Jam 12 siang mumut pulang kerja, ia akan berangkat lagi jam 2 siang. Namun karena cuaca sangat panas ia tidak jadi berangkat.
"Mut, kamu ga berangkat kerja lagi," tanya Dimas tanpa melihat wajah mumut.
"Ga mas, aku lagi males, karena cuaca hari ini panas banget.
"Memang kamu tidak di marahin majikanmu?"
"Ga, tadi aku udah ijin."
"Enak banget ya kamu jadi pembantu bisa izin sesuka kita. Kan biasanya kalo kerja di orang bnyk peraturannya ga boleh sembarangan izin. apa lagi ini cuma gara-gar cuaca panas. Aku ga yakin kalo kamu seorang pemnantu mut." ucap Dimas curiga.
"Kamu ga percaya aku mas? Kalo ga percaya nanti aku bawa kamu ke rumah majikanku." ucap mumut tegas.
"Boleh. mau bertemu dengan majikanmu."
"Iyah, nanti aku aja kamu ke rumah majikanku.
karena mumut tak masuk kerja, ia ingin masak untuk suaminya, ia mau masak sayur asem, tempe goreng, ikan asin, sambal terasi dan lalap jengkol muda.
Mumut sudah tau makanan kesukaan Dimas dari pak kiai ahmad jadi ia ingin masak intuk suaminya agar Dimas senang.
"Mas aku mau masak makanan kesukaanmu, kamu pasti nanti suka, kamu belum masak kan?" tanya mumut.
"Iyah, aku belum masak, maaf ya, aku lagi malas masak, memangnya kamu tau makanan kesukaanku?" tanya Dimas.
"Tau lah." ucap mumut sambil tersenyum lalu pergi menuju dapur.
Dimas saat itu masih cuek, mungkin karena ia bertemu dengan fatimah kemarin jadi ia, jadi cuek lagi sama mumut. Padahal Dimas sudah berjanji pada dirinya sendiri akan berusaha mencintai mumut tapi kenyataannya Dimas masih cuek. Baru saja kemarin- kemarin Dimas bersikap manis tapi kini kembali cuek lagi.
Mumut akan masak makanan kesukaan suaminya berharap Dimas tak cuek lagi. Munut juga mau membuktikan kalo ia juga pintar masak.
Satu jam lebih mumut masak, semua makanan sudah matang dan sudah di taro di meja makan, mumut beres masak ia mandi, dandan dan memakai parfum berharap suaminya senang melihatnya.
"Mas, ayo kita makan, semua makanan sudah matang!" titah mumut
"Iyah, aku dari tadi sudah ga kuat pengen coba sayur asem masakanmu, dari tadi wanginya sudah tercium kayaknya nikmat bangat.
"Ayo kita makan mas, pasti kamu suka masakanku!" ucap mumut sambil menarik tangan Dimas.
kini mereka sudah berada di meja makan, mumut langsung mengambilkan nasi ke piring dimas dan mengambilkan sayur asem ke mangkok. Dimas langsung menyeruput sayur asem buatan mumut.
"Wah ... Ini sayur asem nikmat banget mut! kamu ternyata pintar masak." ucap Dimas sambil tersenyum.
"Makasih mas."
"Em sambel nya juga enak banget, nikmat banget ini. Semuanya enak. Pokoknya terasa nikmat semuanya." ucap Dimas memuji masakan mumut.
"Iyah dong ... ga mungkin aku punya restoran kalo ga bisa masak ... Eh. Celetuk mumut.
"Apa?" ucap Dimas kaget.
"Ha .. Ha ... Ha, aku salah ngomong, maksudku ga mungkin aku jadi kesayangan majikanku kalo ga pinter masak, karena aku pintar masak mangkanya majikanku baik padaku." ucap mumut sambil tersenyum, Dimas mendengarnya hanya menggelengkan kepalanya.
"Kalo kamu suka masakanku, aku bisa ko tiap hati masakin kamu, buat kamu apa aja aku akan lakukan yang penting kamu suka!" ucap mumut.
"Ga usah, kamu kan tiap hari kerja, nanti kamu capd mut."
"Ga apa-apa kalo kamu mau, aku bersedia mas, karena aku sangat mencintaimu mas."
"Ga usah mut." ucap Dimas tanpa melihat wajah mumut.
Dimas dan mumut sangat menikmati makanan itu, mumut usai makan duduk di sofa ia membaringkan kakinya. Dimas usai makan mencuci piring.
"Mas, kamu ngapai cuci piring, biar aku aja mas." ucap mumut.
"Udah kamu duduk aja, kamu kan cape udah kerja terus masak, jadi biar aku aja yang cuci piring.
"Tapi mas."
"Udah sana!" ucap Dimas tanpa melihat wajah mumut.
Dimas kini sedang duduk di kursi sofa sementara mumut sedang memainkan HPnya di depan rumah. Terdengar suara pesan masuk di HP Dimas, lalu ia membuka pesan tersebut dan pesan itu dari Rian.
("Dim, kamu sayangi mumut ya! Mumut jodohmu yang baik, kamu jangan ingat-ingat fatimah lagi, karena fatimah bukan perempuan baik.")
