan dengan setengah menunduk, tanpa di sadari saat sampai di tikungan ia menabrak seseorang yang juga hendak berbelok ke arahnya.
Brukk!
Tubuh kecilnya yang tinggi dan ramping, menubruk dada seseorang yang sigap memegangi kedua lengannya supaya tidak jatuh ataupun terjerembab ke arah yang tidak beraturan.
Sadar dirinya menabrak sesuatu, Clarice reflek mundur satu langkah dan menarik lengannya supaya tidak di pegangi orang yang ia yakini sebagai laki-laki. Ia bergerak dengan sangat cepat karena yang di tabrak hanya diam di tempat. Meski begitu apa yang terjadi sangat menarik perhatian Mahasiswi yang ada di sekitarnya.
Karena apa? Memang yang di tabrak hanya satu orang, tapi yang berada di belakang orang itu? Hmmm?
Bagai kawanan bodyguard yang mengamankan bos mereka dengan sangat hati-hati.
"Ops! Sorry!" reflek Cla menunduk tanpa melihat siapa yang di tabrak nya. Kedua tangan pun langsung reflek mengatup di depan dada.
"It's okay! aku juga salah..." ucap seseorang yang di tabrak Clarice.
Clarice sangat tidak asing dengan suara satu ini. Hanya saja ia tidak terbiasa untuk berinteraksi dengan pemilik suara ini.
Menyadari diri tidak lah sepadan, Cla menggeser tubuhnya, dan menempel pada dinding. Seolah meminta untuk orang yang baru saja bertabrakan dengannya melewati dirinya. Alias berjalan lebih dulu.
"Kamu saja yang duluan..." suara itu terdengar di ikuti dengan pemiliknya bergerak minggir.
Dan apa yang di lakukan orang itu membuat banyak gadis yang menyaksikan menutup mulut mereka yang tak percaya dengan apa yang mereka lihat di depan mata.
...🪴 Bersambung ... 🪴...
✍️ Kali ini siapa tabrakan sama Cla, coba? ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Selvianah Bilqis
yahhhh abis,,, sapa tuhh yak🤔
arsen kah atw vino kah😪😪
2023-07-25
1
Novi Agus
mudah2 an itu arsen yg ditunggu2 cla.dan cinta mereka bersatu lanjut Thor ceritanya seru.q sudah menunggu2 kelanjutan cerita nya
2023-07-25
1
Elicha
arsenio,,, muncullah
2023-07-25
1