Kemarahan

“Bagaimana? Waktu yang kita sepakati sudah habis dan aku sudah bertahan dari setiap seranganmu! Sekarang saatnya kau membebaskan semua sandera!” ucapku.

Pria itu tersenyum, dia memang pria yang selalu menepwti janjinya. Dia menyuruh anak buahnya untuk melepaskan semua para sandera, kecuali diriku dan nyonya Yuna. Aku melihat mereka pun akan melepaskan Eitaro dan Kimiko.

“Aku akan berada di sini!” ucap Kimiko dengan nada dingin.

Begitu pula dengan Eitaro, dia memaksa untuk berada di sini bersama denganku. Aku tahu jika mereka berdua tidak ingin meninggalkan aku begitu saja.

“Apa mereka temanmu?!” tanya pria itu padaku.

“Iya—lepaskan mereka! Dan aku akan tetap di sini!” ucapku padanya, aku tidak ingin jika Eitaro dan Kimiko berada di sini. Karena ini berbahaya bagi mereka berdua, aku memberi mereka tanda agar tidak menunjukkan kemampuan mereka.

Pria itu tidak mengizinkan Eitaro dan Kimiko untuk pergi, aku sungguh kesal dengan mereka. Mengapa mereka tidak menuruti apa yang aku perintahkan. Jika terjadi sesuatu pada mereka, aku akan merasa bersalah pada kedua orangtua mereka.

“Cepat hubungi putramu! Jika tidak wanita ini akan tiada!” ancamnya pada nyonya Yuna.

Nyonya Yuna menatapku, terlihat jika dia tidak ingin jika aku terluka. Aku tersenyum yang menandakan jika diriku tidak apa-apa, hingga tidak perlu khawatir.

Dia langsung menghubungi putranya, memalui ponsel yang diberikan oleh pria itu. Dengan cepat pria itu mengambil ponsel yang berada di tangan nyonya Yuna.

Pria itu mulai mengeluarkan ancaman jika tidak tiba dengan cepat maka akan banyak mayat yang tergeletak di rumah ini. Dengan senyum sinis, dia menutup sambungan teleponnya. Aku yakin jika apa yang diinginkannya terpenuhi, mungkin putra dari nyonya Yuna akan tiba tidak lama lagi.

Aku pikir total semua penjahat ini ada 10, ternyata aku salah. Sekarang mereka sudah mulai berkumpul, bagus ini bagus buatku sehingga bisa memulai rencana perlawanan dan menyelamatkan nyonya Yuna.

Kimiko menatapku, dia tahu apa yang ada di pikiranku. Lalu dia mengedipkan matanya, aku tersenyum dia tahu apa yang harus dilakukan. Sekarang gilirannya mencari celah untuk memberitahu pada Eitaro mengenai rencana yang akan dilakukan.

Ada seorang wanita yang mendekat, dia terlihat sangat sombong. Dia menatapku dengan sinis, lalu berjalan mendekati nyonya Yuna. Entah apa yang akan dilakukan olehnya.

“Bagaimana kabar Anda Nyonya Yuna?” tanya wanita itu dengan senyum manisnya.

Yang aku rasakan, jika wanita itu sudah mengenal dengan baik nyonya Yuna. Sorotan mata nyonya Yuna sangat tajam, dia mengatakan jika dirinya tidak menyangka semua ini adalah rencana dari wanita itu.

“Hahaha iya—semua ini adalah rencanaku! Karena putramu sudah membuatku kecewa dan mengalami kerugian yang sangat besar!” jawabnya sembari terkekeh.

“Lepaskan ibuku—Aoko!” Yang kau inginkan adalah aku!” teriak seorang pria yang terlihat sangat kesal.

Aku terkejut saat melihat pria yang baru datang itu adalah pria yang pernah aku temui sewaktu di Sapporo. Pria yang bersama dengan para asistennya, tidak mungkin mengapa aku harus bertemu dengannya.

“Melepaskan ibumu? Jangan harap—aku akan menghabisi semua orang yang kau sayangi! Dan itu hanya ibumu seorang,” jawab wanita itu.

Rupanya wanita itu bernama Aoko, apakah dia adalah kekasih dari pria itu. Namun, jika dilihat dari semuanya bisa saja itu benar. Begitu dendamkah dia pada pria yang berada di hadapanku ini, hingga ingin membunuh nyonya Yuna.

“Ibu sudah pernah katakan padamu bukan? Jika wanita ini tidak cocok untukmu!” ucap nyonya Yuna.

Plak!

Aoko menampar wajah nyonya Yuna dengan sangat keras, dia pun berkata jika bukan karena nyonya Yuna mungkin dirinya sudah menikah dengan Riyu. Pria itu sangat marah ketika melihat ibunya di tampar di depannya.

Dia berteriak untuk menghentikan semua itu, dia pun mulai mengeluarkan ancaman yang begitu bengis. Aku tidak menyangka pria itu bisa berkata seperti itu.

Namun, Aoko tidak melepaskan nyonya Yuna begitu saja. Dia terus menampar wajahnya. Saku tidak tahu mengapa pria itu tidak. Membawa pengawal atau polisi, bukankah ini salah satu tindak kejahatan.

“Tidak aku sangka kau begitu bodoh Tuan Riyu!” ucap pria yang tadi bertaring denganku.

Riyu sangat marah karena Aoko tidak melepaskan ibunya, dia berlari untuk menghentikan tindakan wanita yang tidak memiliki perasaan itu. Akan tetapi dia tidak berhasil mendekat sebab para penjahat memegangnya dengan erat dan menodongkan senjata di kepalanya.

Aku sudah tidak tahan dengan apa yang dilakukan oleh wanita itu pada nyonya Yuna. Tangan ini sudah tidak bisa menahan untuk menghajar wanita itu. Aku tidak menyangka jika dia berani melakukan semua itu pada seorang ibu.

“Kimiko!” teriakku.

Dia tahu apa yang akan kulakukan, dia pun berdiri lalu memulai perlawanan. Begitu pula dengan Eitaro, aku sudah tidak bisa diam saja. Aku harap baik Kimiko atau Eitaro bisa menghadapi setiap musuh yang ada di sini.

Bug! Bug! Aku melayangkan pukulan pada orang yang sudah menodongkan senjata padaku. Tidak akan kumaafkan siapa saja yang sudah berani mengancamku dengan senjata api.

Dengan cepat aku menuju ke arah nyonya Yuna untuk menghentikan apa yang dilakukan oleh Aoko. Wanita itu sudah keterlaluan, seharusnya seorang ibu diberikan pelukan dan kecupan hangat. Bukan tamparan yang bertubi-tubi hingga meninggalkan luka.

“Dan kau memang bodoh! Datang ke sini tanpa persiapan atau bantuan!” Aku berkata pada Riyu dengan nada kesal.

Riyu kesal dengan apa yang aku katakan, dia mulai melakukan perlawanan juga. Aku tidak peduli jika dia terluka atau tidak yang menjadi sasaranku adalah Aoko yang sudah berani menampar nyonya Yuna.

Aku menarik lengan Aoko, lalu menariknya. Menaparnya adalah yang aku inginkan saat ini, dia harus merasakan apa yang sudah dirasakan oleh nyonya Yuna.

“Ini adalah tamparan yang harus kau rasakan! Bagaimana? Apakah ini enak?!” Aku berkata pada Aoko dengan nada dingin.

“Sudah cukup—hentikan Yuki! Apa kau ingin menghabisinya?!” teriak Eitaro.

Tanganku terhenti sebab ada yang memegang tanganku, seraya ingin aku menghentikan apa sudah kulakukan. Aku dengan kasar mengatakan padanya untuk melepaskan tanganku.

“Lepaskan! Biar aku menghabisi wanita yang berani menyakiti seorang ibu!” bentakku.

Namun, dia tidak melepaskan tanganku, aku melihat kearah orang itu. Aku pikir yang memegang tangan adalah Eitaro tetapi aku salah. Yang memegangku adalah pria yang bodoh itu.

“Hentikan—tidak ada gunanya mengotori tanganmu dengan darah wanita murahan ini!” ucapnya padaku dengan nada penekanan.

Setelah mendengar apa yang dikatakan olehnya ditambah lagi dengan perkataan nyonya Yuna. Aku melepaskan wanita yang tidak memiliki perasaan ini.

Tanganku terasa sakit dan ada noda darah, mungkin ini adalah darah dari wanita itu. Apakah aku sudah melukainya dengan begitu keras. Aku melihat wajah wanita itu, memang terlihat bekas tamparan dan bibirnya berdarah.

Anehnya aku merasa tidak bersalah dengan apa yang sudah aku lakukan. Mungkin aku tidak suka jika ada yang menyakiti seorang ibu. Apa karena aku begitu merindukan sosok seorang ibu, meski selama ini ada ibu Lili yang selalu menjagaku.

*Bersambung...

Jangan lupa ya beri like, komen, jadikan favorit dan beri bintang lima ya😉

Jangan lupa mampir juga di cerita macan yang satu lagi ya, "WANITA BAYARAN*"

Terpopuler

Comments

Marhaban ya Nur17

Marhaban ya Nur17

yuki ama riyu 🙊

2022-08-31

0

Sumiati

Sumiati

next... thor

2020-09-15

0

Ainur Risma

Ainur Risma

setiap hari thor upnx
kayak dlu alexa sama alin
rutin setiap hari up

2020-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!