Setelah mendaftarkan nomor kamar hotel pada petugas yang berjaga di pintu masuk area makan pagi, Arsen langsung masuk dan berbaur dengan penghuni hotel lainnya. Yang mana mayoritas di huni oleh anak muda seusianya yang tengah mengikuti kompetisi Coding code Olimpiade tingkat dunia.
Arsen dan James mulai menyusuri satu persatu meja yang berjajar cukup banyak, untuk menyediakan berbagai jenis menu sarapan yang bisa di ambil sendiri. Di mana salah satu baris meja bertuliskan Indonesian Food.
Yakni menyediakan rendang dan nasi goreng khas Indonesia.
Dua menu yang cukup di kenal dunia itu menjadi pilihan untuk beberapa orang yang ada di sana. Karena nyatanya bukan hanya rombongan Gwen dan Arsen saja yang berasal dari Indonesia. Melainkan beberapa Mahasiswa gabungan dari berbagai negara juga ada yang berasal dari Indonesia.
Salah satunya rombongan dari Jerman. Rombongn ini juga terdapat satu Mahasiswa yang berasal dari Indonesia.
Tidak beruntung ketika berkarya di negeri sendiri, belum tentu tidak beruntung ketika berkarya di luar negeri, bukan?
Arsen memilih rendang untuk menjadi menu sarapan pagi ini. Karena bagaimanapun keadaan yang ia hadapi, tetaplah membuatnya cukup merindukan tanah kelahiran yang sangat jarang ia kunjungi selama hampir empat tahun terakhir.
Padahal negara itu adalah tanah airnya, tapi sang pemuda memilih untuk jarang mengunjunginya. Entah sampai kapan...
Sejak meninggalkan Indonesia hampir empat tahun yang lau, di ketahui sang pemuda hanya dua kali mengunjungi Indonesia. Dan itupun hanya untuk tinggal tak lebih dari satu minggu lamanya.
Karena memang ada satu hal yang sedang sangat di hindari oleh sang pemuda. Yaitu bertemu dengan Clarice, dan cerita yang menyertai pemilik nama itu.
Sang pemuda belum siap untuk bertemu dengan seseorang yang ia anggap sudah berkasih dengan rivalnya dulu.
Meski diri pernah berjanji untuk selalu ada jika Clarice terluka dan membutuhkan, tapi nyatanya ia belum siap untuk muncul dalam kondisi hati yang masih harus berbenah ini.
Merasa diri tidak sebaik pilihan Clarice kala itu, membuatnya memilih untuk menghilang dari semua teman-temannya di Indonesia. Dan beralih dengan kehidupan yang baru, benar-benar baru.
Karena sang pemuda benar-benar menjauh dari tanah air sendiri. Bahkan kedua orang tuanya yang lebih sering mengunjunginya di New York, Amerika.
Setelah kuliah S1 ini berakhir pun, sang pembalap itu berencana untuk mengambil S2 di luar negeri lagi.
Lagi-lagi manusia bisa berencana, tapi tetap Tuhan yang menentukan segalanya. Entah, apa yang akan terjadi setelah hari ini. Hari yang penuh dengan rencana di masa depan.
Membawa menu makanan khas dari negeri sendiri, Arsen berjalan ke arah salah satu meja berbentuk lingkaran, dan saat itulah Gwen masuk ke dalam area lantai dasar yang di gunakan untuk makan pagi bersama para penghuni hotel yang lainnya.
Menyantap dengan cepat, dan sesekali terlihat mengobrol dengan beberapa temannya, tak lantas membuat sang pemuda tersedak.
"Kamu lapar atau bagaimana?" tanya James. "Makan cepat sekali!"
"Ini bukan tentang lapar... Tapi tentang mempersiapkan diri untuk besok. Kita tidak perlu terlalu lama di tempat seperti ini. Dari pada kita di sini, lebih baik kita berjalan-jalan di sekitaran hotel." usul sang pemuda. "Me-refresh otak kita!"
"Lihat!" Arsen menunjuk pintu masuk dengan menggerakkan dagunya tanpa menoleh pada area pintu masuk. "Pengunjung semakin ramai, kasian kalau mereka harus kesulitan mencari tempat duduk!" lanjutnya.
"Hem... ya! Kamu selalu benar, Sen!" jawab yang lain, dan langsung ikut memakan cepat tanpa melanjutkan obrolan.
Sementara Gwen, gadis itu tengah sibuk memilih menu sarapan yang sesuai dengan seleranya pagi itu. Sebagai penggemar makanan Jepang, Gwen akhirnya memilih sushi dengan ukuran kecil. Kemudian di tambah dengan mengambil nasi goreng di kedai yang sama dengan tempat rendang berada.
Puas memilih menu, sang gadis langsung membawa makanan itu ke salah satu meja, di mana di sana sudah ada satu temannya yang duduk lebih dulu di kursinya.
"Makan apa, Na?" tanya Gwen pada satu-satunya teman perempuan yang tergabung dengannya.
"Rendang!" jawab Ariana.
"Haa... Kita memang tidak bisa jauh dari Indonesia!" gumam Gwen.
"Ya!" sahut Ariana. "Kamu benar!" lanjutnya terkikik.
Tanpa di sadari Gwen, berjarak satu meja darinya adalah meja di mana bundar Arsen dan ke empat temannya tengah makan pagi juga. Hanya saja posisi keduanya saling membelakangi satu sama lain.
Sehingga tidak ada yang tau, jika ada dua anak manusia yang seharusnya saling mengenal di dalam ruangan yang sama, ketika berbaur dengan ratusan Mahasiswa yang berjubel di area makan pagi hotel bintang 5 itu.
Waktu terus berlalu, dan Arsen mengakhiri makannya dengan segelas air mineral, dan di lanjut dengan seteguk jus jambu.
"Ayo!" ujar Arsen, tentu saja dengan menggunakan bahasa Inggris.
Dan melangkah lah Arsen untuk kembali ke pintu keluar bersama dengan ketiga temannya. Empat pemuda tampan yang berasal dari negara yang berbeda.
Arsen berasal dari Indonesia. Dua temannya asli Amerika serikat, dan James sendiri berasal dari Guatemala.
Namun negara yang masuk ke dalam golongan Amerika tengah itu kali ini tidak mengeluarkan timnya. Atau tidak daftar untuk menjadi peserta olimpiade. Sehingga James tidak perlu sungkan dengan negara asalnya. Berbeda dengan Arsen.
Melintas dan berjalan santai di antara orang-orang yang tengah mencari meja untuk makan, membuatnya memilih untuk fokus mencari jalan keluar, tanpa menoleh pada orang-orang yang nyaris 99% tidak ia kenal.
Memang situasi saat ini tidak berdesakan, hanya saja sudah semakin ramai dari sebelumnya.
"Wow! Untung tadi kita cepat keluar, James!" ujar Arsen datar.
"Ya! Kalau tidak, kita bisa semakin pusing dengan keramaian ini!"
"Kita harus segera mencari tempat yang luas!" ujarnya.
"Taman hotel, cocok untuk sementara waktu!"
"Hemm... Boleh!"
DEG!
Suara Arsen yang terdengar cukup jelas menggunakan bahasa Inggris itu sampai ke telinga Gwen. Kekasih Naufal itu seketika menghentikan aksinya mengunyah makanan, dan langsung menajamkan pendengaran, dengan gerakan cepat ia menoleh ke kanan di mana sumber suara itu berasal.
"Ada apa, Gwen?" tanya Ariana menatap tertegun pada temannya.
Namun sang gadis tampak masih fokus mencari suara yang sangat tidak asing di telinganya meski menggunakan bahasa Inggris. Sampai gadis itu berdiri untuk menemukan di mana sumber suara berasal.
Namun banyaknya Mahasiswa yang seumuran dengannya membuat sang gadis kesulitan menemukan siapa pemilik suara itu. Matanya terus fokus melihat sekitar. Tapi apa daya, orang-orang yang ada tak satupun ia kenal selain Ariana.
Di tambah semua berasal dari negara yang berbeda-beda, dengan warna rambut dan paras wajah yang berbeda-beda pula. Tentu sangat sulit untuk menemukan seseorang yang mungkin ia kenal.
"Gwen?" panggil Ariana. "Kenapa?" tanya Ariana menggoyang lengan Gwen pelan.
"Hah?" Gwen menoleh ke arah kiri, ketika merasa tangannya di gerakkan oleh seseorang.
"Kamu kenapa?" tanya Ariana mengulang.
Gwen duduk dengan pelan, wajahnya masih terbengong mengamati sekitar. Otaknya bekerja keras untuk mengingat siapa pemilik suara ini. Ia merasa tidak asing, tapi juga merasa sudah lama tidak mendengarnya.
"Aku seperti mendengar suara seseorang yang tidak asing..." jawab Gwen kemudian.
"Suara seseorang?" tanya Ariana mengerutkan keningnya. "Kita sedang berada jauh dari Indonesia, Gwen! Sangat kecil kemungkinan kita bisa bertemu dengan orang yang kita kenal di sini tanpa janjian..."
"Aku tau... Hanya kemungkinan kecil semacam itu yang aku yakini ada saat ini."
"Memangnya mirip suara siapa?"
"Itulah yang aku lupa!" jawab Gwen kesal dengan dirinya sendiri.
Gwen masih terdiam dalam mengasah ingatannya. Ia sangat yakin jika sangat familiar dengan suara itu.
' Lantas suara siapa? '
Gumamnya dalam hati.
...🪴 Bersambung ... 🪴...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Novi Agus
lanjut Thor ceritanya kok singkat sekali
2023-07-28
1
Tati Hartati
msih mnceritakn prjlnkn yg msih brliku2,,😂😂😂😂✌✌✌
2023-07-28
1
herny Yulia
aaaahhh...rasanya singkat sekali, tahu2 udah to be continue 😑😑
2023-07-28
1