Kesal

Jangan lupa like, komen dan kasi rate bintang lima ya 😉 terimakasih

Selamat membaca...

____________________________________________

Bug! Bug! Pagi ini seperti biasanya selalu berlatih untuk memperkuat dan mempercepat pukulanku. Aku masih sedikit kesal dengan Kimiko karena dia sudah sangat berlebihan dalam menjalankan mobilnya. Aku akan merasa bersalah jika terjadi sesuatu padanya.

“Pagi-pagi sudah bermain dengan samsak— apa kau sedang kesal?!”

Aku menghentikan memukul samsak saat mendengar ucapan paman Daichi. Dia merupakan asisten kepercayaan ayah Kenzo, semenjak misinya mencari ayah tidak berhasil dia kembali ke rumah ayah Arata dan menjadi asisten sekaligus pelindungku.

“Aku kesal dengan Kimiko— dia semakin menggila dengan mobilnya!” jawabku dengan menghela napas.

Paman Daichi hanya tersenyum saat aku mengatakan itu, mungkin dia sudah mendengar cerita Kimiko. Aku tahu paman Daichi sangat menyayangi Kimiko seperti anaknya sendiri karena dia adalah putri dari paman Maru dan tante Sarada.

“Apa kau sekesal itu padaku? Jika iya— aku akan melakukan hal yang lebih ekstrim dari semalam!”

Aku memandang ke arah orang yang berkata, terlihat Kimiko yang tersenyum tanpa memiliki perasaan menyesal. Namun, aku tidak bisa marah padanya karena aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri.

Dia berjalan mendekatiku lalu melepaskan jaket yang menempel di tubuhnya. Setelah itu dia sudah bersiap untuk berlatih bersamaku. Lalu dia mengatakan, “Ayo— kita mulai.”

Melihatnya begitu bersemangat membuatku semakin bersemangat pula. Aku tidak menyangka jika dia akan selalu mengikuti ke mana pun aku pergi. Padahal ayah dan ibunya sudah melarang. Namun, dia masih bersikeras ingin mengikuti diriku.

Sehingga ayah dan ibunya tidak bisa berkata apa-apa, lagi pula masih ada paman Daichi yang bisa menjaga kami berdua. Itu sebabnya paman Maru menyetujui jika Kimiko ikut bersamaku.

Bug!

Bug!

Whussss!

Kimiko mulai menyerangku terlebih dahulu, gerakannya sangat cepat. Sehingga aku memutuskan untuk bertahan dari serangannya. Dia sama seperti paman Maru yang selalu menyerang tanpa memberi kesempatan pada lawannya.

Staminanya cukup bagus, meski menyerangku secara bertubi-tubi tidak membuatnya lelah. Sungguh aku salut dengan staminanya. Sehingga aku tidak terlalu khawatir dengannya.

Setelah lama bertahan aku melihat celah untuk menyerang balik, aku tersenyum padanya. Dia sudah mulai bersiap, sepertinya dia sudah tahu apa yang akan kulakukan. Apakah dia akan mengetahui jurus apa yang akan digunakan untuk menyerangnya balik.

Whussss!

Kakiku melayang guna menendangnya, dia berhasil menghindar dari tendanganku. Aku tersenyum tipis, rupanya dia sudah bisa menghindari tendanganku. Keahliannya sudah mulai meningkat.

Bug! Bug! Aku terus menyerang balik Kimiko, sekarang giliranku yang tidak akan melepaskannya. Dia terlihat tersenyum meski sudah terpojok. Namun, aku masih memiliki ide untuk menendang bagian bawahnya. Karena dia terlalu fokus padaku sehingga dia tidak akan fokus pada gerakan bawahku.

Brugggg!

Kimiko terjatuh setelah mendapatkan tendangan bawah dariku, dia terduduk sembari tersenyum. Lalu dia mengatakan bahwa aku masih berada di atasnya, sehingga dia akan terus melatih dirinya. Namun, dia mulai menyombongkan dirinya jika aku tidak bisa mengalahkan dirinya dalam memacu mobil dengan kecepatan tinggi

Memang aku mengakui hal itu, Kimiko lebih baik dan hebat dibandingkan diriku. Jika menyangkut memacu mobil dengan kecepatan di batas maksimum. Entah dari mana dia bisa menyukai hal itu, aku pernah melihatnya dimarahi oleh paman Maru karena dia selalu memacu mobilnya dengan kecepatan penuh. Dan itu membuat ayah dan ibunya merasa khawatir.

Aku mengulurkan tanganku pada Kimiko, dia menerima uluran tanganku. Lalu aku berjalan menuju kursi untuk berisi dan meminum minuman yang sudah di siapkan oleh paman Daichi. Begitu pula dengan Kimiko yang duduk di sampingku, dia menyadarkan kepalanya pada dinding.

“Kapan kita kembali ke Saporo?!” Kimiko bertanya padaku.

“Besok!” jawabku singkat.

Dia terdiam lalu menjenguk minuman kaleng yang ada di tangannya. Aku tahu mungkin dia merasa sedih juga akan pergi dari Tokyo. Meski jarak antara Tokyo dan Saparo tidak terlalu jauh tetapi tetap saja dia tidak akan bisa bertemu dengan kedua orangtuanya setiap saat.

“Aku tidak akan memaksamu— jika kau tidak mau pergi!” ucapku.

“Jika aku mendengar perkataan seperti itu lagi akan kubawa kau dengan kecepatan tinggi menggunakan mobilku! Hingga kau memohon ampun agar aku menghentikannya!” jawabnya padaku dengan nada kesal.

Kimiko merasa kesal jika aku mengatakan hal-hal yang mengartikan bahwa aku membebaskannya untuk memilih. Karena aku tahu dia sudah menentukan pilihannya yaitu mengikutiku. Dia juga sudah berjanji pada ibu Lili untuk selalu bersama dengan diriku.

“Baikah— aku akan bersiap-siap!” Kimiko berkata lalu dia pergi meninggalkan diriku.

Aku menghela napas panjang, sebenarnya aku tidak ingin membuatnya berada dalam bahaya. Jika dia ikut denganku maka dia akan selalu berada dalam bahaya. Karena paman kandungku sendiri menginginkan kematianku.

“Apakah ibu sudah kembali?!” tanyaku pada paman Daichi.

“Belum, Nona.” Jawabnya.

Mendengar jawaban itu, aku beranjak lalu berjalan meninggal ruang latihan, menuju kamar guna membersihkan diri dan bersiap untuk kepergianku. Rumah ini terasa sepi setelah kepergian nenek, semenjak itu kakek memutuskan untuk kembali ke perasaan untuk menjalani hari tuanya.

Sedangkan Eitaro dia memutuskan untuk melanjutkan studinya di Columbia University. Entah mengapa dia ingin melanjutkan di sana, sehingga sulit bagiku untuk bertemu dengannya. Sekarang ibu masih berada di New York untuk bertemu dengan Eitaro.

Aku berjalan masuk kedalam kamar mandi lalu membuka satu per satu pakaianku. Setelah selesai dengan rutinitas membersihkan diri aku kembali ke luar dari kamar mandi. Menuju almari guna mengambil pakaian yang hendak ku pakaian dan mengeluarkan beberapa pakaian untuk di bawa ke Saparo.

Beres sudah merapikan pakaian yang besok akan aku bawa, ponselku berdering. Aku melangkah menuju nakas guna mengambil ponsel yang sedang berdering. Kulihat layar ponsel tertera nama ibu, aku langsung mengangkatnya. Karena begitu rindunya pada ibu sehingga aku terus bicara tanpa jeda, sehingga membuat ibu terkekeh-kekeh.

“Bagaimana kabarmu, Yuki?!” tanya seorang pria di seberang telepon. Aku hafal betul suara itu, dia adalah Eitaro. Yang membuatku aneh mengapa dia memanggilku hanya Yuki. Biasanya dia memanggilku kak Yuki.

Aku mengatakan jika aku baik-baik saja lalu aku bertanya padanya bagaimana keadaannya di sana. Dan akhirnya kami pun berbincang-bincang. Tidak terasa sudah satu jam aku berbincang-bincang dengan Eitaro. Aku memutuskan untuk memutuskan sambungan telepon karena aku sudah mengantuk.

Setelah menutup sambungan telepon, aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Dan berusaha menutup kedua mataku tetapi mendadak rasa kantuk ini hilang setelah aku kembali memikirkan bagaimana keadaan ayah Kenzo saat ini. Aku tidak tahu apakah ayah masih hidup apa sudah tiada.

Namun, aku tidak akan menyerah sebelum menemukan batu nisannya jika memang ayah sudah tiada. Akan tetapi aku berharap jika ayah masih hidup dan sehat selalu.

Terpopuler

Comments

Echa

Echa

masih nyimak

2020-12-19

0

VnYoongi

VnYoongi

semangat thor... biar up banyak banyak

2020-07-02

0

Muhammad Rizky

Muhammad Rizky

lanjut thor

2020-07-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!