3

...----------------...

Gladio duduk di ruang tamu sendirian. Si tuan rumah panik mengurusi anak tunggalnya yang tiba-tiba tidak sadarkan diri. Sehingga dengan cepat memanggil dokter ke kediamannya.

Sungguh. Orang kaya sekali bermain ponsel, mungkin presiden dengan sukarela bertamu ke rumahnya.

“Jadi dia pingsan karena aku, Dio?”

Randu. Sosok itu selamat dari kejaran dan gonggongan anjing penjaga. Ia lupa jika dirinya bisa menghilang. Hantu bodoh. Randu mengakui itu karena ia selalu melupakan segalanya jika sedang ketakutan.

Dan Gladio, bukannya mengingatkan, justru meninggalkan Randu dan menertawakannya.

“Dikira kamu anak aku.”

“Dih, gak mau.”

Gladio mendelik, “enak aja! aku juga gak mau kamu jadi anakku, kali.” Sinisnya.

“Apa kita kabur aja, Dio?”

“Ngapain kabur?”

“Ya, daripada kamu jelasin tentang aku.”

“Justru itu poinnya, Randu. Kita kan masih belum tahu anaknya beneran bisa lihat kamu atau enggak. Kalau dia bisa lihat kamu 'kan dia jadi ketakutan tuh, terus minta Daddynya buat batalin perjodohan. Dia pasti mikir dong gak mau punya mommy kayak aku yang bawa-bawa hantu. Wah ini pasti berhasil sih.” Pikirnya berhasil.

Randu melebarkan matanya, “jadi ini rencana kamu? Wah, Dio, parah sih kamu. Makanya tumben banget mau-mau aja di ajak ke rumah orang. Eh taunya ada udang dibalik selimut.” Cibirnya kesal.

Gladio terkekeh, “dia udah tahu aku gak sepolos itu malah iya-iya aja nerima perjodohan aneh ini. Aku terbilang masih kecil, sedangkan dia udah punya anak. Ya gak imbang dong, Randu.”

“Jadi kamu beneran bisa lihat sejenis hantu, Gladio?”

Suara itu berhasil membuat Gladio dan Randu berjingkat dari tempatnya.

“Jadi anak yang di maksud Alana itu beneran ada?”

Pertanyaan terus memberondong Gladio yang hanya bisa terdiam. Aura yang dikeluarkan pria itu sedikit menekan keberanian Gladio.

Jolan, pria itu berjalan dengan tampang yang semrawut mendekati Gladio. “Saya tidak tahu kalau kamu bisa melihat sesuatu seperti itu. Maaf jika perkataan saya tadi membuatmu tersinggung. Hanya saja tentang Alana, saya kira dia sedang bercanda.” Jelasnya sembari mengambil tempat duduk berdampingan dengan Gladio.

“Kata dokter, Alana mengalami syok berat. Sepertinya memang dia baru saja bisa melihat hal-hal itu.”

Gladio menelan ludahnya susah payah. Merasa kasihan melihat pria didepannya ini juga ikut syok mendengar bahwa anaknya bisa melihat hal yang sama sekali tidak dipercayai pria itu.

Ya, bagaimanapun juga, Gladio tetap pada rencana pertamanya. Ia akan berusaha membuat Jolan sendiri yang membatalkan perjodohan ini.

“Kamu---” ucapan itu mengambang.

“Pasti kamu udah denger semuanya, kan?”

Jolan menatap Gladio, “tidak akan ada perubahan dari perjodohan kita, Gladio. Justru yang akan berubah adalah anak saya. Dia yang akan berusaha untuk terbiasa dengan hal itu.”

Raut wajah Gladio langsung berkerut tidak terima. “Kenapa?”

“Kamu terlalu naif, Gladio.” Jolan tertawa. “Tentang perjodohan dan anak saya, itu sudah berada di jalur yang berbeda. Semisal memang anak saya tidak setuju karena takut dengan sesuatu disekitarmu, lalu menyuruh saya untuk membatalkan perjodohan ini. Apakah anak saya tidak akan melihat hal-hal seperti itu lagi setelah perjodohan kita batal? Tidak, kan?”

Randu yang sejak tadi hanya diam saja akhirnya bertepuk tangan. Membuat Gladio melirik sinis ke arahnya. “Dia gak cocok buat kamu, Dio. Dia terlalu pintar, gak kayak kamu.”

“Ayo,” tiba-tiba Jolan mengajak Gladio untuk beranjak dari duduknya.

“Saya pulang aja.” Tolak Gladio.

“Saya antar setelah kamu bertemu anak saya. Ayo.” Ujar Jolan yang meraih tangan Gladio untuk di genggamnya.

“Gak. Nanti dia takut lagi ketemu temen saya.” Gladio menggeleng brutal.

“Siapa nama teman kamu?”

Gladio menatap selidik, “Randu. Ke---”

“Randu? Saya punya satu permintaan ke kamu, bisakah nanti bersikap biasa saja di depan anak saya? Anak saya sudah setuju untuk mencoba berbicara denganmu.”

Randu menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, “boleh. Tapi jangan paksa Dio.”

Jolan hanya merasakan keheningan, kemudian dengan mandiri mengajukan pertanyaan. “Apa jawabannya, Gladio?”

“Boleh, tapi jangan paksa aku.” Ujar Gladio sesuai jawaban Randu.

Jolan menatap pegangan tangan mereka yang mengambang di udara, kemudian melepaskannya secara perlahan. “Ayo?”

Dan akhirnya mereka berdua berjalan menuju ke kamar yang bertuliskan ‘Alana Room’ di pintunya. Ditambah Randu yang terbang rendah disamping Gladio.

“Pak Jolan, obat akan dikirim sebentar lagi. Nona Alana hanya perlu beristirahat sebentar.” Seorang dokter muda menyapa indera penglihatan dan pendengaran Gladio.

“Terima kasih, Dok. Mari saya antar keluar.” Jolan hampir melangkah jika Gladio tidak menggenggam pergelangan tangannya.

“Kok saya ditinggal sih.”

Jolan terkekeh, “hanya sebentar. Kamu bisa berkenalan terlebih dahulu dengan Alana. Lihat, dia sedang melihatmu. Saya tinggal, ya.”

Gladio mendengus saat pegangannya dilepaskan oleh Jolan. Kemudian dirinya benar-benar ditinggalkan hanya berdua dengan anak pria tersebut, Alana.

“Kak Gladio,” panggilan itu mau tak mau membuat si empu menoleh.

“Duduk sini.” Ucapnya lirih. Bibirnya pucat.

Apa mungkin masih takut?

Randu menyerobot Gladio dan menampakkan diri di depan Alana. “Halo, Alana! Kenalin aku Randu. Aku bukan anak Dio, tapi aku teman kecilnya. Maaf kalau aku jadi pengalaman pertama kamu lihat hal-hal itu. Tapi tenang aja, aku ba----”

“HUAAA, KAK GLADIO!” teriakan bercampur tangisan memotong perkenalan Randu.

Gladio kelabakan saat anak itu justru berhambur ke pelukannya. Tubuh Alana bergetar hebat. Tangisannya bahkan menyirat ketakutan.

“Dio, kok dia malah nangis?” bingung Randu.

“Randu!” keluh Gladio pusing. Ingin sekali menyemprot hantu kecilnya itu, tetapi anak kecil di hadapannya ini lebih membutuhkan perhatian.

“Duh, maaf, ya.” Ucap Gladio canggung. Tangannya pun perlahan mengusap punggung Alana. Mengatakan jika Randu adalah hantu baik hati. Randu bahkan memiliki wujud yang menggemaskan dari kebanyakan hantu lainnya.

Bajunya walaupun tidak putih bersih, masih terbilang enak dipandang. Dan rambut sebahunya tertata rapi tidak menutupi matanya.

“Randu juga bisa takut lho.” Celetuk Gladio memecah tangisan Alana.

“Aduh, Dio! Jangan diceritain! Itu aib tahu!”

“Randu takut sama anjing. Kamu punya anjing di depan, kan? Kalau Randu nakal, kamu bisa lepasin anjing itu biar Randu di kejar.”

Tangisan yang tadinya terasa berat kini mulai mereda seiring penjelasan Gladio terucap.

“Dia juga takut ketinggian. Jadi kalau terbang pasti selalu sepundak Kakak.”

“Ke-kenapa gak jalan?”

Randu dan Gladio saling bersitatap. Randu bahkan terlihat semakin bersemangat.

“Karena kalau jalan, Randu bakal tenggelem.” Gladio menahan tawanya saat mengingat dimana pertama kalinya Randu mencoba berjalan.

Bukannya menapak, Randu justru seperti tertelan oleh bumi. Dan itu berhasil membuat Gladio mengejek dan menertawai Randu habis-habisan.

“Karena gak napak?”

Gladio langsung mengangguk brutal sebagai jawaban karena mulutnya kini sibuk mengeluarkan tawa.

“Ah, Dio gak asik!”

“Hahahahahaha, Ran-Ran, anak kecil aja tahu.” Ejeknya begitu puas.

“Aku bisa jalan umur dua tahun.”

Dan tawa Gladio semakin pecah. “Namanya juga hantu, hahahaha.”

“Dahlah, aku pergi aja.” Dan Randu menghilang saat itu juga. Meninggalkan Gladio dan Alana berduaan disana. Hawa canggung pun menghinggap pada Gladio.

“Kamu udah gak nangis?” Gladio mempertanyakan kondisi Alana.

“Kalau udah gak nangis, ayo lepasin dulu pelukannya. Randu udah gak disini kok. Dia pergi karena ngambek.” Jelasnya yang perlahan terbebas dari pelukan anak kecil itu.

Gladio meringis melihat wajah sembab Alana dan matanya yang membengkak. “Kamu baru pertama kali bisa lihat, ‘kan? Kakak dulu karena dari kecil udah lihat Randu dimanapun, Kakak gak terlalu kaget waktu dia jelasin kalau dia hantu.” Jelasnya sembari mengusap wajah Alana yang terdapat genangan air mata.

“Mau Kakak ceritain?”

Dan Alana mengangguk brutal.

“Saya juga mau dengar cerita kamu.” Tiba-tiba Jolan sudah ada dibelakang Gladio dan mengambil kursi kecil agar bisa duduk berhadapan dengan Gladio.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

dongeng menjelang tidur

2024-06-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!