SAMPAI DISINI
Memiliki karir mentereng, orang tua terpandang dan suami tampan, kaya raya dan begitu mencintai istrinya merupakan dambaan semua orang. Tak terkecuali dengan Alesandra Jessica Iriawan, yang baru saja selesai menikmati masa bulan madunya bersama suaminya Daniel Christian, selama hampir satu bulan di Eropa.
Kini keduanya siap kembali ke aktivitas mereka masing-masing. Dimana Daniel, sang arsitek terkenal akan kembali ke kantornya mengurusi sederet project yang telah menantinya, sementara Jessica seorang desainer muda lulusan Parson School of Design, New York yang memiliki sederet penghargaan, akan kembali ke butik kesayangannya.
Namun sebelum memulai harinya yang padat, mereka menyempatkan diri untuk sarapan bersama. "Morning babe," sapa Daniel, saat menghampiri Jessica di meja makan, ia mendaratkan kecupan manisnya di kening istrinya.
Saat keduannya tengah menikmati sarapan pagi mereka, Daniel mulai membahas masalah project terbarunya.
"Jess, kamu masih ingat dengan project real estate yang di Jakarta Selatan?" Daniel membuka obrolannya.
Jessica menggangguk sembari mengunyah pancake stroberi buatannya.
"Project itu kini sudah berjalan hampir 50%, dan aku kembali mendapatkan project baru yang lebih besar di Osaka Jepang."
Osaka.
Mendengar Daniel menyebut kota Osaka, Jessica berhenti mengunyah. Jujur saja ia senang dengan pencapaian yang di raih oleh suaminya, hanya saja… "Maksudmu kita akan long distance marriage?"
"Ya tentu saja tidak," ucap Daniel. "Dari dulu aku memang tak berniat menetap di Jakarta, aku ingin kita pindah ke Osaka dan mungkin hanya sesekali kita pulang ke Jakarta untuk memantau progres pekerjaanku yang masih berjalan di Jakarta, atau sekedar melihat butikmu."
Selera makan Jessica hilang seketika, dengan mudahnya Daniel mengatakan rencannya pindah ke Osaka tanpa berdiskusi dengannya terlebih dahulu. "Kau tidak pernah membahas ini di perjanjian pra nikah kita kemarin, Daniel." Jessica benar-benar kecewa pada suaminya.
"Kau tahu kan, kalau aku tidak bisa meninggalkan bunda sendirian di Jakarta? Apa lagi akhir-akhir ini bunda sering mengeluhkan kolestrol dan tekanan darahnya meningkat. Aku tidak bisa meninggalkannya." Sejak kepergian ayahandanya dua tahun yang lalu kondisi ibundanya mengalami penurunan sehingga sebisa mungkin setiap dua hari sekali Jessica mengunjungi kediaman ibundanya sebelum berangkat atau pulang dari butik.
"Aku juga tidak bisa meninggalkan butik impianku, Daniel. Mengelola butik dari jarak jauh tidaklah mudah, aku tidak bisa begitu saja menyerahkan pengelolaan butiknya pada orang lain termasuk ke Claire karena sebagian besar aku sendiri yang mendesign pesanan pelangganku."
"Tapi project di Osaka ini penting untukku, Jess. Aku akan bekerjasama dengan banyak orang penting di sana, dan kalau aku berhasil mengerjakan sesuai dengan keinginan clientku, namaku akan jauh lebih di kenal lagi," sanggah Daniel, ia berusaha menyakinkan Jessica bahwa banyak keuntungan lainnya yang akan di peroleh dari project tersebut.
"Nilai project ini hampir menyentuh 20 miliar, kau tidak perlu lagi bersusah payah menghabiskan waktumu di butik itu."
Jessica menggelengkan kepalanya, ia tersenyum sinis pada Daniel. "Butik itu adalah mimpi dan cita-citaku sejak kecil. Jika kau menyuruh aku berhenti mendesign sama artinya kau mematahkan mimpiku."
"Project ini pun mimpiku, Jess!! Aku sudah mengincarnya sejak lama, berbulan-bulan aku dan timku mengatur strategi agar bisa memenangkan project ini. Aku tidak bisa melepasnya hanya karena butik…" Daniel menghentikan kalimat ya.
"Kenapa tidak kau lanjutkan? Kau mau bilang kalau butikku tidak penting ketimbang projectmu yang di Osaka karena nilai projectmu puluhan miliar?? Daniel, tidak semua hal bisa kau ukur dengan materi."
Emosi Daniel kian memuncak hingga akhirnya ia melampiaskannya dengan menghantam vas bunga yang berada di atas meja makan.
Praang…
Sesaat mereka berdua memandangi vas tersebut, Jessica nampak sangat ketakutan melihat kemarahan Daniel, tubuhnya mulai gemetar.
Daniel membangkitkan kembali rasa trauma yang baru saja ia kubur, dan menenggelamkan rasa kepercayaannya terhadapnya, sebab semasa pacaran dulu Daniel secara tak sengaja pernah mendorongnya hingga membentur lemari.
Flashback On.
Jessica yang sedang minum anggur bersama Daniel, melupakan lasagna yang sedang dia oven.
Lasagnaku!
"Oh sial," serunya sembari tertawa.
Daniel bergegas menuju dapur, dan jessica berdiri dari sofa lalu membuntutinya. Jessica masuk ke dapur tepat saat Daniel mengulurkan tangannya ke dalam oven dan mengeluarkan lasagna gosong miliknya.
"Daniel! Kau perlu..."
"Brengsek," teriak Daniel.
"Lap tangan," sambung Jessica.
Lasagna lepas dari tangan Daniel dan jatuh berserakan ke penjuru dapur, Jessica mengangkat kaki guna menghindari percikan beling dan saus lasagna, kemudian ia mulai tertawa begitu menyadari Daniel tak menggunakan lap tangan.
"Ini pasti gara-gara anggur itu, efeknya sungguh luar biasa."
Daniel membanting pintu oven hingga tertutup, lalu berjalan menuju wastafel. Ia menaruh tangannya di bawah kucuran air sambil memaki-maki. Jessica berusaha menahan tawa, tapi anggur dan kekonyolan tadi membuatnya sulit sekali berhenti.
Masih terus tertawa Jessica mendekat ke arah Daniel, ia berharap luka Daniel tak parah. Tawa Jessica pecah saat ia membungkuk untuk melihat sejauh mana ia harus membersihkan dapurnya.
Dalam hitungan detik, tangan Daniel muncul entah dari mana dan menghantamnya, membuat Jessica terpental ke belakang. Tenaganya cukup kuat sehingga Jessica terhuyun, waktu kakinya kehilangan pijakan, wajah Jessica membentur pegangan pintu lemari.
Rasa sakit meruap dari sudut matanya, persis di dekat pelipisnya.
Air mata, hati, tawa, dan jiwanya hancur berkeping-keping, bagai kaca yang remuk, berguguran di sekelilingnya. Jessica mendekap kepala dengan kedua tangan dan berusaha mengeyahkan sepuluh detik terakhir tadi saat Daniel berkata. "Brengsek kau, Jessica," ucapnya dengan kasar. "Tangan ini adalah karirku." Suara itu merasuk tajam ke batinnya, menyayat bagai pedang.
Dengan perasaan bersalahnya Daniel menghampiri Jessica. "Jessica," ujarnya. "Ya Tuhan Jessica." Daniel menarik Jessica ke dalam pelukannya dan menciumi ubun-ubunnya. "Aku benar-benar minta maaf. Tanganku baru saja terbakar, aku panik tapi kau malah tertawa, dan... Aku benar-benar minta maaf, semuanya terjadi begitu cepat. Aku tidak bermaksud mendorongmu, maafkan aku." Daniel membenamkan wajahnya di rambut Jessica. "Aku mohon jangan membenciku, Jess. Aku mohon maafkan aku."
Flashback off.
Menyadari istrinya mulai ketakutan setelah ia memecahkan vas bunga, Daniel memilih keluar untuk menenangkan diri.
"Aku akan pergi dulu, setelah aku sudah lebih tenang, aku akan kembali dan kita lanjutkan lagi diskusi ini." ia berjalan keluar.
Mendengar pintu depan tertutup, Jessica menghela napas leganya. Ia berharap Daniel kembali dengan perasaan lebih tenang sehingga mereka bisa kembali berdiskusi mencari jalan tengah untuk permasalahan rumah tangganya.
Jessica sama sekali tak bermaksud tak patuh atau tak mendukung karir suaminya, ia justru sangat bangga pada semua pencapaian yang telah di capai oleh suaminya, tapi untuk meninggalkan Jakarta rasanya terlalu berat sebab mimpinya sudah tertanam di kota ini jauh sebelum dia mengenai Daniel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
semoga aja saat Daniel pulang, pikirannya uda kembali jernih dan bisa sedikit menurunkan egonya
2023-08-12
3
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
masih pacaran aja uda maen tangan dan kasar tuuuuh....napa Jessica masih aja mau nikah ama Daniel 👉👈
2023-08-12
2
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
waaah ini pasti Daniel merasa di ketawain ama Jesaica sehingga amarahnya muncul
2023-08-12
2