Hari demi hari berganti bulan Aurora menjalani aktivitas nya menjadi CEO di perusahaan keluarganya. Perusahaan besar yang membuat Aurora akhir-akhir ini sibuk.
Memegang kendali perusahaan bukan hal mudah bagi Aurora seperti Aurora dengan mudah menyuntik atau mengoperasi pasien.
Ini hal berbeda bukan profesi Aurora sendiri membuat Aurora terkadang pusing bahkan pola makan pun tak terkontrol.
Walau begitu tapi ada om Dom yang selalu membantu Aurora dalam hal apapun.
Walau sulit namun Aurora mampu memberi hasil sempurna walau tak secepat cara Alam bekerja ataupun Fatih, harap di maklum saja ( he .. he ..).
Aurora merentangkan kedua tangannya pegal sendari tadi mengetik sampai jari-jari cantiknya keriting.
Aurora melirik jam pergelangan tangannya ternyata sudah larut Aurora yakin sang Bunda pasti mencemaskan ya karena belum pulang.
Ketika bekerja Aurora selalu mematikan ponsel pribadinya dan yang hidup hanya ponsel kerja saja. Aurora memang tipikal orang yang tak mau di ganggu saat bekerja kecuali ketika ia istirahat.
Aurora menghidupkan ponsel pribadinya dan benar saja puluhan panggilan dari sang Bunda masuk membuat Aurora tersenyum. Rasa lelah itu seketika menghilang merasakan kecemasan dan kekhawatiran sang Bunda.
Hanya sang Bunda yang mengerti dirinya entah apa yang terjadi jika Aurora tahu apa yang terjadi pada dirinya tak lekas dari Queen juga.
Entahlah mungkin Aurora merasa kecewa akan semuanya.
Aurora memutuskan pulang karena tak mau membuat sang Bunda semakin cemas.
Jalan begitu sepi hanya ada satu atau dua kendaraan saja. Suasana malam sunyi membuat Aurora tak pernah takut untuk pulang malam.
Itu sudah terbiasa bagi Aurora apalagi ketika ia berada di Amerika.
Dengan kecepatan sedang Aurora melajukan mobilnya.
Mata Aurora menyipit melihat sesuatu di depan sana.
Jalan tertatih-tatih dengan pakaian tak terbentuk seperti seorang zombie.
Citttt ...
Aurora menghentikan mobilnya kasar sampai mengeluarkan bunyi nyaring dari gesekan ban dan aspal.
Aurora mengambil sesuatu di balik jok mobilnya keluar hati-hati guna memeriksa siapa orang tersebut yang tiba-tiba jatuh.
Deg ...
Aurora membulatkan kedua matanya melihat seseorang berlumuran darah. Dengan cepat Aurora mendekat dan memeriksa orang tersebut.
"Masih hidup!"
Gumam Aurora ketika merasakan denyut nadi orang tersebut masih ada.
Grep ....
Aurora terkejut ketika tiba-tiba orang tersebut memegang tangannya.
"To--tolong!"
Seketika orang tersebut tak sadarkan diri namun Aurora masih bisa mendengar dengan jelas permintaan tolong dari orang tersebut.
Entah siapa dan kenapa bisa mendapatkan luka tembak separah itu. Apa dia seorang penjahat, pembunuh atau apalah Aurora tak tahu. Bagi Aurora dia seorang dokter dan tugas ia hanya membantu pasien.
Aurora melirik ke kanan ke kiri jalanan cukup sepi dengan sekuat tenaga Aurora mengangkat orang tersebut ke dalam mobil.
Aurora diam sejenak kemana ia harus membawa orang berpakaian aneh ini. Tak mungkin membawanya ke rumah sakit ataupun ke hotel itu akan menjadi kecurigaan bagi siapapun dan Aurora tak mau terlibat lebih. Aurora hanya sebatas menolong saja tak lebih dari itu.
Aurora membawa mobilnya kejalan yang jarang di lewati orang tak lama ia menghentikannya.
Dengan ragu Aurora membuka kain yang membelit wajah orang tersebut. Seketika mata Aurora menyipit entah apa yang Aurora pikirkan.
Dengan cepat Aurora menolong orang tersebut karena takut nyawanya melayang apalagi kondisinya sangat buruk. Namun anehnya kenapa orang tersebut mempunyai daya tahan tubuh yang kuat padahal bisa di pastikan bahwa orang tersebut banyak mengeluarkan darah apalagi luka tembak di bagian perut dan lengan kirinya cukup dalam walau tak sampai menggores organ vital.
Dengan hati-hati dan telaten Aurora mengambil peluruh tersebut kemudian Aurora menjahitnya kembali.
Untung saja Aurora selalu sedia obat-obatan kemanapun Aurora pergi walau itupun Aurora menyimpannya di tempat sembunyi.
Aurora melirik jam pergelangan tangannya waktu sudah menunjukan jam dua belas malam.
Sejenak Aurora berpikir kemana ia harus membawa orang tersebut.
Dalam kebingungannya Aurora menyambar jaket dan tasnya dengan perasaan tak menentu.
"Semoga kau tetap hidup!"
Gumam Aurora menutupi tubuh orang tersebut dengan jaketnya.
Wushh ...
Aurora melompat dan berlari menuju jalan tikungan yang menggabungkan kejalan utama.
Ilmu bela diri yang sejak kecil di bekali membuat Aurora tak takut oleh apapun berlari seorang diri di tengah kegelapan malam.
Rembulan di atas sana tersenyum menerangi setiap langkah Aurora. Keringat bercucuran sendari tadi namun tak membuat Aurora lelah. Anggap saja ini sebagai latihan kekebalan tubuh yang sudah lama tak Aurora pelajari.
Huh ... Huh ...
Nafas Aurora memburu dengan dada naik turun. Aurora menyandarkan sejenak tubuhnya di salah satu pohon besar.
Entah kenapa Aurora malah memilih berlari meninggalkan mobilnya bersama orang asing yang ia tolong.
Bagi Aurora orang tersebut lebih membutuhkan mobil nya dari pada dia. Tak mungkin Aurora membiarkan orang tidur di tengah jalan sepi di mana kiri kanannya banyak pepohonan rindang.
Aurora tak setega itu walau Aurora tak tahu siapa orang yang ia tolong.
"Taxi!"
Teriak Aurora lega ketika melihat ada sebuah taxi melintas. Entah sebuah keberuntungan atau apa yang jelas Aurora bersyukur jika ada taxi yang lewat di tengah malam begini.
"Ya ampun non, tengah malam begini mau ke mana?"
Tanya supir taxi terkejut melihat penampilan Aurora yang acak-acakan walaupun begitu tapi tak sedikitpun mengurangi kecantikan Aurora.
"Pak tolong antar saja ke jalan xxx!"
"Baik non!"
Aurora memutuskan istirahat di kantor saja karena tak mungkin pulang di jam segini setidaknya orang tuanya tak akan cemas jika ia tidur di kantor karena memang di sana ada ruang pribadi untuk istirahat.
"Oh non bekerja di perusahaan ini?"
Basa basi supir taxi ketika baru ngeh jika alamat yang Aurora minta adalah salah perusahan terbesar di Jakarta.
"Iya pak, ada berkas yang tertinggal!"
Sang supir taxi hanya bisa memangut-mangut percaya dengan apa yang Aurora katakan apalagi penampilan Aurora sangat sopan sekali.
"Terimakasih pak,"
"Non ini terlalu banyak!"
"Tak apa, tips buat bapak sudah bersedia mengantarkan saya walau jaraknya cukup jauh!"
"Itu sudah tugas saya non,"
"Mau di tunggu atau bagaimana?"
"Tak usah pak, di dalam ada teman saya!"
Supir taxi mengangguk lalu pamit pergi. Aurora menghela nafas ketika taxi itu sudah menjauh setidaknya sang supir tak curiga padanya.
Dengan langkah gontai Aurora masuk kedalam gedung perusahaan nya. Kakinya terasa pegal dengan pinggang sedikit perih karena tadi tak sengaja pinggangnya tergores ranting.
"Ya Tuhan ini sangat melelahkan!"
Gumam Aurora menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.
"Siapa dia?"
Monolog Aurora mengingat orang yang ia tolong dan tinggalkan juga.
Karena rasa lelah dan letih membuat Aurora dengan mudah masuk ke alam mimpi. Aurora berharap besok hari baik untuk menjalani aktivitas seperti biasanya.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments