Gagal Bertemu

Akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengan Riyoichi sebab masih ada yang ingin aku tanyakan padanya. Semuanya membuatku menjadi bingung dengan sikap Riyu yang menyuruhku untuk menjauhinya.

Sudah sepuluh menit aku menunggu dia di sini tetapi pria itu tidak tiba tepat waktu. Aku pikir dia adalah pria yang tepat waktu tetapi aku salah dan dia membuatku sedikit kesal karena menunggu.

Entah mengapa setiap pria yang mengajakku bertemu selalu saja datang terlambat. Aku sungguh tidak menyukai hal yang berhubungan dengan kata menunggu. Sebab itu membuatku kesal.

Ponselku bergetar, ada sebuah pesan yang masuk. Aku langsung membuka ponsel untuk melihat siapa yang memberikan aku pesan singkat. Nomor yang tidak kukenal tetapi nomor ini seperti nomor yang digunakan oleh Riyoichi saat menghubungi aku.

Aku pun membuka pesan singkatnya, membacanya dengan perlahan dan dia mengatakan jika tempat pertemuan diubah. Sebab ada beberapa orang yang selalu memperhatikan gerak-gerikku.

Bagaimana dia bisa yakin jika aku diikuti oleh beberapa orang, secara perlahan aku memperhatikan sekeliling. Memang benar ada beberapa orang yang mencurigakan. Mereka selalu memperhatikan segala gerak-gerikku, entah mereka suruhan paman Asamu atau suruhan dari Riyu.

Sebenarnya ada apa ini? Mengapa Riyoichi tidak diperbolehkan dekat denganku oleh Riyu. Apakah paman juga ada sangkut pautnya dengan semua ini? Mengapa semuanya menjadi terkait seperti ini.

Riyoichi mengatakan untuk aku menemuinya di Arashiyama besok jam sepuluh pagi. Aku menghela napas panjang, mengapa begitu sulit untuk bertemu dengannya. Lebih baik aku menghabiskan minuman yang aku pesan lalu kembali ke rumah.

Minuman sudah habis, aku beranjak dari tempat duduk lalu berjalan menuju meja kasir dan membayar semua minuman yang telah aku pesan tadi. Namun, sang kasir mengatakan jika semua pesanan yang aku pesan sudah di bayar oleh seorang pria.

  Apakah itu Riyoichi, ahh sudahlah lebih baik aku pergi dari sini sebab sudah tidak ada hal yang harus kulakukan. Yang aku perlukan malam ini adalah berendam sembari menikmati musik yang membuatku tenang.

Aku pikir mereka sudah tidak akan mengikuti tetapi aku salah, mereka masih saja mengikutiku. Malam ini aku sudah sangat lelah, akan aku biarkan mereka bertindak semaunya asalkan tidak mengganggu.

Selama dalam perjalanan menuju rumah, mereka masih saja mengikuti aku hingga aku menghentikan mobil tepat di depan rumah. Aku menekan sebuah tombol yang selalu aku bawa. Secara perlahan pagar pintu rumah terbuka dan aku menjalankan mobil memasuki halaman rumah.

Kulihat sekilas mereka masih berdiam dalam mobil dan memperhatikan aku, mungkin tugas mereka adalah selalu mengikuti ke mana saja aku pergi. Aku membutuhkan rencana untuk besok pagi untuk bertemu dengan Riyoichi.

Aku merasa aneh, mengapa rumah terasa sepi apakah Kimiko dan Eitaro belum pulang ke rumah. Kulangkahkan kedua kaki memasuki rumah dan menyalakan lampu yang masih gelap.

Seketika cahaya lampu menerangi seluruh ruangan, tidak ada sedikit pun kehidupan di sini.  Niat hati ingin menghubungi Kimiko atau Eitaro tetapi aku urungkan dan aku pun berjalan menuju kamar untuk merendam tubuhku dengan air hangat dan aroma terapi serta musik yang akan membuatku relaks.

Semua persiapan berendam sudah siap, aku melepaskan pakaian satu per satu lalu memasukkan kaki serta tubuhku kedalam bathtub. Kunyalakan musik yang bisa membuatku relaks. Aku memejamkan kedua mata untuk menikmati suasana malam ini.

Dor!

Dor!

Suara tembakkan itu membuat kedua kakiku lemas, kulihat diriku semasa kecil yang sedang bersembunyi dari para musuh yang sedang menghabisi ibuku. Aku berusaha untuk menghentikan mereka tetapi tidak bisa, suaraku mendadak tidak keluar.

Kulihat ibu yang sedang menatap gadis kecil seraya mengatakan untuk tidak keluar dari tempat persembunyiannya. Air mata gadis kecil yang melihat kematian ibunya itu membuatku merasa kembali ke masa lalu.

Dor!

Dor!

Aku terbangun dari tidur dan aku tersadar masih berada di dalam bathtub, tak terasa air mataku menetes membasahi kedua pipi. Mimpi ini masih saja menghantuiku, entah sampai kapan aku bisa lepas dari masa lalu yang menyakitkan ini.

Kumatikan musik yang masih menyala tadi, kuambil handuk untuk mengeringkan tubuhku. Terdengar suara mobil berhenti di halaman rumah, mungkin Kimiko atau Eitaro yang tiba.

Kulangkahkan kaki keluar dari kamar mandi lalu menuju almari untuk mengambil pakaian. Terdengar langkah kaki yang mendekat ke kamar, aku berpikir itu adalah Kimiko dan aku langsung membuka pintu kamar.

“Kau—,” Aku begitu terkejut karena yang ada di balik pintu adalah Eitaro.

Dia menatapku tanpa mengedipkan kedua bola matanya, aku langsung menutup bagian atas yang menerawang. Eitaro masih saja menatapku dengan lekat, ini membuatku merasa tidak nyaman.

“Hentikan tatapanmu itu, Eitaro!” ujarku padanya.

Dia langsung mengubah ekspresi wajahnya lalu memalingkan wajahnya lalu dia mengatakan ingin mengajakku makan malam. Karena dia belum makan malam dan ingin menyantap masakan yang aku buat.

“Tunggu aku di pantry!” kataku padanya dan dia pun berjalan meninggalkan aku.

Aku dengan cepat menuju almari mengambil pakaian yang tidak membuat Eitaro menatapku terus-menerus. Sungguh aku merasa risi jika dia menatapku dengan tatapan yang penuh dengan hasrat.

Bagaimana juga dia adalah anak dari ibu Lili dan ayah Arata, dia sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Meski kami berdua tidak ada hubungan darah sama sekali.

Setelah mengenakan pakaian yang aman menurutku, aku berjalan menuju pantry karena aku menyuruh Eitaro untuk menungguku di sana. Rupanya dia benar-benar menungguku. Dia duduk dengan santai di atas kursi depan meja pantry.

“Karena ingin makan apa?” tanyaku padanya.

Dia beranjak lalu berkata, “Biar aku yang memasak malam ini, kau duduk saja!”

Apa? Apa aku tidak salah dengar, bukankah dia mengatakan padaku tadi ingin menyantap makanan yang aku masak. Mengapa sekarang dia mengubah semua rencana begitu saja.

Namun, aku tidak masalah dengan ini karena aku ingin tahu bagaimana dia memasak untukku. Sebab yang aku tahu dari ibu jika Eitaro sudah pandai memasak sendiri. Akan tetapi, dia tidak ingin menunjukkannya pada orang lain termasuk pada ibu.

Nah sekarang mengapa juga dia ingin menunjukkannya padaku, jika dia menunjukkan pada wanita yang dicintainya itu memang pantas. Apakah aku adalah seorang kakak yang penting baginya.

“Mengapa kau mau menunjukkan keahlian memasakmu padaku? Bukankah kau tidak pernah menunjukkannya pada orang lain termasuk pada ibu juga, 'kan?!” Aku bertanya padanya karena ingin tahu apa yang ada di pikirannya saat ini.

“Tidak perlu banyak bertanya! Diam dan tunggu aku menyelesaikan semuanya!” jawabnya.

Eitaro kembali fokus pada memasaknya dan aku kenali teringat akan Kimiko. Apakah dia tahu keberadaan Kimiko saat ini, aku pikir dia sedang bersama Kimiko. Akan tetapi aku salah sebab dia sudah pulang sedangkan Kimiko belum pulang.

Mengapa aku merasa seorang Kimiko menyembunyikan sesuatu padaku, tidak biasanya dia menyembunyikan sesuatu pada diriku. Karena aku sudah terbiasa mendengar apa yang diceritakan olehnya baik itu tentang pria yang dekat dengannya atau yang lainnya.

Terpopuler

Comments

☣ᴍᴀʀᷧɪᷞᴀɴᴀ☣

☣ᴍᴀʀᷧɪᷞᴀɴᴀ☣

Apa nnt yuki dan eitaro pacaran atau cmn eitaro yg menyukain kk angkat nya🤔🤔🤔🤔

2020-12-06

1

Zahira Vini

Zahira Vini

mungkinkah kimiko suka sama eitaro dan tau klo eitaro suka dengan Yuki..dan kimiko melarang eitaro???

2020-12-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!