NovelToon NovelToon

SAMPAI DISINI

BAB 1

Memiliki karir mentereng, orang tua terpandang dan suami tampan, kaya raya dan begitu mencintai istrinya merupakan dambaan semua orang. Tak terkecuali dengan Alesandra Jessica Iriawan, yang baru saja selesai menikmati masa bulan madunya bersama suaminya Daniel Christian, selama hampir satu bulan di Eropa.

Kini keduanya siap kembali ke aktivitas mereka masing-masing. Dimana Daniel, sang arsitek terkenal akan kembali ke kantornya mengurusi sederet project yang telah menantinya, sementara Jessica seorang desainer muda lulusan Parson School of Design, New York yang memiliki sederet penghargaan, akan kembali ke butik kesayangannya.

Namun sebelum memulai harinya yang padat, mereka menyempatkan diri untuk sarapan bersama. "Morning babe," sapa Daniel, saat menghampiri Jessica di meja makan, ia mendaratkan kecupan manisnya di kening istrinya.

Saat keduannya tengah menikmati sarapan pagi mereka, Daniel mulai membahas masalah project terbarunya. 

"Jess, kamu masih ingat dengan project real estate yang di Jakarta Selatan?" Daniel membuka obrolannya. 

Jessica menggangguk sembari mengunyah pancake stroberi buatannya. 

"Project itu kini sudah berjalan hampir 50%, dan aku kembali mendapatkan project baru yang lebih besar di Osaka Jepang." 

Osaka.

Mendengar Daniel menyebut kota Osaka, Jessica berhenti mengunyah. Jujur saja ia senang dengan pencapaian yang di raih oleh suaminya, hanya saja… "Maksudmu kita akan long distance marriage?" 

"Ya tentu saja tidak," ucap Daniel. "Dari dulu aku memang tak berniat menetap di Jakarta, aku ingin kita pindah ke Osaka dan mungkin hanya sesekali kita pulang ke Jakarta untuk memantau progres pekerjaanku yang masih berjalan di Jakarta, atau sekedar melihat butikmu." 

Selera makan Jessica hilang seketika, dengan mudahnya Daniel mengatakan rencannya pindah ke Osaka tanpa berdiskusi dengannya terlebih dahulu. "Kau tidak pernah membahas ini di perjanjian pra nikah kita kemarin, Daniel." Jessica benar-benar kecewa pada suaminya. 

"Kau tahu kan, kalau aku tidak bisa meninggalkan bunda sendirian di Jakarta? Apa lagi akhir-akhir ini bunda sering mengeluhkan kolestrol dan tekanan darahnya meningkat. Aku tidak bisa meninggalkannya." Sejak kepergian ayahandanya dua tahun yang lalu kondisi ibundanya mengalami penurunan sehingga sebisa mungkin setiap dua hari sekali Jessica mengunjungi kediaman ibundanya sebelum berangkat atau pulang dari butik. 

"Aku juga tidak bisa meninggalkan butik impianku, Daniel. Mengelola butik dari jarak jauh tidaklah mudah, aku tidak bisa begitu saja menyerahkan pengelolaan butiknya pada orang lain termasuk ke Claire karena sebagian besar aku sendiri yang mendesign pesanan pelangganku."

"Tapi project di Osaka ini penting untukku, Jess. Aku akan bekerjasama dengan banyak orang penting di sana, dan kalau aku berhasil mengerjakan sesuai dengan keinginan clientku, namaku akan jauh lebih di kenal lagi," sanggah Daniel, ia berusaha menyakinkan Jessica bahwa banyak keuntungan lainnya yang akan di peroleh dari project tersebut.

"Nilai project ini hampir menyentuh 20 miliar, kau tidak perlu lagi bersusah payah menghabiskan waktumu di butik itu."

Jessica menggelengkan kepalanya, ia tersenyum sinis pada Daniel. "Butik itu adalah mimpi dan cita-citaku sejak kecil. Jika kau menyuruh aku berhenti mendesign sama artinya kau mematahkan mimpiku." 

"Project ini pun mimpiku, Jess!! Aku sudah mengincarnya sejak lama, berbulan-bulan aku dan timku mengatur strategi agar bisa memenangkan project ini. Aku tidak bisa melepasnya hanya karena butik…" Daniel menghentikan kalimat ya. 

"Kenapa tidak kau lanjutkan? Kau mau bilang kalau butikku tidak penting ketimbang projectmu yang di Osaka karena nilai projectmu puluhan miliar?? Daniel, tidak semua hal bisa kau ukur dengan materi."

Emosi Daniel kian memuncak hingga akhirnya ia melampiaskannya dengan menghantam vas bunga yang berada di atas meja makan.

Praang… 

Sesaat mereka berdua memandangi vas tersebut, Jessica nampak sangat ketakutan melihat kemarahan Daniel, tubuhnya mulai gemetar. 

Daniel membangkitkan kembali rasa trauma yang baru saja ia kubur, dan menenggelamkan rasa kepercayaannya terhadapnya, sebab semasa pacaran dulu Daniel secara tak sengaja pernah mendorongnya hingga membentur lemari.

Flashback On.

Jessica yang sedang minum anggur bersama Daniel, melupakan lasagna yang sedang dia oven.

Lasagnaku!

"Oh sial," serunya sembari tertawa.

Daniel bergegas menuju dapur, dan jessica berdiri dari sofa lalu membuntutinya. Jessica masuk ke dapur tepat saat Daniel mengulurkan tangannya ke dalam oven dan mengeluarkan lasagna gosong miliknya.

"Daniel! Kau perlu..."

"Brengsek," teriak Daniel.

"Lap tangan," sambung Jessica.

Lasagna lepas dari tangan Daniel dan jatuh berserakan ke penjuru dapur, Jessica mengangkat kaki guna menghindari percikan beling dan saus lasagna, kemudian ia mulai tertawa begitu menyadari Daniel tak menggunakan lap tangan.

"Ini pasti gara-gara anggur itu, efeknya sungguh luar biasa."

Daniel membanting pintu oven hingga tertutup, lalu berjalan menuju wastafel. Ia menaruh tangannya di bawah kucuran air sambil memaki-maki. Jessica berusaha menahan tawa, tapi anggur dan kekonyolan tadi membuatnya sulit sekali berhenti.

Masih terus tertawa Jessica mendekat ke arah Daniel, ia berharap luka Daniel tak parah. Tawa Jessica pecah saat ia membungkuk untuk melihat sejauh mana ia harus membersihkan dapurnya.

Dalam hitungan detik, tangan Daniel muncul entah dari mana dan menghantamnya, membuat Jessica terpental ke belakang. Tenaganya cukup kuat sehingga Jessica terhuyun, waktu kakinya kehilangan pijakan, wajah Jessica membentur pegangan pintu lemari.

Rasa sakit meruap dari sudut matanya, persis di dekat pelipisnya.

Air mata, hati, tawa, dan jiwanya hancur berkeping-keping, bagai kaca yang remuk, berguguran di sekelilingnya. Jessica mendekap kepala dengan kedua tangan dan berusaha mengeyahkan sepuluh detik terakhir tadi saat Daniel berkata. "Brengsek kau, Jessica," ucapnya dengan kasar. "Tangan ini adalah karirku." Suara itu merasuk tajam ke batinnya, menyayat bagai pedang.

Dengan perasaan bersalahnya Daniel menghampiri Jessica. "Jessica," ujarnya. "Ya Tuhan Jessica." Daniel menarik Jessica ke dalam pelukannya dan menciumi ubun-ubunnya. "Aku benar-benar minta maaf. Tanganku baru saja terbakar, aku panik tapi kau malah tertawa, dan... Aku benar-benar minta maaf, semuanya terjadi begitu cepat. Aku tidak bermaksud mendorongmu, maafkan aku." Daniel membenamkan wajahnya di rambut Jessica. "Aku mohon jangan membenciku, Jess. Aku mohon maafkan aku."

Flashback off.

Menyadari istrinya mulai ketakutan setelah ia memecahkan vas bunga, Daniel memilih keluar untuk menenangkan diri. 

"Aku akan pergi dulu, setelah aku sudah lebih tenang, aku akan kembali dan kita lanjutkan lagi diskusi ini." ia berjalan keluar.

Mendengar pintu depan tertutup, Jessica menghela napas leganya. Ia berharap Daniel kembali dengan perasaan lebih tenang sehingga mereka bisa kembali berdiskusi mencari jalan tengah untuk permasalahan rumah tangganya. 

Jessica sama sekali tak bermaksud tak patuh atau tak mendukung karir suaminya, ia justru sangat bangga pada semua pencapaian yang telah di capai oleh suaminya, tapi untuk meninggalkan Jakarta rasanya terlalu berat sebab mimpinya sudah tertanam di kota ini jauh sebelum dia mengenai Daniel. 

BAB 2

Daniel menepati janjinya, satu jam kemudian Daniel kembali dengan keadaan yang jauh lebih tenang. Daniel menghampiri Jessica dan menangkup wajah istrinya dengan kedua tangannya. "Dulu aku pernah mengatakan, jika aku ingin menjadi yang terbaik di bidangku. Tapi sekarang jika aku di suruh memilih antara projectku dan membuat istriku bahagia... Aku memilihmu. Kau adalah kesuksesanku. Selama kau bahagia, aku tidak tidak akan masalah kita tinggal di mana, aku bersedia menetap di Jakarta. Untuk projectku yang di Osaka, aku yang akan bolak-balik ke sana, lagi pula projectnya pun tak lama hanya beberapa bulan saja, aku yakin kita bisa melaluinya dengan mudah."

Jessica tersenyum, ia merasa bahwa keputusannya untuk memberikan maaf dan kesempatan pada Daniel adalah hal yang tepat. Karena pernikahan, sejatinya merupakan tentang berdiskusi bersama. 'Daniel sama sekali tak sama seperti Ayah, Daniel masih peduli dan mengutamakanku, Daniel hangat dan mencintaiku sepenuh hatinya,' batin Jessica.

Setelah menyelesaikan kesepakatan tempat tinggal, Daniel pamit berangkat terlebih dahulu ke karena ada meeting yang harus ia hadiri.

"Apa kau tak ingat dengan undangan makan malam Claire?" tanya Jessica ketika ia mengantar suaminya hingga ke mobilnya yang sudah terparkir di teras.

Tentu saja Danel tak lupa dengan acara ulang tahun pernikahan adik kesayangannya. "Acaranya jam delapan malam kan? Aku akan pulang sebelum jam tujuh," ia mengecup bibir istrinya, barulah masuk mobil

"Okay, see you." Jessica melambaikan tangannya ke arah mobil Daniel, ia baru masuk ke rumah dan siap ke butik setelah mobil Daniel tak terlihat lagi.

Satu jam kemudian Jessica sudah berada di butik, ia di kejutkan dengan kedatangan Rey Chandra Adiputra seorang aktor terkenal yang juga merupakan mantan kekasihnya. Rey tersenyum ke arah Jessica yang baru saja masuk ke ruang kerjanya, ia melambaikan tangannya ke sekeliling, lalu duduk di seberang Jessika. "Ini menakjubkan, Jess," pujinya.

Jessica diam sejenak, menghela napas beratnya. "Terima kasih, jadi apa yang bisa aku bantu?" ia mencoba untuk sikap profesional.

Rey terus tersenyum, seolah bangga dengan pencapaian Jessica. Ia kemudian meletakan paper bag di atas menja dan mendorongnya ke arah Jessica. "Hadiah untukmu," ujarnya. "Kau boleh membukanya saat nanti di rumah."

Kenapa dia tiba-tiba datang dan memberiku hadiah? Apa dia tidak tahu jika aku sudah menikah?

"Mau apa kau datang kemari dan memberiku hadiah?"

"Hadiah ini aku sudah aku beli dua tahun yang lalu, tapi sayangnya aku baru bisa menemuimu sekarang karena aku pikir kau akan berkarir di luar negeri," Rey menyandarkan tubuhnya di kursi.

Rey yang penuh perhatian, dia sama sekali tidak berubah, dia tahu semua hal yang aku sukai. Jessica mengambil hadiah itu dan menaruhnya di lantai di belakang meja kerjanya, ia mencoba melepas ketegangan yang ada diantara mereka.

"Aku datang untuk meminta bantuanmu membuatkan baju pernikahan."

Jessica mencoba menyembunyikan keterkejutannya mendengar apa yang di katakan oleh Rey.

"Baju pernikahan untuk adikku," lanjutnya sembari tertawa.

Jessica melirik sinis ke arah Rey. "Mengapa bukan adikmu sendiri saja yang kemari, agar aku mengetahui apa gaun impiannya dan ukuran tubuhnya?"

Wajah Rey berubah menjadi muram. "Adikku kini tengah koma di rumah sakit, dia mengalami kecelakaan beberapa minggu lalu. Tapi aku ingin tetap membuatkan gaun pernikahan untuknya," ujar Rey,  perlahan ia menggenggam tangan Jessica. "Aku percaya kau memberikan yang terbaik untuk adikku."

Jessica yang risih dengan perlakuan Rey, langsung melepaskan tangannya. "Akan aku coba, nanti kusuruh orang untuk ke rumah sakit untuk mengukur badan adikmu."

Rey  merogoh sakunya dan mengambil sehuah kartu nama dari dalam dompetnya. "Ini kartu namaku, kau bisa hubungiku jika ada apa-apa," ia menyodorkannya kepada Jessica. "Kalau begitu, aku pamit dulu. Sampai jumpa."

Begitu Rey keluar dari ruang kerjanya, Jessica memanggil Claire, adik ipar sekaligus rekan bisnis Jessica untuk masuk ke ruang kerjanya. Jessica menjelaskan bahwa project kali ini mereka akan membuat gaun pernikahan adik seorang aktor terkenal, namun sayangnya kondisi calon pengantin sedang terbaring koma di rumah sakit. "Claire, Bisakah kau membantuku untuk datang ke rumah sakit, mengukur tubuhnya?"

Claire mengangguk. "Tentu saja, nanti aku akan ke rumah sakit untuk mengukur tubuhnya." ia memandangi Jessica, ia menangkap jika ada yang tidak beres sejak sang aktor itu pergi dari butik. "Kau baik-baik saja?"

Jessica akhirnya mengakui bahwa Rey adalah mantan kekasihnya. "Itu sudah beberapa tahun berlalu, kita sudah selesai. Jadi aku mohon jangan beri tahu kakakmu jika kita ada kerja sama dengannya."

Claire tersenyum sembari mengangguk. "Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan mengatakan apa pun kepada kakakku," ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari ruang kerja Jessica.

"Claire, terima kasih."

"Sama-sama," ia menutup pintu ruang kerja Jessica.

Jessica meraih ke bawah dan mengambil paper bag berisi hadiah pemberian Rey, ia mengeluarkannya dan langsung tahu isinya sebuah buku yang di bungkus kertas tipis dan ia langsung merobeknya.

Ada foto yang di bubuhi oleh tanda tangan penulis favoritnya di atas buku itu. Rey masih ingat dengan penulis favoritnya yang sering ia baca ketika dirinya masih berpacaran dengan Rey. Ada pula kartu ucapan dari Rey yang bertuliskan. Segalanya saat bersama dirimu.

Jessic meraba tulisan tangan itu, dan menaruhnya di atas meja. Ia merebahkan kepalanya di atas meja dan ia menangis tanpa air mata.

...****************...

Sibuk  mendesign gaun pengantin adik sang aktor, Jessica baru tiba di rumahnya pukul 19.30. Ia merasa bersalah pada Daniel karena pulang terlambat.

"It's okay baby, aku akan menghubungi Claire. Dia pasti akan mengerti, dan dia juga tahu kau sangat sibuk." Daniel membelai wajah Jessica dengan lembut. "Kamu mandilah, aku akan menunggumu."

Jessica mengangguk, ia beranjak dari pelukan Daniel dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai membersihkan tubuhnya, ia menyambar handuk dan mengeringkan tubuhnya saat itu ia mendenggar suara benda jatuh. Gerakan Jessica terhenti.

"Daniel?"

Hening.

Jessica selesai mengeringkan tubuhnya, kemudian mengenakan handuk piyamanya. Suara benda jatuh terdengar lagi. Sebenarnya Daniel sedang apa?

"Sayang!"

Masih tak ada jawaban, ia pun bergegas keluar dari kamar mandi. "Sayang?" ia terkejut ketika melihat meja riasnya terguling. Jessica berjalan menuju sofa untuk mencari keberadaan suaminya, dan Jessica pun mendapati suaminya tengah duduk di tepi sofa.

"Kamu kenapa sayang?"

Daniel mendongak menatap Jessica dengan tatapan tajam, hingga Jessica tak bisa lagi mengenali suaminya. Jessica bingung dengan apa yang terjadi, ia menerka-nerka, apakah suaminya baru saja mendapatkan kabar buruk atau....

"Daniel, kau membuatku takut. Ada apa sebenarnya?"

Daniel menunjukan tasnya, ia menatap istrinya seolah seharusnya Jessica tahu apa yang terjadi, namun Jessica menggelengkan kepalanya, ia masih tidak tahu apa yang di maksud Daniel.

Daniel menunjukan sebuah kartu nama "Aku hanya ingin meminjam handphonemu untuk mengabari Cleire karena handphoneku mati." Daniel menaruh tas Jessica di meja. "Aku menemukan kartu nama ini berada di tasmu."

Ya Tuhan.

Tidak, tidak, tidak.

Daniel meremas kartu nama itu." Tadinya kupikir istriku ini tidak akan pernah berurusan dengan mantan pacarnya lagi." ia berdiri dan mengangkat handphone Jessica. "Tadi aku sempat menghubunginya."

Daniel mencengkram handphone Jessica dengan erat. "Dia beruntung tak mengangkat teleponku." ia melempar handphone Jessica kuat-kuat sampai membentur tembok dan hancur berkeping-keping di lantai.

Ada jeda dua detik dimana Jessica berpikir, apa yang akan terjadi selanjutnya.

Apakah Daniel akan meninggalkannya? Atau Daniel akan menyakitinya seperti dulu saat mereka belum menikah?

Daniel menghembuskan nafas beratnya kemudian ia beranjak pergi begitu saja menuju pintu kamar. Daniel pergi meninggalkan kamarnya.

"Daniel!" teriak Jessica, ia membuka pintu dan berlari mengejar Daniel. Daniel sudah menuruni tangga, namun Jessica terus berlari mengejarnya, hingga ia berhasil menggapainya.

Jessica mendesak ke depannya dan menyambar kemeja suaminya dengan kedua tangannya. "Sayang aku mohon dengar dulu penjelasan ku," pinta Jessica. 

Daniel menatap Jessica dengan tatapan penuh kemarahan, ia mencengkram bahu Jessica dan mendorong tubuh Jessica menjauh darinya.

BAB 3

"Jangan bergerak dulu, kamu masih harus banyak istirahat," ucap Daniel.

Jessica merasakan kepalanya sangat pusing, namun ia berusaha untuk membuka matanya, ia meringis merasakan perih yang menusuk di sudut matanya. Jessica mencoba untuk duduk, tapi Daniel menahan bahu Jessica. "Kamu jangan banyak bergerak dulu, dokter bilang kamu masih harus banyak istirahat."

"Dokter?" tanyanya, sembari kembali mencoba membuka matanya, dan melihat sekeliling ternyata ia sudah berada di ruang rawat inap.

"Tadi kamu jatuh dari tangga," jawab Daniel.

Sesaat Jessica menatap mata Daniel, ada pancaran kekhawatiran dan rasa bersalah pada sorot matanya, kemudian di belakang Daniel sudah ada Claire dan suaminya yang juga terlihat mengkhawatirkan dirinya.

Jessica kembali memejamkan matanya, mengingat-ingat apa yang terjadi pada dirinya.

Handphoneku.

Kartu nama Rey.

Tangga.

Aku menyambar kemerjanya.

Suamiku mendorongku.

Aku bukan jatuh, suamiku sendiri yang mendorongku, dan ini sudah yang kedua kalinya dia mendorongku.

Jessica tak tahu seberapa cidera yang ia alami, namun ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, tapi semua sakit di tubuhnya tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya, mendapati fakta bahwa suaminya sendirilah yang membuatnya terjatuh.

Jessica menepis tangan suaminya, ia ingin Daniel pergi menjauh dari dirinya. "Kau mendorongku," ucap Jessica di sela tangisannya.

"Kamu jatuh sayang," Daniel mengelus kepala Jessica dengan lembut, Jessica bisa merasakan jika tangan Daniel gemetar.

"Aku sudah mendengar semuanya dari Claire, soal Rey yang datang ke butikmu tadi pagi."

"Daniel, aku memang sudah tidak ada apa-apa dengan Rey. Dia hanya memintaku membuatkan gaun pernikahan untuk adiknya, sehingga wajar saja jika dia memberikan aku kartu namanya, agar aku bisa mengirimkan sketsa gambarku kepadanya. Reaksimu sungguh sangat berlebihan, Daniel. Padahal kau belum mendengar penjelasanku, kalau kau memang tidak suka aku berbungan dengannya, aku bisa meminta Claire yang mengirimkan sketsa itu kepadanya," terang Jessica. "Sekarang kamu pergilah dari sini, aku tidak ingin melihatmu lagi."

Kata-kata Jessica membuat Daniel terkejut. "Kau sedang di rawat karena jatuh dari tangga. Aku tidak bisa meninggalkanmu, Jess. Aku ingin menemanimu."

"Tidak perlu! Aku tidak akan jatuh kalau bukan karena kamu yang mendorongku." Jessica memukul tangan Daniel. "Pergi kamu dari sini! Aku ingin cerai darimu," teriak Jessica. "Keluar! Keluar! Keluar....." 

Claire menyelinap dan memegang tangan Jessica. "Jessica, tolong tenang dulu." ia menoleh kearah Daniel. "Sebaiknya mas ceritakan kepada Jessica sekarang. Dia istri mas, dan berhak tahu tentang kondisi mas sebenarnya, jika mas tidak mau menceritakannya biar aku yang akan mengatakannya."

Daniel langsung mencegah adiknya. "Aku akan bicara dengannya."

Claire kembali membalik badan menghadap Jessica. "Please dengarkan cerita kakakku," pintanya. "Aku tahu kakakku sudah sangat keterlaluan, aku tidak memintamu untuk memaafkannya, tapi tolong dengarkan kakakku sekali ini saja."

Jessica diam sejenak, ia berpikir alasan apa yang ingin Daniel sampaikan. Tapi apa pun alasanya Jessica tetap merasa bahwa Daniel tidak sepatutnya meluapkan emosi berlebihannya kepada dirinya hingga membuatnya celaka.

Jessica mengangguk dan Claire melepaskan tangan Jessica, ia mempersilahkan kakaknya untuk bercerita kepada Jessica.

Daniel menatap Jessica dalam-dalam. "Jess, kau masih ingatkah dengan ceritaku tentang bocah lelaki yang meninggal akibat di bakar oleh adiknya sendiri?"

Jessica mengangguk, sembari mengingat-ingat cerita itu sebab Daniel menceritakan kisah itu jauh sebelum mereka menikah. 'Tapi apa kaitannya antara bocah itu dengan kejadian yang menimpa dirinya,' Jessica bingung.

Daniel menekan kedua telapak tangannya ke mata, menahan tangisannya. "Apa kau masih ingat apa yang kau katakan sewaktu aku menceritakannya?"

"Aku bilang, aku tidak bisa membayangkan dampak kejadian itu pada adik yang tak sengaja membakar kakaknya," jawab Jessica. "Dan kemudian kamu bilang 'Dia akan hancur seumur hidup.'" Jessica tiba-tiba merasa sedih jika mengingat cerita bocah malang itu.

"Jessica," ucapnya. "Kejadian itu benar-benar menghancurkannya. Aku tahu persis bagaimana perasaan anak itu... Karena sebenaranya cerita itu adalah cerita aku dan kakakku..."

Jessica sangat terkejut, ia sekan tak percaya dengan apa yang di sampaikan suaminya. Daniel memeluk Jessica dengan erat. "Aku membakar kakak, sekaligus sahabat baikku sendiri. Saat itu usiaku baru genap lima tahun, aku sama sekali tidak tahu jika yang aku pegang itu adalah pematik. Yang aku tahu benda itu tongkat sulap seperti yang ada di film kartun, namun orang tuaku meletakan di meja kamar mereka. Aku mengarahkan tongkat itu ke kepala kakakku."

Tubuh Daniel mulai berguncang, ia memeluk istrinya semakin erat. Meski Jessica masih marah pada Daniel, namun ia merasakan betul jika hati suaminya sangat hancur, ia mengusap kepala Daniel dengan lembut, kemudian mengecupnya.

"Waktu itu Claire masih berusia empat tahun, Ernest enam tahun. Saat kejadian, orangtuaku dan Claire sedang keluar, sehingga tidak ada yang mendengar jeritan kami, lalu..."

Daniel melepaskan pelukannya, dan berdiri. Hening cukup lama, karena Daniel masih belum sanggup untuk menceritakan kelanjutannya. Ia kembali duduk di samping Jessica. "Aku berusaha.." Daniel menunduk, menutup kepalanya dengan kedua tangannya.

"Aku berusaha memadamkan api namun dengan cepat api merambat dan menghanguskan organ vital dikepala kakakku."

Jessica di buat semakin terkejut mendengar kelanjutan cerita Daniel, ia menutup mulutnya yang mengaga dengan kedua tangannya.

Daniel kembali memeluk istrinya. "Aku menceritakan ini bukan untuk mencari-cari pembenaran atas perbuatan yang telah aku lakukan kepadamu tadi." ia melepaskan pelukannya dan menatap mata Jessica. "Tadi Claire memintaku untuk menceritakan peristiwa itu karena sejak kejadian itu, banyak hal yang tidak bisa aku kendalikan. Aku bisa mendadak marah, aku bisa mendadak pingsan. Sejak kejadian itu, hingga sekarang aku masih menjalani terapi dan meminum obat. Inilah kenyataan hidupku."

"Saat tadi kamu mengejarku, aku bersumpah, aku tak punya niatan untuk menyakitimu. Aku kecewa dan marah. Aku merasakan emosi yang sangat besar dalam diriku, aku tidak ingat dan tidak sadar ketika aku mendorongmu. Satu-satunya yang ada dalam pikiranku adalah menjauh darimu, aku ingin kau menyingkir dari hadapanku . Tapi aku lupa jika kita sedang berada di tangga, dan tenagaku jauh lebih kuat di bandingkanmu. Aku salah, Jessica. Aku salah."

Daniel kembali memeluk Jessica. "Kamu istriku, seharusnya aku menjadi pelindungmu dari orang-orang jahat di luaran sana yang ingin menyakitimu, tapi justru aku yang menyakitimu," ucap Daniel dengan putus asa.

Jessica memalingkan wajahnya dari Daniel, ia berpikir bahwa seharusnya ini tak seperti ini. Seharusnya ia tetap mengusir Daniel. Tapi kenyataannya ia masih membiarkan Daniel di sini dengan luka-luka di badannya akibat perbuatan pria yang seharusnya melindungi dan mencintainya.

Namun entah mengapa, hati Jessica berusaha mencari pembenaran atas apa yang terjadi. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan terisak, karena merasakan banyak kepedihan untuk Daniel setelah mengetahui apa yang terjadi pada masa lalu Daniel.

Daniel baru saja membuka rahasianya yang mungkin tak akan pernah ia ceritakan pada siapa pun, dia sedang berusaha keras menjadi orang yang lebih untukku. Ya, dia semalam memang dia membuat kesalahan, tapi sekarang dia ada di sini dan berusaha membuatku mengerti akan masa lalunya yang menyebabkan ia tidak memiliki kendali, dan aku tidak boleh menyamakan pernikahan orang tuaku dengan  pernikahanku, karena sebetulnya Daniel memperlakukan aku dengan sangat baik dan dia sangat mencintaiku.

Jessica menyeka air matanya. 'Aku istrinya, harusnya aku menolong pria yang kucintai. Dan aku percaya jika cinta kami cukup kuat untuk melewati ini,' gumamnya dalam hati.

Jessica mengelus kepala Daniel dengan lembut. "Aku percaya sama kamu, Daniel."

Daniel menghembuskan nafas leganya. "Terima kasih kau sudah mengerti dan memberiku kesempatan," bisiknya. "Aku butuh kamu untuk menolongku sembuh dari tekanan ini."

Dalam benaknya, Jessica merasa telah melakukan hal yang benar, ia akan berusaha semampunya untuk membantu Daniel.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!