15 menit, waktu yang di sediakan oleh panitia untuk menyampaikan presentasi dari setiap tim yang mengikuti kompetisi. Lebih dari itu, sudah pasti akan di anggap gagal karena di anggap tidak menghargai waktu yang di sediakan.
Setelah tim dari Amerika Serikat menyelesaikan tugasnya dalam 15 menit itu. Maka tim Indonesia mulai menaiki panggung satu persatu.
Dari tim dengan lambang negara garuda ini sengaja menjadikan dua orang yang menjadi penyampai presentasi, yaitu Gwen dan satu lagi Mahasiswa laki-laki yang masih berada di semester 5, namun sudah sangat berpotensi untuk bersanding dengan Gwen dan teman-temannya yang merupakan kakak tingkat.
Sedang kan dua lagi mengoperasikan laptop yang tersambung dengar layar proyektor.
Detik terakhir, di akhiri dengan kalimat thank you yang di ucapkan oleh Gwen. Tidak sia-sia mereka berempat belajar untuk menyampaikan presentasi sesuai waktu yang di sediakan.
Turun dari panggung, Gwen meminta tolong pada Ariana dan yang lain untuk membereskan sisa-sisa presentasi. Sementara Gwen langsung berlari ke sana kemari, untuk mencari tim dari Amerika Serikat yang langsung menghilang begitu saja.
Ia bahkan bertanya pada para panitia yang bertugas dalam kompetisi ini. Hingga akhirnya ia menemukan tim AS yang berkumpul di depan gedung. Mungkin untuk menunggu kendaraan mereka yang akan membawa mereka kembali ke penginapan.
"Itu mereka!" seru Gwen melihat dua Mahasiswa dari tim Amerika Serikat yang tengah mengobrol, dan seseorang yang di perkirakan sebagai Dosen pendamping tim AS tengah berdiri sekitar satu meter di depan mereka.
Gwen berlari secepat yang ia mampu untuk bisa segera sampai di sana. Tanpa peduli dengan nafas yang ngos-ngosan, sang gadis terus berlari. Jarak antara posisi Gwen dan tim AS berdiri sekitar 200 meter. Hingga akhirnya...
"Permisi!" ucap Gwen dengan nafas yang nyaris habis.
"Ya?" jawab salah seorang Mahasiswa.
"Saya Gwen, dari tim Indonesia. Bisa tanya sesuatu?"
"Silahkan!"
"Apa benar, yang berada dalam satu tim dengan kalian tadi adalah Arsenio Wilson, dari Indonesia?" tanya Gwen sembari berusaha menetralkan nafasnya.
Dua Mahasiswa dengan almamater Amerika Serikat itu saling tatap satu sama lain.
"Ya, dia dari Indonesia." jawab salah satu dari mereka.
"Kalau boleh tau, dimana dia sekarang?"
Dua orang itu kembai saling tatap untuk sekilas, seolah bertanya, perlukah pertanyaan dari orang yang tak di kenal ini di jawab?
"Arsen sudah kembali ke hotel lebih dulu, karena harus bersiap untuk kembali ke New York." jawab satunya lagi.
"Hah? kembali ke New York?" pekik Gwen. "Bukankah besok baru di umumkan hasil kompetisi hari ini?"
"Iya! Karena dia harus segera menyelesaikan skripsi bisnisnya!"
"Skripsi bisinis?" tanya Gwen semakin pusing. "Kalau Arsen bersama kalian dalam kompetisi ini, bukankah seharusnya dia dari Fakultas Teknik?"
"Arsen kuliah di dua Fakultas! Teknik Informatika dan Bisnis!"
"What!" pekik Gwen dengan sepasang mata yang membulat. "Arsen benar-benar gila!" gumam Gwen, membayangkan satu jurusan saja sudah membuatnya pusing dan nyaris tidak punya waktu santai jika waktu kuliah tiba. Apalagi dengan dua jurusan yang berbeda sekaligus.
"Maaf, mobil kami sudah datang!" ucap salah satu dari Mahasiswa AS ketika melihat sebuah mobil berjalan pelan mendekat.
Gwen terkesiap. "Oh, maaf!" Gwen berusaha mencegah dua orang yang hendak melangkah itu dengan berdiri di depannya. "Boleh minta nomor ponsel Arsen?" Gwen tergopoh sendiri.
"Kami tidak di perkenankan untuk menyebarluaskan nomor ponsel siapapun tanpa seizinnya."
"Kalau alamat tinggal Arsen?"
"Itu justru semakin tidak boleh!" sahut satunya dengan nada seperti mulai jengkel karena di tanya terus dan terus oleh Gwen.
"Permisi! Kami sudah di tunggu!" ucap yang satu lagi memberi kode ke arah mobil yang sudah berhenti, di mana laki-laki yang di perkirakan sebagai dosen pembimbing tengah berdiri di dekat pintu penumpang bagian depan dan menatap dua Mahasiswanya yang menunjukkan suatu perintah.
Menghela nafas kasar, Gwen merasa tidak ada daya untuk bisa memohon kembali. Terlihat seperti menyerah, ternyata sang gadis kembali berlari mengejar dua Mahasiswa itu, dan kembali berdiri di depan mereka.
"Tolong bantu aku, please! Sampaikan pada Arsen kalau sahabatnya dari Indonesia melihat dia di sini. Dan sampaikan juga, jika ada seorang gadis yang selalu menunggu kedatangannya!" ucap Gwen dengan sedikit berseru memaksa.
Dua Mahasiswa dan dosen yang berada di belakang Gwen mengerutkan kening mereka secara bersamaan.
"Kami tidak janji!" jawab salah satu setelah sama-sama terlihat bingung.
"Tolong bantu aku, please! Ada banyak kesalahpahaman yang harus di luruskan!" ucap Gwen menatap mengiba pada dua Mahasiswa tadi.
"Jika kami ingat, akan kami sampaikan!" pungkas satunya lagi dan mulai menerobos pertahanan Gwen yang seolah masih berusaha menahan kepergian Mahasiswa dari Amerika Serikat itu.
"Tolong jangan halangi kami! Kami harus mengejar waktu untuk urusan yang lain!" sahut yang satunya.
Mulut yang hampir saja terbuka untuk kembali memohon, akhirnya tertutup kembali. "Baiklah... Terima kasih..." jawab Gwen pasrah, lemah dan juga kecewa.
Dua Mahasiswa dari New York itu berjalan ke arah mobil, dan sang dosen langsung duduk di bagian depan dekat sopir.
Gwen menatap punggung dua Mahasiswa itu dengan hampa. Mencari Arsen sekian tahun, sudah di depan mata, tapi kenapa takdir masih harus bermain-main dengan dirinya dan terutama sang sahabat yang sudah lama menanti.
Gwen tetap berdiri sampai mobil itu berjalan melintasi tubuhnya dan meninggalkan area depan gedung.
Dari posisi Gwen yang saat ini sudah semakin jauh, ia bisa melihat kepala orang-orang yang ada di dalam mobil. Dahi Gwen kembali berkerut ketika melihat apa yang ada di dalam sana.
"Satu sopir, satu Dosen, dua Mahasiswa!" gumamnya mengingat siapa saja yang tadi memasuki mobil. "Kenapa jadi ada 6 kepala?"
"Dua kepala di belakang tadi tidak terlihat ada!"
Gwen bertanya-tanya sendiri. Menatap bingung pada mobil itu. Sampai ia bisa melihat dengan jelas, jika salah satu kepala yang duduk di kursi belakang memiliki warna rambut yang sama dengan warna rambut Arsen tadi.
"Arsen belum pergi..." gumamnya yakin. "Itu pasti Arsen!" mata Gwen yang semula sayu seketika kembali mendelik.
"Apa dia sengaja menghindar?" gumamnya semakin menatap tak percaya pada mobil yang kini mulai meninggalkan gapura besar.
"Itu artinya dia tau aku? Dan sekarang dia sengaja menghindar?"
"Tapi kenapa?"
"Kenapa kamu menghindar di saat seperti ini, Arsen!"
"Ini benar-benar sangat tidak masuk akal! Kamu bilang mencintai Cla!" kesal sang programmer.
Nafas Gwen mendadak kembang kempis mendapati kenyataan jika Arsen sengaja menghindari dirinya. Ia sangat tidak menyangka usahanya ternyata sengaja di buat sia-sia oleh sang pemuda.
Di tengah-tengah emosi yang menggebu. Ponsel milik sang gadis bergetar sebagai tanda panggilan masuk.
Cepat-cepat Gwen mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, dan melihat kata My yang di sanding dengan emoticon love merah.
"Kebetulan!" gumamnya.
Dalam sambungan telepon ...
"Helo, my girl! Aku baru selesai berkemas!"
"Halo, Sayang!" sambut Gwen dengan suara yang terengah. "Nanti dulu kamu ceritanya!"
"Wait? Kenapa suara kamu seperti sedang marah? Ada apa? Presentasi tidak sesuai harapan?"
"Kamu harus mendengarkan ceritaku!"
...🪴 Bersambung ... 🪴...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Novi Agus
lanjut Thor singkat sekali ceritanya bikin penasaran saja
2023-07-30
1
Tati Hartati
why arsen???? knpa mnghindari gwen,,mgkn takut klo ktmu gwen dia pngen plg ke indonesia sdgkn kuliahnya blm kelar,,,maybe.......
2023-07-30
1
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Arsen memang sengaja tdk mau bertemu Dgn Gwen
Sudah biarkan saja kalau Arsen tdk mau bertemu dgn Gwen
Biarkan Cla trs merindukan Cinta nya
Seperti judul di novel
PaMud Mampir
2023-07-30
1