Suara tubrukan antara dua badan manusia, menarik perhatian beberapa Mahasiswa yang ada di sekitar mereka meski tidak terlalu keras. Padahal sebelum tubrukan itu terjadi, seseorang yang bertabrakan dengan Cla sudah sangat menarik perhatian orang-orang yang ada di sekitarnya.
Dan mereka di buat terpaku dengan sepasang mata yang nyaris membulat sempurna, ketika orang itu meminta Cla untuk berjalan lebih dulu, dan melewati dirinya.
Sungguh lah sesuatu yang membanggakan ketika bisa mengobrol dengan pemuda yang satu ini. Meski tidak di kenal sombong, sang pemuda cukup sulit untuk di ajak bicara dengan sembarang orang. Ia hanya murah senyum pada orang-orang yang menyapanya.
"Kak Victor saja yang jalan duluan..." jawab Cla masih menunduk. Sangat ragu untuk melihat wajah pemilik nama Victor itu.
"Kenapa begitu?" tanya Victor.
Mendengar pertanyaan itu, Clarice memberanikan dirinya untuk mengangkat kepala. Menoleh ke kanan sedikit, kemudian mendongak ke atas. Melihat wajah tampan rupawan dengan tinggi badan 180 cm itu.
"Ladys first..." ucap Victor.
"Tapi, Kak..." Clarice tidak bisa berucap ketika melihat bibir merah muda nan tipis Victor mengatakan untuk meminta dirinya lebih dulu berjalan dengan di bumbui senyuman yang ramah nan manis.
Cla tau senyuman seperti ini tidak biasa di berikan sang pemuda pada orang-orang yang menyapannya.
"Hemm..." Victor mengangguk pelan dengan menatap wajah cantik Clarice yang terlihat gugup berhadapan dengan dirinya. Dan lagi Victor tidak mengenal gadis ini dengan baik, namun wajah unik sang gadis rupanya membuat ia betah untuk sekedar menatap.
Tak ingin larut dengan ketampanan yang banyak di idolakan Mahasiswi Binus University, akhirnya Cla memilih untuk berlalu dari hadapan Victor. Lagi pula ia tak suka menjadi pusat perhatian banyak Mahasiswa dan Mahasiswi yang sedang ada di sekitar lokasi.
"Permisi, Kak!" pamit Clarice melintasi Mahasiswa pasca sarjana yang menjadi idola kebanyakan Mahasiswi di Binus University.
"Ya..." jawab Victor.
Clarice berjalan meninggalkan Victor yang masih setia melihatnya melintasi tubuh tinggi ideal itu.
Hingga Victor sendiri menatap punggung sang gadis menjauh dan menghilang di antara dinding kampus yang lain.
"Siapa dia?" tanya Victor pada seorang teman yang berdiri di belakangnya.
Namun yang di tanya hanya mengangkat kedua pundaknya sebagai jawaban tidak taunya.
"Setauku dia Mahasiswi semester 7 di fakultas psikologi!" sahut teman Victor yang lain.
"Kenapa aku baru melihatnya?" tanya Victor lagi.
"Hemm... aku sering melihatnya di perpustakaan. Dan dia sering bersama Gwen, Mahasiswi Informatika semester 7!" jawab temannya lagi.
"Gwen siapa?"
"Saat kita masih menjadi panitia BEM dulu."
"Kalau tidak salah... Dia anak pengusaha yang terkenal itu. Tuan Kenzo Adhitama, dari Adhitama Group!" sahut yang lain.
"Oh..." Victor mengangguk paham. "Aku sering mendengar nama itu." gumam Victor menatap kagum pada Clarice yang tak menoleh dirinya lagi setelah melewati dirinya. Sungguh berbeda dengan gadis yang lain.
"Siapa namanya?" tanya nya kemudian.
"Mana aku tau!" jawab temannya mengangkat pundak. "Kamu tanya saja sendiri!"
"Kamu naksir?" sahut yang lain.
"Ah! Apaan!" jawab Victor membuang pandangan dari menatap punggung sang gadis. Menggeleng pelan, menyembunyikan senyum kagumnya.
"Jadi ke ruang Dekan atau tidak?" tanya Mahasiswa yang ada di belakang Victor.
"Ya! Ayo!"
Victor...
Siapa yang tidak mengenalnya?
Mahasiswa siswa pasca sarjana yang mengambil jurusan Informatika di bidang programming itu cukup terkenal di Binus University. 90% Mahasiswa di sana pasti mengenalnya. Atau paling tidak, pasti pernah mendengar namanya.
Selain memiliki wajah yang tampan dan kaya raya, ia juga terkenal sangat pintar di bidangnya. Ia pernah menyabet juara 1 se-Indonesia dalam menciptakan game untuk anak remaja ketika masih duduk di semester 5.
Dan mendapat peringkat dua dunia, ketika mewakili Indonesia berkompetisi di bidang yang sama, kala itu di adakan di Perancis.
Dan hal itu membuat foto sang pemuda idola di pajang di baliho depan kampus untuk mempromosikan prestasi yang di dapat oleh Mahasiswa dari salah satu kampus terbaik di Indonesia.
Di mana saat ini Gwen tengah berjuang di bidang itu. Di mana tim-nya kini juga mendapat kesempatan untuk mewakili Indonesia di bidang programming yang di adakan di Brazil.
Kembali tentang Victor, pemuda bernama lengkap Victor Yaala ini mulai di kenal banyak Mahasiswa ketika ia menduduki posisi sebagai wakil ketua BEM di angkatan Clarice dan Gwen ketika memasuki kampus pertama kali.
Hanya saja Clarice yang kala itu masih sangat shock dengan menjauhnya Arsen dari dirinya, memilih untuk menarik diri dari kegiatan itu.
Sebelum itu, Victor sudah sangat di kenal karena saat pertama kali memasuki kuliah, wajahnya sangat mencuri perhatian siapa saja yang menjadi anggota BEM, maupun kakak tingkat.
Dan kini pemuda keturunan China-Indonesia itu tengah menjalani pendidikan pasca sarjananya. Di mana tahun ini juga akan menjadi tahun kelulusannya untuk mendapat predikat S-2.
Lantas siapa yang bersama Victor?
Mereka adalah sahabat paling setia yang selalu bersama dengan Victor kemanapun pergi. Mereka bagai empat serangkai yang mirip dengan tokoh F4 dalam drama TV lawas yang berasal dari Taiwan, berjudul Meteor Garden. Dan Victor sendiri bagai ketua genk nya, yang mungkin bisa di bilang setara dengan Dao Ming Si.
Hanya saja sifat mereka sangat berbeda tentunya. Victor di kenal sangat ramah, meski tidak suka banyak bicara dengan orang asing.
***
Bertabrakan dengan pemuda yang paling di minati di kampus, tentu membuat Clarice muda merasa salah tingkah. Meski demikian tak membuat sang gadis merasa besar kepala dan melupakan perasaan yang sedang ia jaga begitu saja.
"Kak Victor memang tampan... Tapi bagiku tidak ada yang bisa menandingi ketampanan Arsen yang dulu..." gumamnya ketika sudah duduk di kursi kantin.
Tersenyum kecil. Cla sangat ingat jika ia pernah mendengar salah satu temannya di kelas yang sangat memimpikan untuk bisa bertabrakan secara tidak sengaja dengan Mahasiswa itu.
"Meski sekarang aku tidak tau seperti apa wajah Arsen... Tapi aku yakin dia mungkin semakin tampan, dan wajah kekanakan yang dulu sangat menyebalkan itu pasti sudah hilang..."
Gumamnya tersenyum tidak jelas, membayangkan wajah Arsen yang entah sekarang seperti apa. Padahal ia tengah seorang diri, dan hanya di temani oleh lamunan semata.
# # # # # #
Sementara Clarice tengah membayangkan wajah seseorang yang teramat ia rindukan, di negara sebrang, bahkan di benua sebrang, di salah satu kota yang rata-rata di huni oleh orang-orang kelas atas karena biaya hidup yang mahal, seorang pemuda tengah bergulat dengan tugas yang seolah tidak ada hentinya untuk ia selesaikan.
Jemarinya sangat lincah bergerak di atas keyboard. Sepasang matanya sangat fokus menatap layar yang ada di depannya. Dan pikirannya tentu hanya tertuju pada apa yang terpampang di layar monitor.
[ Anggap saja obrolan dalam sesi ini menggunakan bahasa Inggris ]
"Arsen! Ayo! makan siang!" seseorang menepuk pundak sang pemuda untuk mengajaknya beristirahat.
"Kalian dulu saja! Aku akan menyusul!" jawab pemuda yang cukup di kenal di tempat yang kini ia tengah berada.
"Yakin?"
"Ya!"
"Jangan sampai telat makan!"
"Okay!" jawab Arsen dengan mengangkat ibu jarinya ke udara.
"Duluan ya, Sen!" sapa seseorang yang berjalan di belakangnya.
"Ya!" Arsen mengangguk, meski ia tidak terlalu mengenal siapa yang baru saja menyapanya. Karena sang pemuda tengah berada di ruangan khusus, yang hanya di masuki oleh beberapa Mahasiswa yang baru saja di panggil sejak dua hari yang lalu.
Rupanya pemuda satu ini tidak hanya terkenal di sekolah asalnya di tanah air. Di kampus yang sudah sangat di kenal dunia ini rupanya juga cukup di kenal banyak orang. Meski ia sendiri tidak terlalu mengenal banyak Mahasiswa yang berada satu kampus dengannya.
Menyelesaikan tugasnya dengan cepat, sang pemuda yang dulu di kenal sebagai pembalap itu kini meninggalkan ruangan itu. Berjalan melintasi banyaknya Mahasiswa berambut pirang, Arsen tak melihat kanan dan kiri. Fokusnya hanya tertuju pada lorong yang akan mengantarnya untuk menuju ruang kelasnya.
"Arsen? sudah selesai?" seorang gadis berambut pirang, dengan wajah cantik dan tinggi badan semampai tiba-tiba kini berjalan di sampingnya.
"Sudah..." Arsen mengangguk datar.
"Mau makan siang dengan ku?" tawarnya.
"Aku masih ada tugas yang harus aku selesaikan di kelas. Kamu makan siang sendiri saja, ya? Atau... ajak teman yang biasa sama kamu." usul Arsen hanya menoleh sekilas pada gadis itu.
"Tapi, Sen..." gadis cantik berdarah asli Amerika itu tampak cemberut mendengar jawaban Arsen. "Kapan kamu punya banyak waktu untuk bisa bersantai dengan ku?" tanyanya.
"Kamu kan tau... Tugasku tidak hanya dari satu sisi saja."
"Hemm..." gadis itu mengerucutkan bibirnya. Dan wajah sebal menguar begitu saja.
Tersenyum samar. "Sudahlah, jangan begitu. Kamu pergi dulu. Aku harus segera kembali ke kelas! Bye!" pamit Arsen melangkahkan kakinya dengan jauh lebih cepat dari sebelumnya.
"Arsen..." sapa seorang Mahasiswi berambut pirang kecoklatan yang berpapasan dengannya di koridor.
"Hmm..." jawab Arsen mengangguk datar, dan tidak ada senyum yang muncul dari bibir tipisnya.
Sementara gadis yang di tinggalkan Arsen langsung di datangi oleh dua temannya.
"Cuek sekali dia?" tanya salah satu temannya.
"Entahlah!" jawab sang gadis. "Dia selalu begitu!"
# # # # # #
Satu bulan telah berlalu ...
Keberangkatan Gwen untuk menuju Brazil demi mengikuti kompetisi di dunia programming telah tiba. Sang gadis berangkat bersama ketiga temannya yang berada dalam satu tim, dan juga seorang dosen yang membimbing mereka selama ini.
Mewakili Indonesia beradu di ajang kelas dunia adalah kebanggaan tersendiri untuk siapa saja yang memiliki kesempatan ini. Tidak hanya kampus nya saja yang akan berbangga karena mewakili dari sekian ratus kampus yang mengikuti kompetisi, tapi seluruh mata akan melihat perjuangan mereka.
Dan satu-satunya yang bisa mereka lakukan ialah berdo'a dan berusaha keras memberikan yang terbaik untuk tanah air.
Begitu juga yang di lakukan oleh Gwen dan tim nya yang terdiri dari dua perempuan dan dua laki-laki. Mempersiapkan hasil kerja kerasnya selama ini, dan juga menyiapkan presentasi terbaik demi menarik perhatian juri.
Waktu sudah menjelang sore hari, ketika semua rombongan sampai di Rio de Janeiro, Brazil. Dan tempat pertama yang mereka kunjungi tentu saja tempat yang akan menjadi lokasi menginap selama mereka berada di Rio, kurang lebih selama tiga malam lamanya.
Dan Hotel Grand Hyatt Rio de Janeiro menjadi tempat menginap yang di pilih oleh pemerintahan Indonesia untuk para Mahasiswa kebanggaan negeri.
Bukan hanya pemerintahan Indonesia yang memilih hotel satu ini. Tapi juga negara yang lain.
Sementara ketika malam gelap tiba, pesawat yang berasal dari salah satu tim peserta juga telah mendarat, dan menuju hotel yang sama dengan yang di tempati oleh Gwen dan tim nya.
...🪴 Bersambung ... 🪴...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Tati Hartati
trserah author dah mo sm arsen atw victor sm2 guanteng n tajir,,😂😂😂😂😂😂✌✌✌✌
2023-07-26
1
Novi Agus
lanjut Thor ceritanya jangan sampai cla suka dgn victor semoga cla cepat bertemu arsen dan arsen juga belum punya pasangan.
2023-07-26
2
dina
semoga arsen juga berlomba dengan Gwen, sehingga bisa membantu cla mengucapkan perasaan nya
2023-07-26
1