...----------------...
“Yah, Randu udah ada sejak saya lahir. Katanya sih, Randu ada dari zaman Nenek saya. Udah ada janji bakal jagain anak cucunya. Tapi Nenek cuma punya satu anak dan itu ayah kandung saya. Dari situ, sifat Randu yang pemilih ketahuan karena gak mau ngikut ayah saya. Terus janjinya diganti bakal jagain cucu pertama Nenek. Dan ya, itu saya.”
Ayah dan anak itu menatap Gladio, begitu serius mendengarkan cerita yang disampaikan. Seperti pinang dibelah dua, Gladio melihat keduanya.
“Waktu Nenek udah gak ada dan saya belum lahir, Randu ngurung diri dirumah Nenek. Ayah udah pisah rumah waktu nikah sama ibu saya, jadi Randu cuma sesekali jenguk rumah Ayah buat lihat saya udah lahir atau belum. Dan setelah saya lahir, Randu jadi menetap disana. Dari saya cuma bisa nangis sampai bisa ngomong, Randu selalu ada didekat saya.”
Entah kenapa rasa sesak menghampiri Gladio saat dirinya membuka pintu masa lalu.
“Nama Randu, Nenek kamu yang kasih?”
Gladio menggeleng, “dia belum punya nama sebelumnya karena Nenek jarang ngobrol sama Randu. Kalau nama Randu, saya gak inget gimana bisa saya ngucapin itu. Pokoknya Randu bilang kata pertama yang saya ucapin bukan Ayah atau Ibu, tapi Randu. Dan sejak saat itu, Randu kenalin dirinya ke saya terus menerus sebagai Randu. Aneh, ‘kan?”
“Tidak, justru terdengar menggemaskan. Orang tuamu pasti iri karena bukan mereka yang dipanggil pertama kali.”
Gladio menatap Jolan yang terkekeh, ia berdeham dan hanya mengangguk sebagai jawaban. Kenyataannya tidak seperti itu, rasa iri dan rasa senang akan kata pertama yang diucapkan Gladio, tidak didapatkannya. Semua hanya mengalir begitu saja.
Mungkin jika dikatakan orang, Randu adalah seseorang yang memiliki rasa senang itu.
"Kakak gak takut lihat Randu?"
Gladio menatap Alana, memikirkan jawaban yang tepat agar anak kecil didepannya tidak merasa tertekan. "Gak mungkin Kakak gak takut lihat hantu. Tapi kalau Randu itu beda, dia bukan sekedar hantu bagi Kakak. Jadi ya hidup berdampingan sama dia dari kecil jadi alasan kuat kenapa Kakak gak takut sama Randu. Cuma kalau sama hantu lain, Kakak kadang juga masih takut kok. Wajar, butuh waktu buat terbiasa, apalagi kamu baru pertama kali lihat ini hari ini." Gladio menghela nafasnya sambil bergumam, “maaf, ya.”
Jolan mengerutkan keningnya mendengar penuturan akhir dari Gladio, "kenapa minta maaf, Gladio?"
"Enggak. Mau aja." Bohongnya. Bagaimana mungkin dirinya tidak memikirkan hal lain saat ini? Memikirkan kemungkinan lain dalam hidup anak kecil itu yang seharusnya tidak terjadi jika Gladio tidak berkunjung kemari. Atau kemungkinan dimana anak kecil itu sekarang tengah mengumpatinya didalam hati karena sudah merubah hidupnya dalam sekejap.
Rasa bersalah yang sedari tadi ditekan Gladio akhirnya tumpah juga, membumbung tinggi sehingga Gladio sedikit sesak memikirkannya.
"Jangan sampai kamu merasa bersalah atas yang terjadi hari ini Gladio. Disini tidak ada yang harus disalahkan. Kemungkinan Alana bisa melihat hal seperti itu adalah keajaiban bukan kesalahan." Ucap Jolan tepat menghunus dada Gladio.
"DIO!"
Bak disambar petir, Gladio dan Alana terkejut secara bersamaan, Gladio langsung mengomeli Randu yang datang dan berteriak tiba-tiba. Sedangkan Alana langsung berhambur kepelukan sang ayah dengan cepat.
"Aku tadi keliling rumah ini, 'kan, Dio. Terus ketemu satu ruangan yang agak ngeri. Serem, Dio. Gelap."
Jelas sekali pembicaraan Randu sekarang bukan hanya Gladio yang bisa mendengarnya. Anak kecil yang berada dalam dekapan Jolan juga ikut mendengarkan. Satu-satunya orang yang tidak melihat dan mendengar Randu hanyalah Jolan saja. Dan sekarang lelaki itu tengah menatap Gladio ingin tahu.
"Ada apa, Gladio? Randu mengatakan apa?"
"Dia bilang kalau ada satu ruangan yang serem, Dad." Jawaban itu justru keluar dari mulut Alana.
"EH?! Kok dia bisa tahu, Dio?"
Dengusan sebal yang mengudara begitu tidak ramah itu langsung menyadarkan Randu. "Oh, iya! Kamu bisa lihat aku, ya? Keren! Keren!"
