Kebencian: Peluruh Cinta
Aurora menatap kesal pada ponsel yang ia genggam. Bagaimana bisa sang papa membuat dia berada di posisi seperti ini.
Kenapa dia harus berada di posisi yang membuat Aurora benar-benar ingin menangis. Apa salahnya ia ingin menjadi dokter kenapa sang papa tak mengijinkannya.
Mengemban pendidikan selama empat tahun di Amerika guna mewujudkan keinginan kedua orang tuanya.
Walau Aurora secara sembunyi-sembunyi dia juga belajar ilmu kedokteran. Mudah bagi Aurora mempelajari semuanya.
Bahkan Aurora sengaja menurunkan nilai kuliah awal agar dia lebih lama di Amerika demi menutupi kuliah jurusan dokternya.
Ya, sekaligus Aurora kuliah dalam dua jurusan bahkan Aurora sangat sukses dalam bidang kedokterannya.
Orang lain pasti akan membutuhkan waktu beberapa tahun untuk menjadi dokter hebat namun dalam kurun waktu tiga tahun Aurora sudah menyandang gelar dokter jenius termuda yang selalu di juluki dokter Jingga.
Karena kecerdasannya dalam bidang kedokteran membuat Aurora selalu di buru oleh belahan rumah sakit dunia namun tak satupun yang Aurora terima.
Yang lebih kerennya tak ada satu orangpun yang tahu bagaimana wajah dokter Jingga tersebut karena setiap kali melakukan operasi Aurora meminta ruang privasi.
Ruang khusus untuk dirinya bahkan kerap kali Aurora selalu menutup wajahnya dengan masker ketika dia menghadiri acara-acara khusus.
Kecerdasan Aurora jangan di ragukan lagi keluarga Al-biru tak pernah gagal dalam benihnya.
Kecerdasan Aurora sama seperti Fatih bedanya Aurora memilih memperdalam ilmu kedokteran dari pada bisnis.
Walau begitu Aurora tetap mempelajarinya takut sang papa curiga dengan apa yang ia lakukan karena tak ada keturunan Al-biru yang menjadi dokter semuanya pebisnis, politik di balik king mafia asia.
Awalnya Aurora sangat bahagia ketika ia memilih bergabung di rumah sakit milik Shofi. Aurora yakin hanya Shofi yang bisa di percaya walau pada dasarnya Aurora pun belum berani jujur pada Fatih.
Beberapa bulan bergabung di sana membuat Aurora senang namun kebahagiaan itu sirna ketika sang papa penyuluhnya kembali.
Tak ada senyuman di bibir Aurora ketika ia pulang ke Indonesia hanya ada tangisan yang mengiringi perjalanan Aurora.
Di sepanjang Aurora hanya bisa menitikkan air mata.
Rasa marah, kesal, sedih berkumpul jadi satu membuat Aurora sulit mengungkapkannya.
Kenapa sang papa tak mengerti keinginannnya sampai menentang keras seperti itu seolah itu bukan sifat asli Farhan.
Di balik penentangan itu seolah ada sesuatu besar yang sang papa sembunyikan seolah ada ketakutan dan luka.
Brak ...
Aurora membanting pintu mobil dengan keras membuat para bodyguard terkejut.
Jarang sekali melihat nona muda berperilaku seperti itu biasanya Aurora selalu sopan pada mereka.
Apa pergaulan di luar negri mempengaruhi jati diri nona muda.
Para bodyguard tak tahu jika Aurora sangat kesal sekali namun Aurora sulit untuk melupakannya.
Bukankah perusahaan masih ada om Dom yang menggantikan almarhum om Alam kenapa harus dia yang mengambil alih.
Kapan Aurora bisa terbang meraih cita-cita tanpa kekangan yang membuat Aurora tak bisa berkutik apalagi jika sang papa sudah angkat bicara.
Brak ...
Lagi-lagi Aurora membanting pintu mobil ketika sudah keluar.
Aurora berjalan santai dengan wajah kerasnya masuk kedalam rumah yang sudah lima tahun terakhir ini ia tinggalkan.
Queen tersenyum melihat putrinya yang sudah sampai, rasa rindu begitu menggebu membuat Queen ingin menjewer Aurora yang malah kabur ke Jerman dengan alasan liburan.
Queen tak tahu jika Aurora bukan berlibur melainkan bekerja di rumah sakit Shofi.
Senyuman Queen seketika pudar melihat wajah putrinya yang nampak dingin.
"Sayang,"
Queen memeluk putri semata wayangnya dengan penuh kasih sayang walau hati Queen mencelos karena Aurora tak membalas pelukannya.
Kepulangan Aurora kali ini nampak berbeda seolah dia bukan Aurora nya dulu yang selalu hangat dan manja jika pulang ke Indonesia bahkan Aurora akan berlari sambil berteriak berhambur kedalam pelukannya. Namun kali ini nampak berbeda seolah ada aura besar yang akan terjadi.
Apalagi tatapan Aurora nampak berbeda menatap Farhan yang juga menatapnya dingin.
Entah ada apa antara anak dan ayah itu kenapa mereka menatap penuh permusuhan.
Queen tahu Aurora putrinya yang paling keras kepala sama seperti dia dulu walau pun begitu Queen juga tahu Aurora tak pernah memasang wajah seperti ini pada kedua orang tuanya.
"Sayang, kamu pasti cape istirahat dulu ya!"
Bujuk Queen mencoba memecah suasana yang menyeramkan ini.
Queen menarik tangan putrinya menuju kamar dengan tatapan tajam menatap sang suami.
Deg ...
Queen terdiam tiba-tiba Aurora memeluknya sangat erat ketika mereka sudah berada di dalam kamar.
Queen menautkan kedua alisnya ketika mendengar Aurora menangis.
"Sayang!"
Aurora semakin terisak di pelukan Queen membuat Queen mencoba diam membiarkan Aurora meluapkan emosinya.
"Rora kangen Bunda!"
Isak Aurora semakin mengeratkan pelukannya. Queen membalas pelukan sang putri tak kalah erat.
"Ada apa hm, apa ada masalah! apa kakak di sana tak menjaga putri cantik bunda?"
Tanya Queen sambil menghapus air mata Aurora. Aurora hanya menggelengkan kepala saja.
"Kenapa nakal hm, liburan lama sekali di Jerman bunda kan kangen!"
"Mana ada lama Bun, baru satu tahun!"
"Baru!"
Aurora terkekeh sambil menghapus air matanya melihat tatapan sang Bunda yang menggemaskan.
"Satu tahun bagaimana, kamu liburan satu tahun sebelas hari!"
"Siapa suruh papa nyuruh kuliah jurusan bisnis Bunda kan tahu Rora bukan kak Fatih yang tahu bisnis!"
"Satu tahun liburan mana cukup untuk merefresh otak Rora!"
Aurora mengerucutkan bibirnya membuat Queen menghela nafas berat.
"Minta maaf ya sama papa nanti?"
"Gak mau!"
"Sayang!"
"Sebelum papa ijinkan Rora masuk kedokteran!"
Queen menghela nafas kasar semenjak Aurora pergi ke Amerika memang hubungan Farhan dan Aurora semakin renggang. Apalagi sang suami berbuat ulah lagi membuat Aurora seperti ini.
Entah apa yang harus Queen lakukan agar hubungan suami dan anaknya baik-baik saja.
"Nak cobalah bersabar usia Mentari tak secukup itu memimpin perusahaan!"
"Bunda sama saja!"
Cetus Aurora membuang muka dengan tangan mengepal erat. Kenapa tak ada yang mau mengerti akan dirinya. Kenapa harus dia yang menggantikannya.
"Cuma sebelas tahun, bunda mohon!"
"36 tahun usia tua untuk sekedar mengejar gelar dokter!"
"Sa--"
"Keluar!"
Deg ...
Lagi-lagi hati Queen mencelos mendengar nada bicara sang putri yang kembali berbeda.
Queen tak bisa berbuat lebih untuk bisa membuat Aurora mengerti jika keputusan ini hal yang terbaik untuknya.
Queen yakin Aurora akan membenarkan segala keputusan sang suami.
Queen bukan membela Farhan namun Queen percaya jika Farhan melakukan hal yang terbaik untuk Aurora.
"Istirahat nak, bunda akan kembali saat waktu makan malam!"
Hiks ...
Aurora kembali menangis melihat sang Bunda sudah menghilang di balik pintu. Kenapa tak ada satupun yang mengerti dirinya.
Aurora hanya ingin bebas mengejar cita-cita nya bukan malah terbelenggu dengan perusahaan yang bahkan bukan milik dia.
Andai saja Aurora punya keberanian untuk mengungkap kebenaran nya, apa keadaan ini akan berubah atau masih tetap sama.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Sumar Sutinah
q mampir thor
2023-10-25
2
Ai si 01
awal yang keren🌹🌹🌹
2023-10-25
0
Kaizar Kaizar
awal yg bagus
2023-09-11
2