Desak desuk berita pergantian CEO menyebar luas bahkan semua karyawan sudah siap menyambut tuan putri Al-biru.
Ada banyak memasang wajah dalam penyambutan itu. Antusias, ketakutan, penasaran dan biasa saja bercampur jadi satu.
Pasalnya mereka tidak pernah tahu bagaimana wajah tuan putri Al-biru.
Rumor yang beredar Aurora sosok kejam dan dingin tapi entahlah mereka semua belum tahu.
Tak ...
Tak ...
Suara langkah kaki terdengar begituan nyaring membuat semuanya berdiri tegap.
Farhan berjalan di ikuti Dom dari samping sedang Aurora berjalan di belakang Farhan dengan mata sibuk menatap layar ponselnya.
Semua orang menunduk hormat pada Farhan yang sudah berdiri di antara mereka.
"Pagi semuanya, terimakasih atas penyambutan nya!"
"Seperti yang sudah kalian ketahui bahwa posisi CEO sudah lama kosong semenjak meninggalnya adik saya. Tapi hari ini posisi itu akan di ambil alih oleh putri saya Aurora!"
Prok ....
Semua orang bertepuk tangan namun tepukan tangan itu seketika berhenti ketika Farhan bergeser.
Terlihatlah wajah cantik Aurora membuat semua karyawan laki-laki terpesona.
Tubuh tinggi dengan body aduhai, bibir tipis hidung mancung berhias kacamata hitam.
Sungguh maha karya yang sempurna membuat semua pikiran teralihkan.
Deg ...
Salah satu karyawan laki-laki hampir saja pingsan ketika Aurora membuka kacamata nya.
Alis tebal dengan bulu mata lentik menghiasi mata indah dengan bola mata coklat.
Keindahan itu membuat semua orang terpesona akan kecantikan itu. Namun mata mereka tak kuat memandang ketika mata Aurora menatap tajam setiap orang yang memandangnya penuh puja.
Siapa sangka mata teduh itu menyimpan tikaman yang sangat menyakitkan bahkan tak ada senyuman sedikit pun di bibir Aurora.
"Hallo semua nya, mohon atas kerja samanya saya berharap kalian benar-benar bisa membantu saya membesarkan perusahaan ini!"
Suara lembut penuh ketegasan membuat mereka hanyut dan bergidik ngeri juga.
Keluarga Al-biru memang tak bisa di remehkan. Wibawa, ketegasan, profesional dan keangkuhan terasa jelas dari auranya.
Sudah penyambutan besar-besaran Aurora di antar kedalam ruangannya tempat Alam dulu.
Dominic selalu setia menjadi asisten Alam dan sekarang dia tetap menjadi asisten nona muda Al-biru. Suatu kehormatan bagi Dom bisa melayani keluarga Al-biru.
Lima tahun pasca meninggalnya Alam membuat Dom harus bekerja Extra. Walaupun begitu perusahaan tetap berjalan maju bahkan tak sedikitpun mengalami penurunan.
Walau hati perusahaan sudah tak ada masih ada nyawa perusahaan yang tetap berdiri tegak.
Bahkan tak ada yang berani menggulingkan karena mereka harus berurusan dengan Farhan.
"Papa berharap kamu mampu!"
"Jangan lupa syaratnya pa!"
Farhan tersenyum seringai mendengar ucapan putrinya yang masih keras kepala.
"Tunjukan maka papa kabulkan!"
Aurora mengepalkan kedua tangannya menatap kepergian sang papa.
Aurora akan buktikan jika ia mampu membesarkan perusahaan bahkan bila perlu Aurora akan melebarkan sayapnya ke benua eropa dan benua lainnya.
"Maaf nona, ini berkas-berkas yang harus nona pelajari!"
Sopan Dom sambil memberikan setumpuk berkas pada Aurora.
"Ayolah om jangan kaku begitu panggil saja Rora!"
Dom hanya diam saja karena tak seberani itu
walau Dom tahu Aurora selalu welcome.
Aurora mendengus kesal melihat wajah datar Dom.
"Baiklah tinggalkan saya sendiri!"
Dom mengangguk hormat lalu undur diri membiarkan Aurora mempelajari semuanya.
"Semangat Rora, ini hari pertama mu harus semangat!"
Monolog Aurora menyemangati dirinya sendiri.
Aurora membaca beberapa judul tumpukan berkas dari berbagai divisi dan berkas-berkas penting lainnya.
Pertama-tama Aurora membuka berkas tentang marketing pemasaran.
Wajah Aurora nampak serius mempelajarinya. Saking seriusnya bahkan tak terasa Aurora melewatkan makan siangnya.
Dom tak berani masuk mengingatkan karena Aurora bukan Alam yang bisa keluar masuk tanpa izin dulu.
Dom pun kurang tahu bagaimana sikap gadis pemberani yang dulu selalu membuat onar kini tumbuh menjadi gadis anggun dan feminim.
Aurora melirik jam pergelangan tangannya dengan helaan nafas panjang. Aurora menyimpan berkas terakhir yang ia pelajari.
Tok .. tok ...
Dom memberanikan diri mengetuk pintu membuat Aurora langsung menyahut mempersilahkan Dom masuk.
"Nona anda telah melewatkan makan siang, ini makanlah dulu!"
"Ayolah om jangan se-formal itu!"
"Maaf nona!"
Aurora menghela nafas berat Dom memang sahabat om Alam yang paling setia bahkan sampai sekarang selalu membantu dan memegang perusahaan agar tetap maju.
"Temani?"
Dom terdiam tak berani membantah, Dom duduk di hadapan Aurora.
"Bagaimana kabar aunty Vina dan Stephen?"
"Mereka baik, kapan-kapan nona bisa berkunjung!"
Aurora mengangguk sambil memakan makanan yang Dom belikan.
Vina adalah istri dari Dom sendiri sedangkan Steph putra om Dom sendiri usianya sekarang sama dengan Mentari.
Sudah sepuluh tahun Dom mengabdi pada keluarga Al-biru membuat Dom tahu bagaimana sipat sikap keturunan bos nya itu.
Walau keras namun mereka semuanya mempunyai hati yang tulus sama seperti Aurora di luar Aurora sangat menyeramkan sekali namun sikap Aurora akan hangat pada orang-orang terdekatnya dan selalu menghormati siapapun itu yang lebih tua darinya.
"Terimakasih om sudah bawakan makanan kesukaan Rora!"
"Nyonya besar yang memberi tahu!"
Jujur Dom karena memang tadi Dom sempat bertanya pada Queen makanan apa kesukaan Aurora.
"Besok-besok om tak usah repot-repot bawakan Rora makan siang, nanti Rora makan siang di kantin karyawan saja!"
"Nona lebih baik makan di kantin khusus para petinggi saja!"
"Tak apa om, Rora hanya ingin melihat dan mengenal bagaimana karyawan di sini karena masih banyak yang harus Rora pelajari!"
"Baiklah nanti saya temani!"
"Terimakasih om,"
"Mungkin lusa nona akan semakin di sibukkan dengan berbagai Schedule!"
"Mohon bimbingannya om!"
Dom mengangguk membuat Aurora sangat senang setidaknya Aurora sedikit semangat untuk mewujudkan apa yang sang papa inginkan. Aurora akan buktikan jika ia mampu melakukannya.
Mungkin hari-hari yang Aurora lalui akan berat Aurora berharap ia bisa melewatinya sampai waktu tiba.
Mengorbankan semuanya demi keponakan tersayang. Jika mengingat itu membuat Aurora merasa miris.
Mentari lahir dengan keadaan yang sangat menyakitkan di mana Aurora harus kehilangan om dan juga Tante sekaligus.
Andai saja bukan karena Mentari Aurora tak akan mau demi Mentari Aurora akan lakukan segalanya.
Mentari begitu malang Aurora berharap kelak kehidupan Mentari jauh lebih baik dari pada ini.
"Om jangan khawatir, Rora akan menjaga perusahaan ini sampai dimana Mentari berhak memilikinya!"
Gumam Aurora menatap photo dirinya dan om Alam di mana photo tersebut ketika Aurora masih sekolah.
Walau perusahaan itu ada hak Aurora juga namun Aurora tak menginginkan itu semua. Yang Aurora inginkan hanya jadi dokter itu saja.
Entah kenapa Aurora menginginkan menjadi dokter ketimbang melanjutkan perusahaan sang papa atau perusahaan sang Bunda.
Aurora sendiri tak tahu, hati Aurora yang menggerakkan semuanya. Mungkin berawal juga ketika kematian sang Oma Adelia.
Meninggal tepat di hari ulang tahun Aurora dengan penyakit yang tak ada satupun keluarga yang mengetahuinya.
Rasa bersalah dan penyesalan membuat Aurora ingin menjadi seorang dokter guna melindungi keluarganya.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments