...----------------...
“Kak Jo, aku minta kursi satu lagi. Sama piring kecil. Tolong selanjutnya kalau mau ajak aku makan diluar, jangan lupa aku gak sendirian. Ada Randu yang selalu ikut aku.”
Ucapan Gladio yang tiba-tiba dengan raut wajah seriusnya, membuat Jolan terkejut. “Ah, iya, Gladio. Maaf saya lupa dengan Randu.” Lalu detik berikutnya, Jolan dengan sigap memanggil sang pelayan untuk dimintai dua barang itu.
“Randu, maaf, aku lupa ingetin Dad. Kamu mau aku pangku?” Alana berkata lirih sembari menepuk paha kecilnya.
Randu tertawa, ia menolak dengan menggelengkan kepalanya. “Aku bisa terbang, kok. Gak akan capek. Kamu bisa pesan makanan. Gladio juga tolong pesanin ya, Alana. Dia kayaknya gak tahu apapun soal menunya.”
Gladio mendengus mendengar Randu, tentu memang benar ia tidak tahu. Hanya saja, bisakah Randu menjelaskan saja dari pada harus meminta pertolongan pada anak kecil disampingnya ini?
Yaps, mereka bertiga mengelilingi meja bundar restoran tersebut. Alana ada di tengah-tengah antara Gladio dan Jolan. Sedangkan Randu bersiap-siap untuk duduk setelah kursi yang diminta sudah di tata rapi beserta piring dan peralatannya.
“Aku samain aja deh sama Alana.” Total menyerah setelah beberapa kali membolak-balikkan buku menu, Gladio menutup buku tersebut dan mendorongnya menjauh.
“Kak Gladio ada alergi seafood, gak?”
Gladio menggeleng, lalu sedikit mendekatkan tubuhnya ke arah Alana, di saat anak kecil itu menunjuk satu menu yang terlihat asing untuk Gladio.
“Ini enak, lho! Aku suka! Kalau Kak Gladio gak ada alergi, pesan ini aja!” beritahu Alana pada Gladio.
Gladio mengangguk-angguk, “itu kayak udang? Boleh deh satu. Minumnya es teh ada gak ya, Alana?”
Randu tertawa terbahak-bahak mendengar minuman yang dipesan oleh Gladio. “Dio, ini restoran mahal. Pesanlah yang belum kamu coba!”
“Ah enggak deh, ribet. Air putih aja, Alana. Satu. Udah itu aja.”
Jolan mengamati keduanya, seakan sedang melihat siaran langsung yang telah dihapus beberapa adegan. Dirinya sama sekali tidak bisa melihat Randu dan sedang bicara apa hantu kecil itu.
“Sudah Alana?” tanya Jolan mengalun lembut. Dan dijawab anggukan oleh Alana.
Pelayan datang setelah Jolan mengangkat tangannya, sudah siap dengan menu yang akan mereka pesan. Gladio mengalihkan pandangannya dari Jolan saat Alana memberondong pelayan tersebut dengan beberapa menu makanan yang asing ditelinga Gladio.
Matanya membelalak kaget saat dua lembar dari catatan pelayan itu dihabiskan oleh pesanan Alana.
“Wah, Alana, apa kamu akan mengadakan pesta? Itu terlalu banyak.” Ucap Randu setelah pelayan itu berlalu sembari mengernyit aneh.
“Gak kok. Ini gak jauh beda kalau aku sama Daddy sarapan. Nanti kamu harus cobain satu-satu ya, Ran!”
“Apa Daddy mu makan banyak juga? Jelas saja tubuhnya terlalu besar dan berotot.”
Plak!
“Randu! Kamu terlalu vulgar!”
Jolan menaikkan satu alisnya, melihat Gladio menampar angin dengan muka paniknya. Tepat disisi kursi kosong yang Jolan yakini Randu sudah duduk disana.
“Hihihihi, enggak kok. Itu semua aku yang makan nanti hehehehehe.”
Randu bertepuk tangan, “kamu? Sekecil ini? Beneran bisa habisin semuanya?” katanya masih tidak percaya.
Alana mengangguk mengiyakan, “tapi sekarang 'kan ada kamu. Jadi nanti aku bagi dua sama kamu.”
“Tapi Alana, Randu gak bisa makan sesuatu seujung sendok pun. Kakak siapin piring dan semuanya buat menghargai Randu. Bukan untuk di makan Randu beneran.” Gladio angkat bicara, kemudian lanjut berbisik. “Bagi dua sama Kakak aja.”
Randu yang mendengarnya langsung berseru, sedangkan Alana tertawa geli.
Jolan menghela nafas panjang, “Daddy ke toilet sebentar, Alana.” Pria itu beranjak cepat dari duduknya. Mengundang tatapan dari Gladio disepanjang Jolan menjauh dari mereka.
Gladio baru tersadar jika dirinya sejak tadi mengabaikan pria itu. Tidak ada kata keluar setelah ia meminta semua peralatan baru untuk Randu. Apa Gladio melakukan kesalahan?
“Alana, Kakak bisa pindah ke kursimu?”
Randu mengernyit bingung, “kenapa, Dio?”
“Itu, biar kalian bisa enak ngobrolnya. Gak harus keras-keras, biar gak kedengeran sama orang lain.”
“Boleh. Ayo pindah, Kak Gladio!”
Gladio tersenyum tipis, puas karena Alana tidak bertanya lebih lanjut. Berbanding terbalik dengan Randu yang menatapnya lebih tajam.
Gladio buru-buru memindahkan tasnya dan sibuk membantu Alana duduk di kursi yang ia duduki sebelumnya. Setelah berhasil berganti tempat, dirinya menatap datar ke arah Randu, “apa?” tantangnya, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.
Randu menggeleng, kemudian hantu kecil itu sibuk berbicara bersama Alana. Terlalu asik sehingga kedua anak kecil itu tidak sadar akan kedatangan Jolan.
“Lho, kenapa pindah? Kursinya tidak nyaman?” Jolan segera bertanya sebelum mendudukkan dirinya di kursi.
“Nyaman. Biar enak ngelihat mereka cerita aja.”
Alasan. Gladio menelan ludahnya, sedikit lega saat melirik Randu dan hantu itu tidak menatapnya. Sedang sibuk mengoceh bersama Alana.
“Kalau kurang, bisa ambil punya Alana. Walaupun selalu dihabiskan, Alana bisa berbagi kok.” Ucap Jolan tiba-tiba.
Gladio menatap Jolan sembari mendengus, “kamu lagi sakit sariawan, ya?”
Jolan menaikkan kedua alisnya, “tidak. Saya sehat. Ada apa?”
“Tadi diem aja. Kamu habis kumur ya di toilet?”
Tuduhan Gladio membuat tawa renyah Jolan keluar. Ia mengusap rambut Gladio gemas.
“Tadi sibuk melihat kalian, dan sedikit... Asing.. Jadi saya hanya diam mengamati. Apakah salah?”
Gladio menggeleng, “gak salah. Tapi aneh! Kemarin kamu banyak ngomong, tadi sebelum kesini juga. Terus pas duduk tiba-tiba diem aja. Aku bingung tau! Ini kan kamu yang ngajak. Kalau semisal aku juga pesan banyak gimana? Habis uang kamu!”
Dirinya mengomel dalam tempo ditekan, gengsi dilihat Randu.
Jolan lagi-lagi tertawa, “tidak apa-apa, nanti saya bisa bekerja lebih keras lagi.”
Gladio mendengus, “bukan gitu maksudku. Tapi terserah deh.” Ucapnya sembari membuang muka. Melihat ke arah Randu dan Alana.
Satu menit. Dua menit. Lima menit. Hitungan dalam otak Gladio bergerak cepat membuat kepalanya menoleh ke arah Jolan lagi.
“Ih, Kak Jolan! Ngomong! Jangan diem aja!” kesalnya sebab ia menunggu Jolan kembali mengoceh. Bertanya atau entah apapun agar pria tersebut tidak berdiam diri.
Jolan tertawa geli, mengusap bahu Gladio yang menurun. “Bajunya lebih nyaman dari yang kemarin, 'kan?”
“Nyaman sih nyaman, tapi lihat-lihat dong mau kemana. Masa ke restoran mahal pake kaos sama celana kayak gini.”
“Tidak ada yang salah, Gladio. Kamu tetap cantik.”
“Please, Kak. Kamu tuh cringe banget ngerti gak sih. Udah tua. Sewajarnya aja kalau gombal.” Ingat Gladio dengan lirikan sinis.
Jolan meringis, “iya, ya? Saya hanya berusaha agar kamu tidak menolak perjodohan ini.”
“Kamu pikir aku bisa? Bisa sih kalau aku kabur. Tapi yang ada, aku justru kesusahan. Kabur dari mereka.” Ucap Gladio lirih di akhir kalimat.
Jolan dengar, telinganya tidak salah dengar. Namun dirinya memilih bungkam. Mengaitkan anak rambut gadis itu yang menutupi wajah sampingnya ke belakang. “Mau bicara tentang itu sama saya?”
Gladio berdeham sembari mengangguk, merasa canggung dengan kontak fisik yang dilakukan oleh Jolan padanya.
“Okay, setelah selesai makan kita cari taman dekat sini. Kamu sedang tidak sibuk, 'kan?”
“Menurutmu?” sinis Gladio. Berada di sekitar pria itu sungguh membuat tensi Gladio naik seratus persen. Apapun yang dilakukan Jolan sangat mengesalkan di matanya.
“Menurut saya, kamu pengangguran?”
Jolan terkekeh saat mata Gladio melihatnya terlalu lebar. “Maaf, hahaha. Saya tahu kamu menulis hal seperti itu. Maksud saya, kamu sedang tidak kejar target, 'kan?”
“Oh nulis hantu? Itu mah cuma malem aja.”
“Kalau dari pagi sampai sore, biasanya ngapain?”
“Tidur?” Gladio menjawab dengan nada bertanya, membuat Jolan kebingungan.
“Iya, Daddy! Kata Randu, malam-malam tuh waktu yang enak buat Kak Gladio nulis. Kadang bisa sampai matahari terbit! Jadi pagi sampai siang itu jadi jam tidur Kak Gladio!”
Gladio menoleh ke samping, dimana Randu tengah berbisik ke arah Alana yang menyampaikan cerita Randu pada Jolan. Seakan menjadi perantara bagi Randu dan sang Ayah, Alana terkikik geli.
“Dad, ini seru banget! Kata Randu kalau mau tanya yang jujur, tanya aja sama dia! Tapi harus bilang ke aku dulu, ya! Aku jadi perantaranya. Hihihihihi!”
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ
wkwkwkw
2024-07-05
0
Kustri
part unfaedah nih
bikin bosen
kirain ada masalah besar yg hrs dihadapi gladio & randu😩
2024-06-27
1