Aurora terus menjalankan mobilnya dengan pikiran berkecamuk.
Siapa yang harus di salahkan atas semuanya.
Fatih kah!
Sang papa kah!
Sungguh Aurora tak mau berada dalam posisi seperti ini. Atau Mentari kah yang harus di salahkan.
Sekuat tenaga Aurora menyimpan beban di hidupnya. Sudah tujuh tahun dia lagi-lagi harus mengubur mimpi-mimpi nya.
Tak ada lagi julukan dokter Jingga tersemat dalam dirinya karena sudah tujuh tahun menghilang di dunia kedokteran.
Tampa Aurora tahu jika di luar sana nama dia terus di cari-cari oleh seseorang.
Di sebrang sana tiba-tiba ada seseorang yang menyebrang membuat Aurora terkejut di tambah Aurora tak fokus.
Brak ....
Aurora membulatkan kedua matanya dengan nafas memburu melihat seseorang tergeletak di depan mobilnya.
Aurora menabrak seseorang benarkah itu!
Dengan cepat Aurora keluar dengan rasa paniknya.
"Es tut mir leid, ich habe es nicht mit Absicht getan! Maafkan saya, saya tak sengaja!"
Ucap Aurora gemetar karena menyangka dia telah menabrak orang tersebut.
Akhhh ...
Aurora menjerit ketika tangannya di tarik dengan tangan yang berlumuran darah.
"To-tolong!"
Aurora masih mendengar dengan jelas orang tersebut minta tolong. Aurora sungguh kebingungan apa yang harus ia lakukan. Nampaknya orang yang ia tabrak memang sudah mempunyai luka sebelumnya.
Jiwa dokter Aurora meronta-ronta walau Aurora enggan menolong orang tersebut karena takut orang tersebut penjahat.
Karena rasa kemanusiaan Aurora pada akhirnya menolong orang tersebut.
Sesekali Aurora melirik orang yang di tolongnya kenapa bajunya berlumuran darah seperti itu. Aurora tak mungkin membawanya ke rumah sakit dan bingung nanti harus menjelaskan pada dokter apa.
Tak mungkin juga Aurora membawanya ke apartemen.
Sial!
Umpat Aurora dalam hati kenapa hari ini dia sial sekali. Aurora mempercepat laju mobilnya mendengar orang tersebut menggeram sakit.
Cittt ...
Aurora menghentikan mobilnya di tempat sepi tepatnya jalan yang jarang di lewati orang karena jalan itu buntu.
Aurora mengeluarkan peralatan dokter nya yang memang selalu Aurora bawa kemanapun ia pergi.
Prang ...
Aurora tanpa sengaja menjatuhkan peralatan dokter ketika melihat ada dua luka tembak di lengan dan perut laki-laki itu.
Aurora mengigit bibirnya gemetar antara terkejut dan kasihan. Bagaimana bisa ada orang yang mendapat luka tembak tapi masih bisa bernapas.
Lama Aurora mengumpulkan keberanian untuk menolong orang tersebut.
Aurora menggunting jaket hitam guna mempermudah menjahit bekas tembakan itu. Satu lagi tantangan Aurora dia harus mengeluarkan peluruh yang ada di perut laki-laki itu. Untung saja pelurunya tak terlalu dalam.
Aurora sampai meringis mengeluarkannya karena baru kali ini dia mendapatkan pasien luka tembak.
Sudah selesai dengan menjahit dan membalut luka tembak dan luka-luka lainnya Aurora mengelap laki-laki tersebut dengan tisu basah agar wajah, lengan, dan tubuhnya bersih kembali dari noda-noda darah bahkan darahnya ada yang menempel di baju Aurora.
Aurora melirik jam tangannya seperti nya dua atau tiga jam orang tersebut siuman akibat obat bius yang Aurora suntikan.
Aurora bulak balik di depan mobil antara pergi dan menunggu laki-laki itu siuman.
"Bagaimana jika dia penjahat!"
Gumam Aurora bergidik ngeri membayangkan jika ia ternyata sudah menyelamatkan seorang penjahat atau seorang psycho.
Karena merasa takut dan tak mau terlibat Aurora memilih pergi meninggalkan orang tersebut bersama mobil dirinya.
Aurora terus berlari ketakutan dan panik sampai tak memerhatikan jalan.
Bruk ...
Aurora terjatuh akibat rasa panik yang menghantuinya. Dengan cepat Aurora bangun kembali berlari agar menjauh.
Aurora mengirim pesan pada temannya agar menjemput dia di jalan persimpangan.
.
Laki-laki yang di tolong Aurora perlahan mengerjakan kedua matanya. Kepalanya berdenyut nyeri dengan tubuh yang remuk redam.
"Dimana ini!"
Akh ...
Ringis orang tersebut memegang perutnya. Orang tersebut menatap luka tembaknya yang sudah di balut bahkan bukan cuma luka tembak yang di balut luka di kepalanya juga.
Dengan susah payah laki-laki itu keluar dari mobil ternyata hari sudah mulai gelap.
Krek ....
Laki-laki melihat ke bawah ternyata peralatan dokter yang ia injak.
"Ist hier jemand? Apa ada orang di sini?"
Teriak Laki-laki itu menggema hanya suara kicauan burung yang terdengar seolah menjawab panggilan dia.
Laki-laki itu terus mencari siapa orang yang telah menolongnya. Tapi tak ada siapapun di tempat tersebut.
Bahkan tak ada satupun barang yang di kenali dan anehnya kenapa meninggalkan ia di dalam sebuah mobil.
Laki-laki tersebut mencari jaket dirinya ternyata ada di kursi belakang. Tak ada satupun barang yang hilang bahkan pistolnya pun masih ada di dalam jaket tersebut walau salah satu bagian lengannya sudah di potong.
"Siapa yang menolongku!"
Gumam laki-laki tersebut merasa heran. Laki-laki tersebut duduk sambil berpikir keras mengingat-ingat siapa yang menolongnya.
Sittt ...
Bukanya mengingat orang tersebut menggeram merasa sakit di bagian kepalanya.
Karena tak mau ambil pusing orang tersebut pergi dari tempat itu sambil membawa mobil yang di tinggalkan sang penolong.
Bahkan kuncinya pun masih tergantung di sana. Orang tersebut bisa menebak jika orang yang menolongnya ketakutan atau panik sampai meninggalkan dia.
Brummm ...
Orang tersebut melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hingga sampai di sebuah bangunan tinggi dengan aura yang sangat menyeramkan. Bahkan tembok-tembok tinggi itu di kelilingi oleh pohon-pohon rimbun.
"Senor!"
Ucap Alex membungkuk dengan rasa lega melihat Senor nya selamat dari kejaran musuh.
"Periksa mobil itu dan cari sidik jari dari barang-barang yang ada di dalam mobil itu!"
"Baik Senor!"
Orang yang di panggil Senor langsung masuk kedalam dengan langkah panjangnya. Auranya sangat kelam dengan tatapan tajam menghunus siapapun.
"Wer auch immer du bist, ich muss finden! Siapapun kau harus ku temukan!"
.
Kembali pada Aurora yang sedang berkemas. Aurora memutuskan berangkat malam ini bukan besok pagi. Aurora tak mau terlibat dengan masalah orang walau Aurora sempat menolongnya.
Aurora memilih penerbangan malam, Untung saja masih bisa membuat Aurora merasa lega.
Pergi adalah cara terbaik menghindar dari masalah orang. Apalagi orang yang Aurora tolong sangat menyeramkan. Auranya terlihat jelas jika orang tersebut bukan orang sembarangan. Terbukti siapa yang bisa selamat dari luka tembak dan luka-luka lain jika orang itu bukan orang sembarangan.
Bahkan Aurora bisa merasakan kekebalan dalam tubuhnya dan seperti nya orang tersebut sudah biasa mendapatkan luka.
"Warum gehst du jetzt plötzlich! Ra kenapa mendadak berangkat sekarang sih!"
Ucap teman Aurora yang tadi menjemput Aurora di persimpangan.
"Es gibt dringende Geschäfte, Vi! Ada urusan mendesak, Vi!"
Jawab cepat Aurora sambil menutup kopernya.
"Seien Sie nicht wählerisch, bringen wir es zum Flughafen! Jangan bawel ayo anterin ke bandara!
Vivi salah satu teman Aurora waktu kuliah di Amerika. Vivi berada di Jerman karena memang Vivi kewarganegaraan Jerman dan sekarang Vivi bekerja di salah satu rumah sakit terbesar di Bonn Jerman.
Vivi mendengus kesal pasalnya baru saja mereka ketemu dan sahabatnya malah memilih pergi lagi dan sialnya Aurora malah menyuruhnya sebatas menjemput dan mengantarnya saja.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments