Lebih baik aku kembali ke tempat Kimiko dan Eitaro, berharap mereka bisa bersiap-siap untuk menghadapi apa yang akan terjadi. Aku berjalan dengan cepat menuju mereka berada, dalam hati berpikir agar tidak ada korban.
“Kalian harus bersiap-siap!” ucapku pada Eitaro dan Kimiko.
Mereka berdua terlihat kebingungan dengan yang aku katakan, Kimiko pun bertanya apa yang terjadi. Aku mengatakan jika akan terjadi sesuatu di pesta kali ini. Dan aku tidak tahu apa yang mereka inginkan.
Dor!
Dor!
Terdengar suara tembakkan yang membuat semua orang terkejut. Beberapa dari tamu undangan berusaha lari untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.
Namun, tidak ada satu pun diantara mereka yang bisa lari. Semua sudah terkepung oleh musuh, sebenarnya apa yang mereka inginkan. Sepertinya yang memiliki pesta ini juga belum keluar.
“Cepat bawa—wanita itu!” teriak seorang pria yang sedang memegang senjata api.
Saat aku melihat siapa wanita yang dikatakan olehnya, betapa aku sangat terkejut rupanya itu adalah nyonya Yuna. Mengapa mereka menangkapnya, sebenarnya siapa nyonya itu. Apakah mereka ingin melakukan pertukaran? Semua pertanyaan melayang di pikiranku.
Bugggg!
Terdengar suara pukulan di sampingku, rupanya seorang musuh memukul Eitaro. Aku tidak menyadari jika Eitaro sedang melakukan perlawanan. Aku menatap kedua matanya, seraya mengatakan untuk tidak melawan.
Iya. Jangan melawan saat ini karena semuanya belum pas. Harus menunggu waktu yang tepat baru bisa mulai melawan mereka semua. Namun, yang menjadi pikiranku saat ini apakah bisa menghadapi semuanya.
'Bodoh apa yang aku pikirkan—lebih baik mencari tahu berapa jumlah musuh saat ini! Apakah mereka sudah berkumpul semua atau masih ada yang bersembunyi untuk mengawasi dari jauh.' Batinku.
“Yuki,” Kimiko memanggilku.
Aku mengangguk, dengan maksud agar melihat semuanya dulu sembari mengawasi apa yang akan dilakukan oleh para musuh. Sala satu dari mereka menodongkan senjatanya padaku, dia menyuruh aku untuk berkumpul bersama para sandera.
Bagus, jarakku dengan nyonya Yuna tidak terlalu jauh sehingga akan memudahkan diriku untuk menyelamatkannya. Entah mengapa hati ini sangat ingin menyelamatkan nyonya Yuna. Padahal aku baru saja mengenalnya tadi.
“Aku pikir putramu akan tiba—rupanya dia sangat penakut!” pria yang memegang senjata itu berkata dengan nada dingin.
“Sebenarnya apa yang kau inginkan? Jika kau hanya membutuhkan aku—lepaskan mereka semua!” Nyonya Yuna berkata agar mereka melepaskan para sandera.
Orang itu terkekeh saat mendengar apa yang dikatakan nyonya Yuna. Dia juga mengatakan tidak akan melepaskan satu pun sandera yang sudah ada dalam genggamannya. Jika putranya tidak muncul maka semua yang ada di sini akan dihabisi.
Aku terus memperhatikan sekeliling, sepertinya mereka semua berjumlah sepuluh orang. Apakah mereka begitu percaya diri dengan jumlah ini menyandera banyak orang. Apakah masih ada orang yang menjaga di luar.
“Putraku pasti akan datang untuk menyelamatkan semuanya!” ucap nyonya Yuna dengan yakin.
Rupanya orang di nanti mereka tidak kunjung jua, sehingga membuat pria itu kesal. Dia menyuruh salah satu anak buahnya untuk membawa seorang pelayan pesta.
Dor!
Dia menembakkan senjatanya, tepat di kepala sehingga orang itu tiada di tempat seketika. Terdengar teriakkan dari para sandera. Mereka terlihat ketakutan akibat pembunuhan ini,
“Kau bodoh! Untuk apa menghabisi orang tidak berdosa!” Aku berkata dengan nada kesal.
Mereka begitu bodoh dengan apa yang dilakukan, membunuh orang dengan santainya. Apakah mereka tidak berpikir apakah yang mereka bunuh itu memiliki orang tua atau saudara yang membutuhkannya.
“Kau—apa yang kau katakan tadi?!” Pria itu berkata padaku.
Dengan lantang aksi mengatakan, “Kau bodoh.”
Dia terlihat semakin kesal, aku sengaja melakukan semua ini untuk melihat betapa jumlah musuh yang sebenarnya. Mungkin ini adalah salah satu cara untuk membuat mereka keluar semuanya.
Bug!
Aku memukul pria yang sudah tepat berada di depanku, dia terhuyung ke belakang. Dia kembali berdiri tegap, berjalan mendekat. Aku yakin dia akan segera menyerangku, mungkin ini saatnya aku beraksi. Karena aku tidak ingin ada orang yang kehilangan nyawanya.
“Rupanya kau bisa bertarung—kalau begitu aku akan menghabisimu kali ini!” Dia berkata sembari menyeringai.
“Dengan senang hati tetapi jika aku menang melawanmu—apa yang aku dapatkan?!” tanyaku padanya.
Dia terkekeh-kekeh mendengar aku mengatakan itu lalu dia mengatakan jika aku adalah wanita sombong. Dan dia akan dengan mudah menghabisinya.
Aku tersenyum lalu mengatakan kembali apa yang akan aku dapatkan jika aku menang darinya. Dia pun mengatakan jika bisa bertahan dari serangannya selama 30 menit maka dia akan melepaskan semua sandera.
Namun, jika aku tidak bisa bertahan dalam waktu tiga puluh menit maka dia akan menghabisiku. Baguslah, dia hanya memberi waktu tiga puluh menit. Mungkin aku akan menang melawannya atau kalah kita lihat saja nanti.
“Apa kata-kata kau bisa aku percaya?” tanyaku padanya.
Dengan penuh yakin dia mengatakan jika sudah mengatakan janji itu maka dia akan menepati janjinya. Semua anak buahnya pun mengangguk dan mereka pun tidak diizinkan untuk ikut campur.
“Baiklah—aku siap!” ucapku.
“Apa kau sudah gila? Mengapa kau melakukannya?!” teriak Kimiko padaku.
Aku mengatakan padanya untuk diam dan perhatikan semuanya lalu dia akan tahu apa yang harus dilakukan. Aku pun mengatakan hal yang sama pada Eitaro.
Bug!
Bug!
Whussss!
Aku mulai menyerangnya dengan pukulan bertubi-tubi dan di akhiri dengan tendangan. Dia masih bisa menangkis seranganku, dia benar-benar lawan yang tangguh.
Akhirnya hari ini aku bisa melampiaskan semuanya pada orang ini. Sudah lama aku tidak bertarung dengan serius, selama ini yang menemaniku hanya Kimiko.
Sekarang dia menyerang balik, serangannya begitu mematikan. Mungkin jika lawannya adalah orang biasa bisa jadi orang itu akan hancur dan kehilangan nyawanya.
Brugggg!
'Sial—aku lengah, dia berhasil menyerangku!' batinku.
Tidak akan aku biarkan dia bisa menyerangku lagi, waktu yang di syaratkan masih cukup lama. Dan aku harus bisa bertahan dari setiap serangan yang dilayangkan padaku.
Sekarang giliranku untuk membalasnya, untung saja aku tidak mengeluarkan semua tenagaku untuk melawannya. Apa ini saatnya aku mengeluarkan semua yang aku miliki. Tidak. Ini bukan saatnya, aku tidak ingin kemampuanku semuanya diketahui oleh paman Asamu.
Serangan yang bertubi-tubi darinya membuatku kelelahan, terdengar suara Kimiko yang memberiku semangat. Namun, perkataan yang terlontar dari mulutnya membuatku kesal.
Karena kesal terhadap perkataan Kimiko, aku pun menyerang dengan bertubi-tubi pada musuhku. Dia terlihat kewalahan sebab seranganku yang tiada henti.
Kimiko pun mengatakan jika waktunya sedikit lagi, itu artinya aku harus bisa bertahan atau menyerangnya. Rupanya orang itu mendengar apa yang dikatakan oleh Kimiko. Sehingga dia kembali menyerangku dengan kekuatan penuhnya.
Bruggg!
Aku kembali terjatuh, tenagaku sudah terkuras. Dia mendekat, mungkin dia ingin menghabisiku tetapi tidak akan aku biarkan. Sebab belum saatnya aku mati, aku belum bertemu dengan ayah dan belum membalas atas kematian ibu.
*Bersambung...
Jangan lupa like, komen, jadikan favorit dan kasi bintang lima ya 😉*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Sumiati
lanjut... thooor
2020-09-14
0
Lusia
lanjut thor, please jgn lama2 ya upnya
2020-09-12
0
Muhammad Rizky
lanjut
2020-09-12
0