"Satu ruangan yang serem? Apa di gudang?" monolog Jolan yang masih bisa didengar dua orang dan satu hantu.
"Sebenarnya gak bakalan serem kalau lampunya nyala setiap malam, Dio."
"Iya, Daddy, digudang. Daddy ayo nyalain lampu disana. Aku takut." Rengek Alana kemudian.
Gladio bersitatap dengan Randu, lalu sedikit merinding saat Randu mengeluarkan senyum miringnya.
"Alana, sebenarnya ada satu hantu disana."
Gladio langsung melotot ke arah Randu saat Alana semakin histeris mengatakan kepada sang ayah jika diruangan itu ada hantu lain.
"Bentar dulu, ih! Aku bisa kok bantu kamu buat ngilangin dia. Tapi ada beberapa syarat yang harus dilakuin."
"Apa? Apa? Kasih tahu aku!" kata Alana yang tidak sadar mendekat ke arah Randu.
Dan Gladio semakin merinding melihat ekspresi Randu yang jarang dikeluarkannya itu.
"Diruangan itu ada satu kotak warna coklat, itu punya kamu?"
Alana mengingat sebentar yang kemudian langsung mengangguk membenarkan, "iya, itu punya aku. Tapi udah lama gak aku pakai karena sekarang aku udah punya yang baru." Jelasnya sembari menunjuk ke arah nakas dimana ada sebuah kotak yang sama persis seperti yang dilihat Randu di ruangan tadi.
"Wah, itu apa? Di dalam kotak yang diruangan itu juga ada orang joget?" tanya Randu yang langsung terbang mendekat ke arah kotak yang dimaksud.
Alana pun juga ikut mendekat ke sana, "ini kotak musik. Kalau ditutup dan diputar tombol ini, tara, dia bakal muter dan keluar musik." tunjuknya mengundang takjub bagi Randu.
Gladio dan Jolan saling bersitatap, disatu sisi Jolan hanya melihat Alana berbicara sendirian, sedangkan Gladio melihat bagaimana mereka mendadak terlihat seperti sepasang teman.
“Daddy, tolong ambilin kotak musik yang ada digudang. Nanti kalau udah diambil, hantu yang digudang bakal diusir sama Randu. Ya, Daddy?” pinta Alana setelah keduanya mendapat kesepakatan.
“Hm?” Jolan bergumam bingung. “Ini tidak bercanda? Apa hubungannya dengan kotak musik disana dengan hantu?” curiganya yang membuat Gladio mendadak canggung.
"Ah, itu, kadang ada hantu yang memilih suatu tempat buat jadi rumahnya. Mungkin kotak musik itu tempat yang dimaksud, jadi Randu memintanya." Bohong. Jelas bohong. Mana ada hantu bersembunyi di sebuah barang?
Yang benar adalah hantu menyukai tempat lembab, dingin, dan gelap. Tidak adanya kehidupan disana, hantu semakin betah untuk menempatinya. Kalau tempat musik? Sudah jelas itu hanya akal-akalan Randu saja.
Hantu kecil itu sepertinya memang ingin mempunyai mainan baru. Jelas sekali kalau Randu begitu terpukau dengan sesuatu, Gladio tidak pernah mempunyainya sejak dulu.
"Baiklah, Daddy yang akan mengambilnya. Kamu disini saja bersama Randu. Ayo, Gladio."
Gladio melebarkan matanya sembari menunjuk diri sendiri, "saya? Kenapa saya harus ikut?"
Jolan tersenyum, "bukankah lebih nyaman jika saya berbincang denganmu daripada dengan Randu?”
Dan dengan helaan nafas yang panjang, Gladio terpaksa mengikuti Jolan dari belakang. Meninggalkan Alana yang justru asik bermain bersama Randu. Seakan tidak ada rasa ketakutan sebelumnya.
"Kamu tahu, Gladio?" celetuk Jolan bertanya didalam perjalanan mereka disebuah gudang yang ternyata berada dilantai bawah.
"Tidak tahu." Jawab Gladio cepat.
"Saya tidak percaya dengan hal itu sebelumnya, dan kenapa sekarang saya dengan mudah percaya dengan kamu? Mungkin didalam hatinya saya, masih ada bagian bahwa saya tidak mempercayainya, tetapi melihat betapa seriusnya Alana menanggapi teman kamu. Saya merasa ini bukanlah sebuah drama. Tetapi tentang kotak musik ini, apakah Randu membohongi Alana, Gladio?"
Gladio langsung tersedak oleh ludahnya sendiri saat mendengar ucapan dari Jolan. "Maaf," gumamnya lirih kemudian.
"Tidak apa-apa, sungguh, jika memang Randu ingin sesuatu disini. Saya akan kasih jika saya mampu. Tetapi jangan sampai membuat Alana menjadi trauma akan hal itu. Bisakah kamu mengatakannya?"
Angguk Gladio walaupun tidak dilihat oleh Jolan sama sekali. Dan Jolan masih tetap melangkahkan kakinya tanpa menoleh kebelakang.
"Sepertinya memang saya harus menyalakan lampu disini." Gumam Jolan saat melihat keadaan gudangnya yang gelap gulita.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Kustri
hahahaa
2024-06-27
0