Dalam perjalanan menuju pondok pesantren, Dimas kepikiran terus-menerus pada fatimah yang tidak melihatnya ketika dia akan pergi. Dimas berpikir kemana-mana tentang fatimah, tapi dia tetap husnudzon, tidak mau berpikiran yang jelak.
Sampai tiba Dimas di pesantren itu, dan di lepaskan oleh gurunya pada abah kiai arip yang sudah menunggu pak kiai ahmad dan dimas. Di pesantren itu Dimas harus beradaptasi lagi dengan kawan baru, dimas mendapatkan kamar yang bagus dan ada tiga temannya, dalam satu kamar di tempatkan emat orang, kebetulan kamar itu cuma ada tiga orang, karena yang satu sudah pindah dari pesantren itu, jadi Dimas di tempatkan di kamar itu.
Di pesantren yang baru itu sangat rame banyak sekali santri putra dan santri putri, berbeda dengan pesantren pak kiai ahmad di sana santri putra dan putri tidak begitu banyak.
Dimas berkenalan dengan teman barunya yaitu Rizki, Rizal dan woto, mereka saling mengajak bicara pada Dimas agar tidak malu-malu. Dimas senang dengan teman-teman barunya yang tidak sombong, mereka begitu sangat cepat akrab pada Dimas, dulu waktu dia anak baru di pesantren pak kiai ahmad teman-temannya tidak cepat akrab, aga sombong gitu, tapi sebenarnya baik, mungkin hanya kerena belum kenal dengan dimas. Rian terutama teman dekatnya
Dimas, dia sangat baik dan setia kawan.
Ketika sore hari para santri putra dan putri memasuki majelis taklim tempat mengaji, Dimas berangkat bersama teman-teman sekamarnya, apa lagi woto sangat senang dengan adanya Dimas, woto terus mendekati Dimas saja, seperti ingin jadi sahabatnya. Pengajian di mulai oleh abah kiai arip, para santri membuka kitab yang akan di ajarkan gurunya, kitab itu bernama uqudulujain, Dimas paling senang dengan kitab itu, kitab uqudulujain berisi tentang etika rumah tangga, mengapa Dimas senang sekali dengan kitab itu? karena isi kitab itu bagus sekali untuk membina rumah tangga, karena Dimas berharap ingin memiliki rumah tangga yang bahagia sakinah, mawadah dan warohmah. Kalo sudah mengaji dan tamat kitab uqudulujain insya allah rumah tangga bahagia.
Selesai mengaji, Dimas membereskan baju-bajunya ke dalam lemari, tidak sengaja menemukan surat yang berisi tentang ungkapan cinta.
Ternyata surat itu milik woto, tapi suratnya sudah kena debu dan kotor, mungkin woto lupa menaruhnya, woto menawarkan lemari bekas nya untuk Dimas, karena kebetulan dia sudah punya lemari baru, jadi lemari itu di kasih pada Dimas, tapi lemari itu masih bagus.
" Wot, maaf saya menemukan ini di dalam lemari kamu," mustar memberikan surat itu pada woto.
" Apa ini?" tanya woto
" Maaf wot, aku membaca surat itu, aku kira itu surat biasa, maaf aku lancang," Dimas meminta maaf, karena merasa bersalah telah membuka surat cinta woto.
" Ha... Ha... Ha, itu surat udah lama, biasa kenangan masa laluku, aku sudah melupakan wanita itu, aku kecewa padanya," woto cerita sedikit pada Dimas sambil menatap wajah dimas dengan rasa sedih.
" Oh.... Maaf wot, aku tidak tau, sabar ya, insya allah di balik itu semua ada hikmahnya, mungkin perempuan itu bukan yang terbaik untukmu, kan jodoh, rizki, dan mati hanya allah yang tau, kita harus banyak berdoa, berusaha dan yang terakhir pasrah.
" terima kasih nasehatnya ka Dimas."
" sama-sama, wot."
Malampun tiba laki-laki cerdas itu tidur dengan memeluk bantal guling dan di selimuti samping.
Dia teringat dengan kekasihnya, Dimas tidak bisa tidur, dia teringat terus pada fatimah tentang kepergiannya yang tidak di lihat oleh kekasihnya, sedangkan semua santri putra dan putri melihatnya. Dia ingin mengirimkan surat untuk fatimah, namun jaraknya lumayan jauh.
Dimas melihat foto fatimah begitu lama, Dimas memiliki foto fatimah, karena dia meminta dan fatimahpun memberikannya lewat surat.
Genap satu bulan Dimas mondok di pesantren abah kiai arip, dia ingin segera lulus dari pesantren ini, karena setelah lulus dari pesantren abah kiai arip, dia ingin melamar fatimah.
Hayalannya setiap hari membayangkan fatimah menjadi istrinya, tapi walaupun Dimas suka berhayal tentang fatimah, Dimas tetap rajin belajar, menghafal dan pasrah pada allah tentang jodohnya.
Otak Dimas begitu cerdas, setiap abah kiai arip menjelaskan pelajaran, dia langsung mengerti dan esoknya hafal.
Dalam satu bulan, Dimas sudah bisa menghafal satu kitab yaitu kitab uqudulujain, kitab itu memang dari pesantren lamanya sudah pernah ia hafal, namun belum hafal semua.
Dimas menyetorkan hafalan kitab uqudulujain pada abah kiai arip, dan abah kiai arip kaget dengan Dimas yang sudah hafal kitab itu dengan penjelasannya juga, Dimas memang sangat cerdas, di tambah dia sangat rajin. Abah kiai arip mengajarkan Dimas kitab fathul qorib dan ternyata kitab itu sudah di luar otak Dimas. abah kiai arip kaget juga dengan Dimas yang sudah menguasai kitab fathul qorib. Pak kiai ahmad tidak bercerita pada abah kiai arip kalo Dimas sudah pintar.
Di pesantren abah kiai arip, Dimas di berikan pelajaran kitab fathul muin, ternyata Dimas jg sudah pintar dan mengerti apa isi kitab itu, cuma belum hafal semua.
" Dim, kamu pintar sekali, kenapa abah kiai ahmad tidak memberi tau abah klo Dimas sudah pintar, terus Dimas di sini mau apa? semua kitab-kitab yang ada di pesantren ini, Dimas sudah memahami, terus abah mau ajarin apa ke Dimas? Tanya abah kiai arip sambil tersenyum kagum pada Dimas
" Bah, Dimas belum bisa semua, buktinya pak kiai ahmad memindahkan Dimas ke sini," Dimas merendah diri, dia tidak mau bersikap sombong.
" Ya..... Abah bingung, karena Dimas sudah bisa semua, terus abah mau ngajarin apa? Semua kitab-kitab di pesantren ini abah tes, Dimas udah bisa semua, Al-quran juga Dimas sudah pintar membacanya, suara Dimas juga sangat merdu dan Dimas juga pintar ngaji qori, pokoknya Dimas udah bisa semua," abah kiai arip bingung dengan pak kiai ahmad memberikan santrinya yang sudah pintar padanya.
Dimas akhirnya di pesantren itu, di suruh mengajar santri putra dan putri, agar abah kiai arip terbantu olehnya, karena satri di pesantren abah kiai arip sangat banyak.
Abah kiai arip senang dengan adanya Dimas, namun hatinya masih kepikiran soal pak kiai ahmad yang mengirimkan muridnya untuk mondok di pesantrennya, sedangkan Dimas sudah sangat pintar.
Para santri putra dan putri senang di ajar oleh Dimas, terutama woto, ia sangat senang, woto juga salut pada Dimas yang seumuran dengannya, namun sudah sangat pintar dalam mengaji kitab kuning dan Al-quran. Kitab-kitab yang ada di pesantren itu sudah Dimas kuasai terutama fathul qorib yang sudah di luar otak.
Kitab fathul qorib berisi tentang fikih. Dimas sudah hafal kitab itu sejak usia 17 tahun dan kini usianya 24 tahun.
Bagi Dimas menghafal kitab fathul qorib itu seperti menghafal surat Al-fatihah, padahal kitab itu lumayan tebal dan penjelasannya juga banyak, tapi itu sudah di luar otak Dimas.
" Ka Dimas, aku ingin seperti ka Dimas," woto mengajak bicara Dimas sesudah usai mengajar.
" Jangan sebut aku ka Dimas! Aku itu temanmu wot, jadi panggil aku Dimas saja," Dimas merendahkan diri tidak mau di panggil kaka, karena dia merasa tidak enak dengan sebutan itu.
" Ga, ka Dimas, klo aku panggil Dimas ga sopan, ka Dimas kan guruku, tolong ajarin aku sampe pintar ya ka! Aku ingin seperti ka Dimas," woto berharap dirinya bisa seperti Dimas yang sangat cerdas.
" Ingat pesan saya wot, harus rajin belajar, jangan menyerah, jangan meninggalkan sholat, rajin puasa, rajin menghafal, taat pada orang tua kita dan satu lagi harus taat pada guru kita! Insya allah akan cerdas," Dimas memberi nasihat agar woto bisa seperti dirinya.
Woto mendengarkan nasihat Dimas, dia belajar terus-menerus, setiap pelajaran yang sudah di ajarkan abah kiai arip di baca kembali, di pahami dan di hafal. Walaupun belum bisa lancar, karena woto sangat malas dengan menghafal. Mangkanya dia sudah 6 tahun pesantren di abah kiai arip, tapi baru satu kitab yang ia hafal yaitu kitab Jurumiyah.
Sungguh malasnya woto pada pelajaran, dia baru bisa menghafal kitab Jurumiyah dalam 6 tahun.
" Ka Dimas, aku sudah 6 tahun di pesantren ini, tapi baru satu kitab yang bisa aku hafal yaitu Jurumiyah, aku begini karena cinta, dulu aku pernah di tolak cinta sampe dua kali, pertama pas aku baru-baru masuk di pesantran ini dan yang ke dua pas aku sudah 2 tahun di pesantren ini. Aku malas untuk menghafal ga ada semangatnya ka, aku iri dengan Rizal yang memiliki mantan banyak juga cantik-cantik." keluh woto
" Wot, kenapa harus seperti itu? Seharusnya kamu panas di tolak cewe berkali-kali, ini malah jadi loyo. Sebagai laki-laki kita itu harus kuat jangan menyerah dalam masalah apapun. panas dong wot, ya udah mulai detik ini, kamu harus rajin belajar supaya kamu di hargai orang! Wanita itu klo kita cerdas walaupun kurang ganteng, dia akan suka apa lagi klo kita banyak duit, mangkanya semangat dong wot, ayo semangat!" Dimas menyemangati woto agar mau rajin belajar.
" Iyah ka Dimas, makasih ya, semoga aku bisa seperti ka Dimas,amin."
" amin, semangat ... Harus semangat ya!" Dimas mengacungkan tangan kanannya sambil mengepal memberi semangat pada woto dan woto tersenyum lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Woto namanya kurang meyakinkan masuk pesantren.. marwoto pasti namanya..kurang serius
2024-11-10
0
robleis_XD
Terus kembangkan kreativitasmu, membuat cerita yang semakin menarik untuk diikuti 😊
2023-07-21
0
edu2820
Hati-hati, kalau terlalu sering baca cerita ini bisa jatuh cinta sama karakternya loh 😆
2023-07-21
0