"Dasar anak nakal, kenapa kemaren tak pulang!"
Queen berkacak pinggang menatap horor putri kesayangannya yang baru pulang.
Aurora hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Bun, pekerjaan di kantor sangat banyak Rora hanya ingin menyelesaikan cepat!"
"Tapi kamu sudah membuat bunda khawatir!"
"Maafkan Rora Bun, Rora hanya ingin memberikan hasil terbaik untuk kalian!"
Queen tertegun mendengar penuturan sang putri. Queen tak bisa menyalahkan Aurora atas semuanya. Putrinya yang malang harus menanggung semuanya.
"Maafkan Rora sudah buat Bunda cemas!"
"Ngomong-ngomong adek kemana, tumben belum pulang!"
"Hari ini adek lembur katanya, kan papa sudah berangkat ke Jepang!"
"Oh iya Rora lupa, ya sudah ayo masuk Bun Rora sangat lapar!"
Dengan senang hati Queen menggandeng lengan putrinya masuk. Queen mendudukkan Aurora di atas kursi meja makan.
"Rora bisa sendiri Bun,"
"Biarkan bunda menyuapi putri kecil bunda!"
Aurora pasrah disuapi oleh sang bunda rasa ini begitu Aurora rindukan.
Dulu mereka selalu berebut akan suapan dari sang Bunda dan pasti Aksara dan Fatih yang harus mengalah oleh putri satu-satunya keluarga Al-biru.
Aurora begitu lahap sekali apalagi di suapi oleh sang bunda membuat Aurora terasa nikmat padahal perut Aurora sudah kenyang.
"Doakan Rora ya Bun, semoga peluncuran produk baru berjalan dengan lancar,"
"Amin, doa bunda selalu buat kamu sayang!"
Queen jadi merasa bersalah pada putrinya yang harus menjalani ini. Tapi mau bagaimana lagi musuh semakin mengincar Aurora dan Queen tak akan membiarkan itu terjadi.
Semakin tercium jati diri Aurora maka semakin mudah musuh melacaknya. Untuk itu Farhan dan Queen berusaha menyibukkan Aurora dengan pekerjaan belum waktunya untuk Aurora kembali ke Jerman.
Bunda bangga pada kamu nak, semoga kelak kamu bahagia selalu.
Jerit batin Queen sambil tersenyum ketika Aurora berhasil menghabiskan makannya.
"Tidur sama Bunda ya,"
"Siap Bun, Rora mau ganti baju dulu!"
Queen menatap sendu sang putri yang berjalan menjauhinya. Queen berharap sang suami bisa mengatasinya.
Huh ...
Aurora menghela nafas berat tak tega harus menyakiti sang bunda.
Sebentar Aurora ingin mengeluh karena bisnis bukan bidangnya walau para kolega memuji kecerdasan dia tapi bagi Aurora dia tak bisa.
Andai saja ada sang kakak Aurora yakin Fatih tak akan pernah membiarkan ia dalam kesulitan seperti ini.
Ingin rasanya Aurora menangis dengan nasib ini apalagi ketika banyak DM dan email dari profesor dan teman-teman dokternya.
Aurora sangat di butuhkan sekali di rumah sakit sana apalagi Aurora dokter bedah yang banyak di cari orang terutama cara pengobatannya yang berbeda dengan semua orang.
"Ya Tuhan kapan ini berakhir!"
Gumam Aurora beberapa kali menghela nafas berat. Aurora hanya bisa berandai-andai namun tak bisa keluar dari zona kebimbangan ini.
Dengan cepat Aurora turun menuju kamar sang Bunda takut sang Bunda menunggu.
"Kak,"
Bunga tersenyum melihat sang adik yang baru pulang. Ada rasa kasihan juga pada sang adik yang terlihat lelah.
Bagaimana tidak lelah di usianya yang sangat muda Aksara harus belajar menjalankan perusahaan.
"Lelah!"
"Hm,"
"Makan dulu bunda tadi sudah siapkan,"
"Kakak udah makan?"
"Sudah!"
"Putra ganteng Bunda sudah pulang,"
Aksara tersenyum merentangkan kedua tangannya membuat Queen mengerti.
Sudah menjadi kebiasaan bagi Aksara memeluk sang Bunda ketika pergi atau pulang dari sekolah dan kantor.
"Lelah hm?"
"Ya,"
"Sudah makan?"
"Belum,"
"Makan dulu, Bunda suapin!"
Aksara tersenyum lebar sangat bahagia, Bundanya selalu saja yang terbaik.
"Sayang masuk saja duluan ke kamar nanti Bunda nyusul!"
Aurora mengangguk patuh karena memang ia sudah sangat ngantuk.
"Kakak tidur di kamar Bunda?"
"Iya, papa kan gak ada!"
"Adek ikut!"
Queen tersenyum geli melihat putra bungsunya yang selalu manja padanya berbeda dengan Fatih yang selalu bikin jengkel karena kejahilannya namun menumbuhkan rasa rindu.
Fatih sama seperti Queen dulu sangat dingin di luar namun nampak hangat di dalam. Aurora sama seperti Farhan berhati baik namun jika marah jangan salahkan semaunya hancur. Sedang Aksara entah dari mana sikapnya yang hangat dan welcome pada siapapun.
Bahkan manja nya entah turun dari siapa, pasalnya Farhan dulu tak se-manja ini pada mama nya begitu pun dengan Queen yang malah biasa saja.
Bagaimana sikap putra putrinya Queen bersyukur semuanya akur, saling melindungi dan menyayangi. Queen berharap mereka akan tetap seperti ini.
"Terimakasih bunda!"
"Sama-sama tampan,"
"Nanti habis membersihkan diri susul saja ke kamar!"
Aksara mengangguk patuh dengan Queen melangkah masuk kedalam kamar.
Sudah jadi kebiasaan bagi Queen ketika sang suami tak ada maka kedua anaknya yang menemani tidur.
Queen tersenyum melihat putri cantiknya ternyata sudah tidur terlebih dahulu.
"Maafkan bunda sayang!"
Cup ...
Queen mengecup puncak kepala Aurora yang sudah tertidur pulas.
Queen berbaring di sisi kanan Aurora tak lama Aksara datang langsung naik di sisi kiri sang kakak.
"Harusnya Bunda di tengah jadi Aksa peluk bunda!"
"Sini pindah!"
Ucap Queen bergeser pelan takut membuat Aurora terusik.
Aksara memeluk Queen erat dengan Queen memeluk Aurora. Pemandangan yang sangat indah membuat Farhan di sebrang sana tersenyum haru.
Farhan menatap layar ponselnya memperlihatkan istri dan anak-anak yang tertidur.
Farhan memang memasang cctv di dalam kamarnya karena ketika kangen Farhan bisa melihat sang istri dari semuanya.
"Maafkan papa nak, papa berharap kamu sabar sampai tiba saatnya kamu kuat!"
"Papa yakin kamu pasti mengerti papa melakukan ini semua demi kebaikan kalian. Papa sayang kalian!"
Monolog Farhan mengecup layar ponselnya seolah Farhan sedang mengecup ketiga makhluk yang saling berpelukan di atas ranjang sana.
"Tuan!"
"Hm,"
Seperti biasa Farhan akan memasang wajah datarnya ketika berhadapan dengan sang asisten.
"Rencana kita berhasil mengecoh lawan!"
"Bagus, buat Lord devil melindungi putriku!"
"Apa tak beresiko tuan, nona muda pasti hancur,"
Farhan terdiam memikirkan perasaan putrinya namun ini yang terbaik.
"Biarkan hancur, guna hidup kembali!"
Ucap Farhan tegas mengepalkan kedua tangannya erat. Ia tak bisa tinggal diam jika nyawa putrinya terancam dan yang bisa melindungi Aurora hanya Lord devil.
Farhan bukan lemah bisa saja Farhan menghancurkan daratan eropa dengan kekuatannya karena setengah dari mereka adalah kaki tangannya. Namun Farhan sudah berjanji tidak akan ada pertumpahan darah lagi.
Karena sebuah janji pada almarhum sang mama. Hingga membuat Farhan mengambil jalan ini karena di sini Lord Devil yang akan di untungkan banyak. Setidaknya Farhan bisa menepati janjinya dan bisa melindungi putrinya walau Farhan harus membuat Aurora sakit terlebih dahulu.
Andai saja Aurora seperti Fatih yang tak segan menyingkirkan siapapun penghalangnya. Putri cantiknya berbeda walau kejam tapi malaikat di hatinya selalu mendominasi akan diri Aurora.
"Mereka sudah di Takdir kan!"
Bersambung ...
Jangan lupa, Like, Hadiah komen dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments