Di Ballroom hotel bintang 5, sebuah pesta mewah ala horang kaya di gelar untuk memperingati hari jadi pernikahan Gao Yaala, pengusaha yang berasal dari daratan China, kemudian berkembang pesat di tanah air. Dengan istrinya yang berdarah Indonesia tulen, Niken Yaala.
Kue tart setinggi satu meter berwarna putih, dengan angka 15 sudah di pajang sejak satu jam lalu di area tengah depan panggung mini.
Keluarga Kenzo Adhitama datang ketika jarum jam menunjukkan pukul delapan malam. Dan itu artinya di Brazil masih jam 10 pagi. Di mana momen lari-lari Gwen tengah berlangsung di sana.
"Daddy, Mommy? aku menunggu Felia di sini saja boleh?" tanya Cla menunjuk meja bundar yang berada di barisan paling belakang.
Daddy Kenzo menoleh kanan kiri untuk melihat situasi. "Boleh, tapi kalau mereka sudah datang langsung bawa ke meja kita di nomor tiga."
"Okay, Daddy!" jawab Cla dengan senang hati.
Maka duduklah gadis itu di meja paling belakang yang di peruntukkan untuk tamu umum. Cla duduk dengan membawa makanan khas Turki, yaitu kebab di piring kecil yang ia letakkan di meja.
Sembari memainkan ponselnya, Cla membuka pesan yang di kirim oleh Naufal. Jika sang pemuda hendak berangkat menuju New York, malam nanti. Yang artinya besok pagi Naufal akan baru berangkat menuju kota yang masuk dalam jajaran salah satu kota dengan biaya hidup termahal itu.
Cla tersenyum, dan berharap keberangkatan Naufal tidak sia-sia, dan membuahkan hasil. Di mana ia menemukan sang pemuda dalam keadaan baik.
"Cla!" suara gadis cantik terdengar dengan di ikuti sentuhan pundaknya.
"Hai!" Cla menoleh pada Felia yang tampak berjalan mendahului sang Papa dan Mama yang masih berjalan di belakangnya dengan membawa hidangan di piring masing-masing. "Baru datang?"
"Iya!" jawab Felia yang membawa salad buah di dalam mangkok kecil, dan duduk di samping Clarice.
"Cla? kenapa disini?"
"Nunggu Felia, Pa." jawab Clarice menjawab pertanyaan sang Ayah kandung.
"Sebaiknya ikut bergabung bersama Daddy dan Papa. Jangan duduk terlalu jauh dari orang tua."
"Pa... Kami ini sudah besar, sudah 21 tahun. Tidak mungkin hilang di keramaian seperti ini, bukan?" celoteh Cla.
"Tidak mungkin hilang?" tanya Papa Zio menatap lekat sang putri. "Justru karena kalian sudah seumuran ini jadi harus di awasi. Lihat! Banyaknya orang tua yang juga membawa anak laki-laki mereka." Papa Zio melirik sekitar, dan di ikuti oleh Cla, Felia dan Mama Zahra yang juga masih berdiri, sama seperti Papa Zio.
"Benar! Yang ada nanti kalian akan saling kenalan." sahut Mama Zahra.
"Kalau untuk berteman, tidak masalah kan, Ma? Pa?" tanya Felia.
"Tidak masalah... Hanya saja... untuk apa sih, punya teman lawan jenis terlalu banyak?" tanya Mama Zahra. "Punya banyak teman itu hanya di lihatnya saja seru, padahal tidak begitu. Yang terpenting kalian sudah punya sahabat. Jadi tidak perlu menambah teman baru terlalu banyak."
"Hemm... Felia tau, Ma!" jawab Felia.
"Cla juga paham maksud Mama..." sahut Cla.
"Kalau begitu, Mama beri kalian waktu 15 menit. Setelah 10 menit, kalian harus sudah di meja kita." ucap Mama Zahra.
"Ok, Ma!" jawab Clarice setelah melihat jam di layar ponselnya.
***
"Naufal jadi ke New York?" tanya Felia yang sedikit banyak tau tentang kehidupan satu sama lain.
"Jadi," jawab Cla. "Semoga tidak salah orang."
"Hem... aku juga berharap begitu..." ucap Felia mengangguk tersenyum tulus.
"Kamu bagaimana dengan dia?" taya Clarice.
Menghela nafas berat dan panjang. "Entahlah, justru semakin hari semakin jarang berkomunikasi."
"Kenapa?"
"Dia selalu bilang sibuk skripsi!" ucapnya tersenyum kecut. "Kalau menurutku, mungkin dia menemukan seseorang yang menurutnya lebih cantik dan lebih sempurna dariku. Jadi dia mundur secara perlahan!" jawab Felia tergelak penuh sesak.
"Maksud kamu dia berpaling?" tanya Cla.
"Ya.. kemungkinan besar sih seperti itu!"
"Tidak kamu selidiki?"
"Untuk apa? Kalau memang belang juga cepat atau lambat pasti ketahuan..." jawab Felia entang, namun menyimpan sesak luar biasa.
"Tapi kalian masih bersama?"
"Masih, tapi tidak jelas juga! Baru juga satu bulan jadian, sudah bikin mood hancur!"
"Gila! Memang yang di cari secantik apa? Padahal kamu sudah secantik ini..." jawab Cla.
"Tidak tau...." jawab Felia mengangkat kedua bahunya.
"Hai, Clarice!" seseorang muncul dari arah belakang Felia.
"Hai, Kak Victor!" Cla reflek hendak berdiri menyambut anak empunya acara.
"Duduk saja!" ucap Victor dengan sopan.
"Terima kasih, Kak!" jawab Victor.
"Hem..." Victor mengangguk, kemudian mengambil posisi untuk duduk di samping Cla berjarak dua kursi kosong.
"Aku tadi melihat mu datang bersama Tuan Kenzo, tapi aku masih harus menemui beberapa rekan bisnis Papa. Maaf tidak menyambut kamu... Padahal aku yang mengundang kamu."
"Tidak apa, Kak!" jawab Cla ramah. "Kalau memang Kak Victor sibuk, lebih baik di tinggal saja... Aku tidak apa kok!"
Tersenyum ramah. "Tidak bisa begitu Clarice. Aku yang mengundang kamu, sudah seharusnya aku menemani kamu."
"Tidak apa, Kak. Toh aku minta maaf, tanpa seizin Kak Victor aku mengajak saudara tiriku bersama ku." Cla menunjuk Felia yang duduk di sampingnya.
"Tidak masalah. Yang terpenting kamu bisa nyaman dalam acara ini..." jawab Victor menatap Clarice dengan tatapan yang lembut, kemudian menoleh pada Felia. "Nama ku Victor!" ucapnya memperkenalkan diri pada Felia.
"Kak Victor. Aku Felia!"
"Hai, Felia! Aku Mahasiswa Pascasarjana di kampus yang sama dengan Clarice."
"Iya, Kak Clarice sudah menceritakan tentang Kak Victor sebelum ini..."
"Oh... Apa yang dia ceritakan?" tanya Victor dengan senyum misterius. Seolah berharap Cla akan menceritakan hal yang mengagumkan untuk di dengarnya.
"Yaa..." Felia menoleh Cla sesaat sebelum kembali berucap. "Tentang Kak Victor yang mengundangnya untuk datang ke pesta ini. Kemudian Clarice juga bercerita tentang Kak Victor yang banyak di idolakan di kampus!" jawab Felia seadanya.
"Kamu tidak tanya, apa dia salah satu Mahasiswi yang mengidolakan aku?" tanya Victor menggoda.
Tergelak tanpa suara, Felia hanya menggelengkan kepalanya menatap Victor dengan rasa tidak percaya pemuda yang di bilang Cla tidak suka berbincang itu rupanya bisa bercanda.
Dan inilah dunia lain yang selalu berseliweran di depan mata Felia. Clarice selalu di kelilingi oleh pemuda hebat dan tampan, juga kaya raya.
"Pertanyaan macam apa itu..." gerutu Clarice meski dengan nada bercanda pula.
"Bercanda..." jawab Victor. "Kenapa duduk disini?" tanya Victor.
"Tidak apa.. hanya ingin mengobrol saja tanpa di ganggu oleh orang-orang dewasa.."
"Wah! Apa yang kalian obrolkan?"
"Rahasia!" jawab Clarice terkekeh.
Victor mengangguk dengan menahan tawa menanggapi jawaban Clarice. Kemudian menoleh pada tangan Cla yang masih menggenggam ponselnya.
"Ah, ya! Aku belum punya nomor ponsel kamu. Boleh bertukar nomor?" tanya Victor.
Cla tertegun ketika di mintai nomor ponsel oleh pemuda yang paling di idolakan di kampus. Sungguh tak menyangka jika takdir akan mengantarkan ia sampai pada posisi semacam ini. Di mana momen seperti ini pasti sangat di nantikan oleh teman-temannya di kampus.
Tapi Cla justru...
"Untuk apa ya, Kak?"
"Ya... Kita kan satu kampus. Tidak ada salahnya kita berteman, bukan?"
Clarice tampak ragu untuk berbagi nomor ponsel. Tapi karena merasa tidak enak hati, akhirnya ia memberikan nomor ponselnya.
"Thanks, ya!" jawab Victor kembali memasukkan ponselnya.
"Kak Victor, tadi Papa minta kami untuk segera menyusul ke mejanya. Kami pergi dulu, ya?" pamit Cla sebelum beranjak.
"Oh, iya! Aku juga mau ke mejaku," jawab Victor. "Kebetulan meja kita bersebelahan."
"Oh, iya sudah. Ayo!" ucap Clarice.
# # # # # #
Dalam sambungan telepon.
"Aku bertemu Arsen, Yang!" ucap Gwen.
"Hah! Dimana?" Naufal membelalakkan matanya di apartemennya yang ada di Oxford.
"Dia salah satu peserta dalam kompetisi ini. tapi dia tampil lebih dulu dari ku. Dan sekarang dia sudah pergi. Dia sepertinya melihat ku juga, tapi sengaja menghindar."
"Kamu yakin dia Arsen?"
"Oh my honey! please lah percaya! Aku tidak mungkin salah orang.. Aku akan mengirim foto dan video dia ketika menyampaikan presentasi."
"Hemm! Ya!" Naufal tampak bingung ketika mendengar Arsen sengaja menghindar. Sang pemuda sampai menjatuhkan tubuhnya di atas sofa yang ada di ruang tamunya.
"Sudah!"
"Lalu apa yang harus kita lakukan, Yang?" tanya Naufal. "Apa sekarang aku harus tetap ke New York mencarinya?"
"Kita harus memikirkan ulang, Yang! Aku yakin Arsen sengaja menghindari ku!"
"Okay!" jawab Naufal menurut. "Atau sebaiknya sekarang aku Brazil saja menemui kamu?"
...🪴 Bersambung ... 🪴...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Novi Agus
haduh ceritanya singkat sekali
2023-07-31
1
dina
ya,Nauval,tetep ke Amrik dong,sapa tau kalau dengan Naufal ,arsen mau ketemu
2023-07-31
1
herny Yulia
yah...baru baca udah abis lagi thor...gk berasa...hihihi
2023-07-31
1