Memasuki ruang kerja, terlihat seorang pria yang sedang berdiri memandangi jalanan melalui jendela besar. Aku tidak mengenalinya jika dari belakang, siapa dia?
“Siapa kau?!” tanyaku.
Dia membalikkan tubuhnya secara perlahan, aku terbelalak saat melihatnya. Rupanya dia sudah berada di Kyoto, bukankah ayah mengatakan dalam seminggu baru bisa ke Kyoto.
“Kau terkejut—melihat kedatanganku?” Dia balik bertanya padaku.
Aku balik bertanya padanya sejak kapan dia ada di Kyoto, dia mengatakan baru saja tiba di Kyoto dan langsung menuju perusahaan Arsalan.
“Kak, apa kau marah padaku?” tanya Eitaro padaku.
Dia memanggilku kak, itu artinya Eitaro masih sama seperti dulu. Masih tetap menganggap aku sebagai kakaknya, perasaanku merasa bahagia jika dia memanggilku kakak.
“Mengapa kemarin kau tidak memanggilku dengan sebutan kakak?!” aku balik bertanya padanya.
Eitaro tersenyum, “Aku hanya ingin mengujimu saja, Kak.”
Aku tersenyum lalu memeluknya, begitu rindu sekali dengan adikku yang selalu mengikuti aku saat masih kecil. Begitu juga setelah dia remaja, dia tidak pernah ingin jauh dariku.
Dia memintaku untuk melepaskan pelukanku, aku terkekeh karena telah memeluknya sangat lama. Aku bertanya padanya mengapa datang ke Kyoto, bukannya akan tiba di Kyoto dalam satu Minggu ke depan.
Eitaro mengatakan jika ayah dan ibu menyuruhnya pergi lebih cepat. Karena paman Daichi akan pergi, sehingga aku memerlukan perlindungan yang lebih.
“Apa kau tidak senang—jika aku ada di dekatmu?!” tanyanya padaku.
“Aku senang kau berada di sini,” jawabku padanya sembari duduk di atas sofa dan dia pun mengikutiku duduk.
Sebenarnya aku tidak ingin Eitaro berada di Kyoto karena apa yang akan aku lakukan mungkin akan membahayakan nyawanya. Sebab paman Asamu bisa menjadikannya sebagai target dan aku tidak ingin terjadi sesuatu padanya.
Jika terjadi sesuatu pada Eitaro, aku tidak bisa membayangkan bagaimana ibu dan ayah menerima semua itu. Mereka pasti sangat sedih.
“Kau akan tinggal di mana?” tanyaku pada Eitaro.
Dia mengatakan akan tinggal bersama denganku dan Kimiko karena itu bisa memudahkannya untuk mengawasi aku. Mengapa aku merasa seperti anak kecil yang perlu diawasi, apakah Eitaro akan bersikap posesif padaku.
Entah mengapa aku memiliki perasaan tidak enak, mudah-mudahan semua yang buruk tidak akan terjadi. Terdengar suara ketukan pintu, aku langsung menyuruhnya masuk.
Kimiko masuk, dia terkejut saat melihat Eitaro berada di dalam ruang kerjaku. Aku tahu mereka berdua tidak pernah akur, dia selalu tidak bisa terima dengan perlakuan Eitaro yang seenaknya.
“Kau—sedang apa kau ada di sini?!” tanya Kimiko dengan nada menyelidiki.
“Terserah aku mau berada di mana—itu bukan urusanmu!” jawab Eitaro dengan santainya lalu duduk di atas sofa.
Terlihat dengan jelas jika Kimiko sangat kesal, aku hanya bisa tersenyum melihat kelakuan mereka yang seperti anak kecil. Kimiko melirik, tatapannya sangat tajam padaku seraya mengatakan padaku tidak perlu menertawakan dirinya.
“Sudahlah—hentikan sikap kalian yang seperti anak kecil!” Aku berkata pada mereka berdua.
Setelah mengatakan itu aku menyuruh Kimiko untuk duduk di atas sofa. Pertamanya dia tidak mau duduk tetapi aku terus memaksanya. Akhirnya dia pun duduk dan aku duduk di samping Kimiko.
Aku mengatakan pada Kimiko jika Eitaro akan tinggal bersama mulai malam ini. Kimiko terkejut, dia tidak setuju dengan apa yang aku katakan.
“Jika Eitaro di rumah—lebih baik aku tinggal di tempat lain!” Kimiko berkata dengan nada kesal.
Aku tidak menyangka jika dia sangat marah terhadap Eitaro, sebenarnya apa yang terjadi pada mereka berdua. Sehingga mereka bermusuhan seperti ini.
Bukankah dulu mereka berdua sangat dekat, entah sejak kapan mereka berdua mulai bertengkar setiap bertemu. Aku harap mereka tidak memiliki masalah yang sangat besar.
“Kau tidak boleh pergi dari rumah!” Aku berkata pada Kimiko.
Namun, Kimiko tidak mau mendengar dia beranjak. Dia hendak pergi meninggalkan ruangan dengan nada kesal. Aku berusaha menghentikan langkahnya tetapi dia tidak mau berhenti.
“Apa kau takut padaku?!” ucap Eitaro dengan nada menggoda.
Kimiko berputar dia mendekati Eitaro, dia mengatakan jika dirinya tidak takut sama sekali dengannya. Dan dia tetap akan tinggal di rumah, dia akan menunjukkan bahwa tidak takut sama sekali dengannya.
Mereka berdua memang seperti anak kecil saja, padahal Kimiko lebih tua dibandingkan Eitaro. Meski hanya berbeda beberapa bulan saja.
***
Malam ini di rumah sudah mulai ada Eitaro, sedangkan paman Daichi pergi untuk menyelidiki keberadaan ayah. Aku berharap ayah dapat segera ditemukan. Sehingga aku bisa bernapas dengan lega.
“Kimiko, belum pulang?” tanya Eitaro padaku yang sedang duduk di atas sofa.
Aku menggelengkan kepala karena Kimiko belum pulang, tidak tahu ke mana dia pergi. Karena dia tidak mengatakan sesuatu padaku. Apakah dia marah padaku, mengenai masalah Eitaro.
“Ada masalah apa kau dan Kimiko?!” Aku balik bertanya padanya.
Eitaro mengatakan jika tidak terjadi apa-apa antara dia dan Kimiko. Dia pun tidak mengerti mengapa Kimiko menjadi tidak bersahabat dengannya. Itulah sebabnya dia selalu menggodanya.
Namun, aku tidak bisa percaya dengan apa yang dikatakan oleh Eitaro. Entah mengapa aku merasa ada sesuatu diantara mereka berdua. Dan aku harus mengetahui semua itu, aku tidak ingin jika kedua orang yang aku sayangi saling bertengkar seperti ini.
Aku mencoba menghubungi Kimiko tetapi ponselnya tidak aktif. Rasa khawatir mulai menggelayuti diriku, aku tidak mau jika terjadi sesuatu padanya.
“Kak—apa kau menyadap ponsel Kimiko?!” tanya Eitaro padaku.
Benar aku lupa jika sudah memasang alat penyadap pada ponselnya. Semua itu aku lakukan guna mengawasi keberadaan Kimiko jika terjadi sesuatu yang membahayakan.
Dengan cepat aku membuka sebuah aplikasi di ponsel yang bisa menunjuk keberadaan Kimiko saat ini. Sebelum berhasil melacak keberadaannya, dia baru saja masuk kedalam rumah.
“Tidak perlu melakukan itu!” Kimiko berkata sembari berjalan mendekat padaku.
Aku menatapnya dengan lekat seraya bertanya padanya dari mana saja dia. Kimiko terdiam lalu dia duduk di atas sofa, dia tidak memandang Eitaro yang ada di hadapannya.
“Aku hanya mencari angin saja,” ucap Kimiko.
Eitaro yang sudah melihat Kimiko ada di rumah, dia beranjak dari duduknya lalu melangkah menuju kamarnya. Benar-benar aneh dengan mereka berdua.
Sekilas aku melihat tadi Eitaro merasa khawatir juga karena Kimiko belum tiba di rumah. Namun, saat melihat Kimiko kembali, wajahnya terlihat kesal dengan sikap Kimiko.
Aku pun menyuruh Kimiko untuk beristirahat karena terlihat dia sudah kelelahan. Dan aku pun ingin istirahat, besok pagi masih ada yang harus aku kerjakan.
“Maafkan aku jika sudah membuatmu khawatir,” Kimiko berkata sembari pergi menuju kamarnya.
Begitu pula dengan aku kembali masuk kedalam kamar, merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Memandang langit-langit kamarku. Memikirkan apa yang terjadi pada Eitaro dan Kimiko.
Apakah ibu tahu tentang masalah mereka berdua tetapi ibu juga tidak pernah mengatakan apa-apa tentang mereka berdua. Apalagi bibi Sarada, dia sama sekali tidak menyinggung tentang Eitaro.
____________________________________________
Hai para readers maaf karena tidak bisa up setiap hari. Namun, saya usahakan untuk up Yuki... So selamat membaca 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
cinlok kli eitaro ama kimiko
2022-08-31
0
Mama agus
ko lma gak up lg sih
pd hal lg seru😔
2020-09-03
0
Zahira Vini
kenapa ga up lagi ya
2020-09-03
0