Kyoto

Akhirnya aku melihat batang hidungnya, dia membuat aku sangat khawatir saja. Dia berlari ke arahku, lalu mengucapkan permintaan maafnya karena sudah terlambat. Aku menatapnya dengan tajam, sehingga dia sadar jika aku sedang marah.

“Kau sudah membuatku khawatir—tahu?!” ucapku dengan nada marah.

“Iya. Iya aku minta maaf, habis tadi ibu memintaku untuk membawa ini dan itu untuk pergi ke Kyoto.” Jawabnya padaku dengan mulut ditekuk.

Melihatnya seperti itu membuatku terkekeh, dengan membayangkan bagaimana bibi Sarada yang cerewet menyuruhnya untuk membawa sesuatu yang tidak diinginkannya.

“Sudahlah—kita ke perusahaan ibu terlebih dahulu, setelah itu kita berangkat ke Kyoto!” aku berkata sembari berjalan menuju mobil yang terparkir di depan rumah.

Sedangkan Kimiko berjalan mengikuti aku dari belakang, dengan langkah lesunya. Entah apa yang dilakukan oleh bibi Sarada, hingga membuatnya menjadi seperti ini.

Dalam perjalanan menuju perusahaan ibu, aku bertanya kembali pada Kimiko. Apa yang sebenarnya terjadi, dia hanya diam dan fokus pada jalanan. Aku menggoyangkan tangannya sehingga dia melihat ke arahku.

“Saat tiba di Kyoto—aku akan mengatakan semuanya padamu!” jawabnya padaku.

Jika dia sudah berkata seperti itu, aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sangat sulit untuk memaksanya mengatakan semuanya, jika dia tidak menginginkannya. Karena aku tahu betul bagaimana sifatnya.

Tibalah aku di perusahaan ibu, saat menuju ruangan ibu aku bertemu dengan bibi Novi. Dia mengatakan jika aku harus bergegas menemui ibu sebelum ibu pergi menghadiri meeting.

Mendengar ucapan bibi Novi, aku bergegas menemui ibu. Beruntung aku masih sempat bertemu dengannya, jika terlambat mungkin aku tidak bisa pamit padanya.

“Kau sudah datang, Sayang?” ucap ibu dengan lembut padaku.

Aku tersenyum dengan mengangguk, lalu mengatakan jika sudah menyelesaikan semua urusanku di sini. Aku segera kembali ke Kyoto bersama Kimiko.

“Baiklah, semuanya sudah kau persiapkan dengan baik. Sehingga Ibu tidak perlu khawatir akan dirimu tetapi ingat pesan Ibu—jika kau membutuhkan bantuan Ibu segeralah menghubungiku!” Ibu berkata dengan senyum khasnya.

Tok! Tok! Terdengar suara ketukan pintu, ibu pun menyuruhnya untuk masuk. Rupanya itu adalah bibi Novi, yang mengingatkan bahwa sudah saatnya untuk meeting.

“Ibu—terima kasih atas semuanya,” Aku berkata sembari membungkukkan badan.

Aku berjalan menuju ruang yang biasa aku gunakan untuk mengerjakan semua tugas yang ibu berikan. Memeriksa semua dokumen yang harus aku serahkan pada bibi Novi lalu pergi menuju Kyoto.

“Apa sudah selesai?” Kimiko bertanya padaku sembari duduk di atas sofa.

“Sudah—ayo kita pergi dari sini!” jawabku dengan membawa beberapa dokumen yang akan aku serahkan pada bibi Novi.

Karena bibi Novi sedang meeting bersama ibu, maka aku menyerahkan semua dokumen pada sekretarisnya. Setelah itu aku pergi meninggalkan perusahaan bunda.

***

Kyoto.

Setibanya di Kyoto aku memilih untuk beristirahat, mulai besok aku akan mengerjakan misiku untuk mencari tahu keberadaan ayah melalui paman Asamu.

“Apa kau yakin akan masuk ke perusahaan ayahmu?!” tanya Kimiko padaku.

Aku tahu jika Kimiko khawatir padaku karena aku akan memasuki sarang harimau. Namun, semua ini harus aku lakukan untuk merebut semua apa yang menjadi milikku. Dan juga agar ayah mau keluar dari persembunyiannya.

“Kau takut?” Aku balik bertanya pada Kimiko.

Dia tersenyum lalu mengatakan, “Kau meremehkan aku Yuki! Jangan kau kira aku takut—aku akan selalu bersamamu sampai kau menemukan ayahmu!”

Dengan senyum penuh keyakinan dia mengatakan itu, aku tahu dia sudah berjanji padaku dan dirinya sendiri. Bahwasanya dia akan terus berada di sisiku setelah aku menemukan ayah Kenzo.

Prang!

“Ada penyusup!” Aku berkata lirih pada Kimiko.

Aku langsung menuju pintu kamar untuk keluar dan mengecek siapa yang sudah berani memasuki rumah. Secara perlahan melihat sekeliling ruangan, tidak tampak seseorang yang mencurigakan.

Kimiko memberi tanda padaku, dia melihat seseorang yang sedang bersembunyi di balik dinding. Itu terlihat jelas karena ada bayangan yang terpantul dari cermin. Dengan cepat Kimiko berlari ke luar lalu dia masuk melalui ruangan yang bisa menembus di mana keberadaan orang itu.

Mereka berkelahi, aku mendekat guna melihat apakah penyusup ini hanya seorang diri atau bersama teman-temannya.

“Cepat katakan siapa yang menyuruhmu?!” Kimiko bertanya dengan penekanan.

Dia berhasil menangkap pengurus-pengurus tersebut, sebelum menjawab apa yang ditanyakan oleh Kimiko. Penyusup itu berhasil melepaskan diri dari Kimiko dan lari meninggalkan rumah.

“Biarkan dia pergi!” Aku berkata pada Kimiko yang hendak mengejarnya.

“Mengapa kau melarang aku untuk mengejarnya?!” Kimiko bertanya dengan nada kesal.

Aku mengatakan padanya tidak perlu karena itu pasti suruhan paman Asamu. Dia mulai bergerak untuk membuatku merasa takut sehingga tidak masuk kedalam perusahaan.

Mungkin mulai hari ini hidupku tidak akan tenang, lebih baik aku mulai mempersiapkan diri dan semuanya. Agar aku tidak masuk kedalam jebakannya. Aku harap ayah segera muncul sehingga bisa kembali memegang apa yang sudah menjadi miliknya.

“Kapan paman Daichi kembali ke Kyoto?!' Aku bertanya pada Kimiko yang terlihat masih kesal.

“Besok—itu yang aku dengar darinya kemarin,” jawabnya.

Sebelum paman Daichi kembali, aku tidak mengizinkan seorang pelayan atau pengawal berada di rumah. Karena hanya paman yang bisa mengatur semuanya, aku tidak bisa percaya begitu saja dengan orang-orang yang baru kukenal.

Kimiko menarik napas lalu membuangnya dengan kasar, dia berjalan mendekati pecahan kaca yang jatuh akibat penyusup tadi. Sedangkan aku kembali kedalam kamar.

Keesokan harinya.

Aku terkejut dengan kedatangan paman Daichi yang membawa beberapa pelayan dan pengawal. Apakah dia sudah tahu kejadian kemarin? Jika iya, maka akan semakin sulit untuk keluar tanpa diikuti oleh pengawal.

“Paman kapan kau tiba?” tanyaku pada paman Daichi.

Dia tersenyum sembari pengaman mendekat lalu berkata jika dia sudah tiba dari satu jam yang lalu. Paman juga mengatakan jika kedatangannya ke Kyoto di percepat karena Kimiko mengabarinya ada penyusup yang masuk kedalam rumah.

Aku melirik pada Kimiko dengan tajam, dia tahu jika aku marah. Dia berpura-pura tidak melihatku, benar-benar seperti anak kecil saja kau Kimiko.

“Semuanya sudah siap—aku akan menemanimu ke perusahaan Arsalan!” ucap paman Daichi padaku.

“Baiklah, aku akan bersiap lalu kita pergi!” jawabku.

Terlihat Kimiko pun pergi memasuki kamarnya, dia akan bersiap juga. Karena aku, dia dan paman Daichi akan memulai memasuki perusahaan Arsalan. Ya Arsalan—aku akan merebut semua yang sudah menjadi milikku. 'Ayah aku harap kau segera muncul—aku sudah sangat merindukanmu,' batinku.

“Aku sudah siap!” ucap Kimiko.

Aku tersenyum lalu berjalan menuju mobil di belakang ada Kimiko serta paman Daichi. Mulai saat ini aku—tidak kami akan memulai pertempuran. Dan aku berharap kau pun bersamaku ayah.

Terpopuler

Comments

Putri Markonah

Putri Markonah

lanjut lagi dong, jangan lama" updatenya, ok🙂

2020-08-01

1

Muhammad Rizky

Muhammad Rizky

lajut

2020-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!