("Kenapa kamu berbicara seperti itu yan.") tanya Dimas.
("Nanti aku ceritain, fatimah itu perempuan murahan.")
("Murahan gi mna maksudnya,.") tanya Dimas lagi.
("Sudahlah jangan banyak bicara! Kamu bisa ga bertemu denganku sekarang di pasar terdekat rumahmu, kebetulan aku di suruh belanja kebutuhan pesantren oleh pak kiai.")
("Iyah aku bisa.")
("Oke, aku tunggu ya.") pesan berakhir.
Dimas medekati mumut minta izin akan pergi ke suatu tempat.
"Mut aku mau izin ke luar rumah dulu, sebentar saja, aku ada keperluan mendadak."
"Mau ke mana mas? Ada perlu apa sih?" tanya mumut.
"Ada perlu sebentar, aku boleh pinjem motormu?" Dimas tak mau jujur pada mumut.
"Ada perlu apa? Bolah mas bawa aja motorku." tanya mumut sambil menyrahkan kunci motornya.
"Makasih ya, aku berangkat ya, assalamualaikum." ucap Dimas sambil menyalakan motornya.
"Waalaikumsalam, mas jawab dulu pertanyaanku, kamu ada keperluan apa sih?" tanya mumut penasaran.
"Mau bertemu pak kiai ahmad dulu sebentar." ucap Dimas bohong.
"Oh ... Ya udah hati-hati mas." ucap mumut sambil tersenyum.
Sampai Dimas di pasar mereka bertemu di tempat tukang bubur, Rian langsung menceritakan tentang fatimah.
"Ada apa yan, coba cerita sekarang!" Dimas sangat penasaran ia ingin segera Rian cerita tentang fatimah.
"Aku mau beli rokok malam sekitar jam 23:00. Aku melihat dengan mataku sendiri fatimah dan hendrik sedang berpacaran di belakang pesantren di warung, hendrik memegang tangan fatimah dan hendrik juga mencium fatimah, tapi fatimah mau saja ia tersenyum bahagia." ucap Rian membuat Dimas bengong.
"Hei Dim, ko malah bengong?" tanya Rian bingung.
"Masa sih fatimah seperti itu, setau aku ia perempuan yang bisa jaga kesuciannya, ga mungkin dia mau di pegang tangan dan di cium hendrik." ucap Dimas tak percaya ucapan Rian.
"Kalo kamu ga percaya sama aku, kamu bisa tanya sama hendrik."
"Kenapa aku harus tanya hendrik, mana mungkin hendrik mau ngaku, ngaco kamu yan." ucap Dimas sambil menggelengkan kepalanya.
"Fatimah itu parah Mus, masa kamu ga percaya aku sebagai teman baikmu, kita kan sudah lama berteman mana mungkin aku bohong ke kamu. yang lebih parah lagi sampe aku kaget pas ngeliat si hendrik marah-marah sendiri di belakang pesantren lalu dia cerita ke aku tentang fatimah." ucap Rian langsung di potong oleh pertanyaan Dimas.
"Cerita apa si hendrik?" tanya Dimas
"Dia cerita, kalo ia melihat dengan matanya sendiri fatimah sedang bermesraan di warung nasi bersama laki-laki dan itu ternyata kekasih fatimah, tapi hendrik tak kenal dengan laki-laki itu. Tapi kata dia laki-laki itu seorang santri. Dan saat itu juga si hendrik di putusin fatimah, katanya hendrik cuma jadi pelampiasan fatimah doang." ucap Rian membuat Dimas terdiam.
"Hei ... Dim ko malah diam aja? Kamu percaya ga sama aku? Aku ga bohong, kalo kamu kurang percaya kamu bisa tanya langsung ke hendrik."
"Memangnya laki-laki itu bermesraan seperti apa bersama fatimah?" tanya Dimas Sambil menundukkan kepalanya.
"Hendrik bilang fatimah di cium, di peluk. Ya kamu tanya aja ke hendrik, Karena Hendrik yang melihatnya. Ucap Dimas kesal karena Dimas seperti kurang percaya padanya.
"Ya udah nanti aku tanya dia."
"Ya udah, kamu mulai dari sekarang harus bisa mencintai mumut, beri dia nafkah batin, bahagia kan dia! karena kalo kamu gini terus sama mumut kamu dosa besar. Mana mumut belum di beri nafkah lahir, masa batin juga belum. Kasian Dim, dia itu perempuan baik. Ucap Rian mengingatkan Dimas.
"Aku udah beri nafkah lahir ke dia, waktu kemarin kamu suruh aku ceramah gantiin pak kiai ahmad, aku dapat uang 3 juta aku kasih semua ke mumut."
"Ya alhamdulilah, berarti kamu sekarang tinggal ngasih nafkah batin. bahagiakan mumut Dim! aku yakin kamu nanti bisa mencintainya.
"Iyah, kamu mau langsung pulang apa mau main dulu ke rumahku?" tanya Dimas.
"Aku langsung pulang aja lah, takut pak kiai nungguin, aku pulang ya, assalamualaikum." ucap salam Rian.
"Waalaikumsalam." jawab salam Dimas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments