Satu persatu gedung pencakar langit sudah kedatangan para karyawan. Semakin jam terus berputar semakin banyak para karyawan yang masuk sampai di mana mentari di atas sana tersenyum lebar menyambut aktivitas para manusia yang berada di muka bumi.
Begitupun dengan Aurora yang sejak tadi sudah bangun dan mandi. Semalam apapun Aurora tidur tetap saja Aurora akan bangun tepat waktu karena sudah menjadi kebiasaan bagi Aurora waktu di Amerika.
Dom masuk kedalam ketika Aurora sudah mempersilahkannya masuk.
"Hari ini nona ada dua pertemuan dengan kolega dari Australia pukul 10:00 dan kolega dari Singapore pukul 12:00!"
"Ok, tolong siapkan berkasnya om!"
"Baik non!"
Aurora merasa lega ternyata hari ini seperti nya ia bisa pulang lebih awal sisanya Aurora akan memberikannya pada Dom.
Aurora kembali membuka berkas yang ada di atas mejanya di mana bulan depan perusahaan akan meluncurkan produk baru.
Aurora berharap sang papa puas akan hasil yang ia capai walau membutuhkan waktu lama.
Jika Aurora di sibukkan dengan berkas-berkas kantor berbeda dengan seseorang yang baru bangun dari tidur panjangnya.
Mentari padahal sudah sendari tadi tersenyum menunggu seseorang orang itu bangun.
Akhh ...
Geraman kesakitan keluar dari bibir orang tersebut. Perlahan kedua matanya terbuka walau sedikit menyipit karena silau dari pancaran matahari.
Pandangannya melebar melihat dimana ia berada.
Seseorang tersebut meraba lukanya yang sudah di balut.
"Siapa yang menolongku?"
Gumam orang tersebut lemah mencoba mengingat siapa orang yang sudah menolongnya.
Orang tersebut menatap sebuah jaket yang sudah tergeletak di bawah kakinya.
Dengan susah payah orang tersebut berusaha meraih jaket lalu keluar dari mobil.
"Di mana ini!"
Monolognya lagi karena merasa asing dengan tempat itu.
Seseorang itu menatap kesekeliling di mana dia berada di sebuah jalan sempit dengan pepohonan di setiap sisi jalan.
"Lord!"
Orang tersebut menoleh ketika mendengar sang kaki tangan memanggilnya.
"Lord, lukanya?"
"Periksa mobil itu apa ada sesuatu petunjuk!"
"Siap lord!"
Ucap tegas Edward sang kaki tangan seorang Lord dingin nan kejam.
Edward merasa bersalah karena tak bisa melindungi Lord nya dari kejaran musuh yang entah dari mana musuh bisa mengetahui perjalanan mereka.
"Tak ada sesuatu yang bisa kita selidiki lord!"
"Sial!"
"Seperti nya pemilik mobil ini orang yang terlatih, bahkan dia meninggalkan mobil ini tanpa plat mobil!"
Sang Lord hanya bisa memangut-mangut menatap tajam pada sekeliling. Orang yang menolongnya ternyata cerdik juga membuang plat mobil agar dia tak bisa melacaknya.
Seketika senyum di bibir sang lord merekah membuat Edward sang kaki tangan di buat merinding.
Edward paham betul arti dari senyuman itu, di mana sang lord mempunyai cara sendiri.
"Kirim mobil ini ke Jerman dan jangan coba-coba menyentuh ya!"
"Siap!"
Sang Lord menepuk pundak Edward lalu melangkah masuk kedalam sebuah mobil hitam yang di mana sang bodyguard sudah siap membuka pintu untuk Lord nya.
Tiga mobil hitam meninggalkan tempat tersebut tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Sang Lord meremas jaket yang ada di tangannya. Bau parfum khas tubuh seorang wanita begitu melekat.
Siapa kau!
Batin sang lord menatap tajam kedepan jalan sana.
Harusnya sang lord hari ini pergi ke sebuah pertemuan bisnis dengan seorang pengusaha king Asia. Namun seperti nya jadwal mereka harus di rubah karena keterlambatan.
Sungguh sangat memalukan harus membatalkan pertemuan dengan orang yang begitu di takuti di dunia bawah.
"Bagaimana apa ada info dari king Asia?"
"Beliau membatalkan kontak kerja sama kita!"
Brak ...
Tendangan kokoh sang kaki lord membuat Edward terdiam. Ia tahu pasti akan seperti ini karena rencana mereka telah gagal.
"Kita ke Perusahaan nya!"
"Beliau tidak ada di tempat, dia sudah terbang ke jepang lima menit lalu!"
"Beraninya, berikan hadiah kecil!"
"Lord anda tahu itu akan membuat kita sulit menembus daratan Asia!"
Krek ...
Sang Lord mengepalkan tangannya kuat bahkan sampai mengeluarkan bunyi nyaring.
Amarahnya berkobar membuat atmosfer di dalam mobil begitu sesak.
"Berikan pelajaran pada Bedebah itu!"
Tegas sang lord tak bisa di bantah jika sudah marah seperti ini maka tak ada yang bisa menenangkan emosinya yang ada mereka akan habis oleh tinjuan keras sang lord.
Sang Lord tak habis pikir dengan manusia satu itu kenapa serakah sekali. Bahkan nyawa dia hampir melayang tadi malam akibat serangan tiba-tiba.
Bagaimana mungkin Bedebah itu bisa tahu jika ia berada di Asia entah siapa yang membocorkan keberangkatannya.
"Edward apa kau sudah menemukan penghianat itu?"
"Sudah Lord!"
"Bagus, kau tahu apa yang harus kau lakukan!"
Edward bergidik ngeri jika sudah seperti ini, ini sudah menjadi kebiasaan mengerikan sang lord. Siapapun dalam anggota mereka menjadi penghianat maka tak segan-segan sang lir akan mengikuti lima cm kulit wajah penghianat itu dan akan di keringkan.
Entahlah, Edward juga tak mengerti dengan tempramen sang lord yang sangat menyukai koleksi kulit wajah sang penghianat.
Kebiasaan seperti itu terjadi ketika kejadian sepuluh tahun lalu dimana terjadi pembunuhan keluarga sang lord tepat di depan matanya sendiri oleh orang yang dulu sang lord sayangi.
Bagi sang lord wajah penghianat wajib di abadikan karena dengan begitu cara sang lord mengingat rasa sakit di khianati.
Dan sang lord ingin menunjukan bahwa tak ada cinta yang tulus di dunia ini selain penghianatan.
Karena keserakahan, keegoisan, kekuasaan dan jabatan.
Dengan begitu itu akan menjadikan kekuatan tersendiri bagi sang lord untuk bangkit dan ia akan membuktikan jika ia tak lemah jika ia kuat dan bisa melindungi keluarganya yang tersisa dari keserakahan orang yang sang Lord benci dan juga cintai.
Rasa sakit membuat sang lord menjelma menjadi makhluk yang sangat kejam bahkan ia tak segan-segan menguliti siapapun yang berani mengkhianati nya.
Bagi sang Lord penghianat harus di berantas di muka bumi ini ia tak pantas bernafas di bumi ini yang ada bumi ini akan kotor dengan nafas mereka.
.
Krek ... Krek ...
Aurora merentangkan kedua tangannya sambil meliukkan pinggangnya sampai terdengar bunyi tulang akibat terlalu pegal terus duduk sambil mengetik beberapa berkas untuk meeting besok.
Dua jadwal pertemuan sudah selesai dan berkas-berkas pun sudah selesai Aurora kerjakan. Kini Aurora tinggal pulang guna mengistirahatkan tubuhnya.
Jika begini Aurora kangen pelukan sang Bunda yang selalu bisa menenangkan hatinya.
Aurora membereskan beberapa berkas yang berantakan sudah selesai Aurora langsung pulang.
"Mau saya antar non?"
Tawar Dom membuat Aurora menghentikan langkahnya.
"Terimakasih om, Aurora pulang sendiri saja Rora tahu Aunty Vina dan Stephen pasti sedang menunggu kepulangan om!"
Dom terdiam sambil tersenyum simpul melihat punggung Aurora yang sudah menghilang di balik lift.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments