Saat bangun dari tidurnya, mata Jessica terbelalak kagum, melihat rumah pantai milik Rey. Rumah itu terdiri dari tiga lantai. Baja, dan kaca membentang dari gerbang depan, menyusuri taman pribadi yang rimbun, menuju hamparan pasir pantai di dekatnya. Rumah itu terkesan sangat maskulin—garis-garis yang tegas dan ruang terbuka, tangga gantung dan lantai batu. Warna interior dan dekorasinya terkesan minimalis.
Susunan warna yang mengadaptasi lautan dan matahari terbenam dengan kontras menghiasi setiap kamar dan menghasilkan kesempurnaan yang sangat pas. Dan karya seni yang terpajang begitu spektakuler, memadukan budaya Timur kuno dan budaya Eropa modern.
Denah utama rumah berkonsep terbuka, menawarkan pemandangan laut yang tidak terhalang dari pintu masuk utama, ruang tamu, dapur, juga bar, dengan sedikit sektor berdinding di bagian kiri. Karena rumah ini dibangun di atas tanah bergradasi, yang seharusnya menjadi lantai dasar di pintu depan sebenarnya adalah lantai dua, menghasilkan ilusi seolah-olah terasnya melayang di atas lautan luas.
“Wow ini menakjubkan, Rey.” Jessica yang begitu memimpikan memiliki rumah tepi pantai tentu sangat menyukai rumah Rey.
Rey berdiri di dekat jendela tinggi dan tersenyum. “Ada yang lebih bagus. Ayo kutunjukkan.”
Setelah membuka gerendel satu demi satu, Rey mengayun panel kaca lebar itu sejauh sembilan puluh derajat dan mengubah ruang tamu menjadi sambungan dari teras luar. Angin laut nan sejuk bergulung ke dalam rumah, membawa suara gemuruh ombak, dan menciptakan kurva berwarna krem dalam tarian cahaya, gerak, dan suara yang membubung.
Rey sangat bangga dan puas terhadap rumah yang ia buat dari hasil keringatnya. “Cukup hebat, bukan?”
Ya. Cukup untuk membuat Jessica gatal ingin membentangkan kedua lengan dan membiarkan angin berembus hingga ke bagian belakang lehernya. Namun alih-alih melakukan hal tersebut, Jessica justru hanya mengangguk setuju sembari tersenyum tulus. “Ya.”
“Dapur, ruang makan, dan ruang tamu ada di lantai dasar. Kamarku di lantai tiga. Aku akan menunjukkan kamar tamunya.”
Di lantai bawah, Rey membuka pintu paling ujung di sebelah kiri, memperlihatkan kamar tidur dengan pemandangan laut luas yang spektakuler. "Ini kamarmu," ucap Rey, ia berjan ke arah sebuah meja dan mengeluarkan kotak P3K dari dalam laci.
Ia mengobati Jessica sebisa yang mampu. "Aw sakit Rey," rintih Jessica saat Rey membersihakan luka sobek di kening dan lehernya.
"Tahan sebentar ya," di tahap akhir Rey menutup luka Jessica dengan perban. "Selesai. Apa kau ingin makan sesuatu?"
Jessica menggeleng, ia tak sanggup untuk makan sesuatu. "Aku mau membersihkan diri dan istirahat." Jessica ingin membasuh rasa wine dari mulutnya, membasuh tiga jam terakhir dalam hidupnya sampau hilang.
Rey berjalan ke lemari dan menarik satu laci, ia memberikan handuk dan satu set pakaian tidur kepada Jessica. "Istirahat-lah. Selamat malam," ucap Rey ketika Jessica melangkah masuk ke kamar mandi, dan Rey pun meninggalkan kamar Jessica.
Jessica mengurung diri di kamar mandi selama tiga puluh menit. Beberapa menit ia habiskan untuk merenung dan menatap bayangan dirinya di depan cermin, lalu beberapa menit lagi ia habiskan di bawah pancuran air, dan sisanya ia habiskan di atas toilet di mana ia muntah-muntah karena mual memikirkan semua yang terjadi beberapa jam di hidupnya.
Ia meraih celana piama yang untuknya terlalu besar, begitu pula dengan atasanya. Baju itu bahkan melewati lututnya, ia menarik tali pinggang celana itu dan mengikatnya, kemudian Jessica keluar dari kamar mandi, ia merangkah naik ke tempat tidur.
Jessica mematikan lampu dan menarik selimut hingga menutupi seluruh badannya. Ia menangis begitu keras, sampai-sampai tak mengeluarkan suara sama sekali.
...****************...
Jessica menggeliat di tempat tidurnya sembari tersenyum, namun senyumnya langsung memudar ketika ketika menyadari ia bukan berada di kediamannya, melainkan di rumah Rey, dan ia kembali teringat pada kejadian mengerikan semalam.
Jessica langsung ingin menangis lagi, namun ia memaksakan diri turun dari tempat tidur. Jessica memusatkan perhatiannya pada perutnya yang kosong saat ia berada di kamar mandi, ia mengatakan pada diri sendiri bahwa ia tak boleh menangis lagi.
Jessica kembali muntah-muntah ketika ia hendak keluar dari kamar mandi, sejak mengetahui dirinya hamil, Jessica mengalami muntah-muntah di pagi hari. Setelah membersihakan mulut dan muntahannya, Jessica keluar dari kamar mandi.
Begitu kembali ke kamar, ia baru menyadari jika ada sebuah kursi di samping tempat tidurnya dan kursi itu menghadap tempat tidur, padahal semalam sebelum memejamkan mata, ia tak melihat adanya kursi di samping tempat tidurnya.
Tampaknya Rey semalam tidur dikursi itu untuk menjaganya, sebab tersampir sehelai selimut di lengan kursi itu. Bunyi keroncongan di perutnya kian menjadi, Jessica memutuskan untuk ke dapur yang berada di lantai dasar, seperti yang Rey ucapkan semalam.
Saat masuk ke dapur, Rey sedang hilir mudik di antara kulkas, kompor dan mini bar. Dia tampak seperti seorang chef profesional yang tengah membuat sarapan. Rey mendongak dan melirik Jessica saat Jessica masuk ke dapur. "Morning Jessie," sapanya dengan hati-hati. "Semoga pagi ini kamu sudah lapar," Rey menggeser sebuah teko berisi jus jeruk ke arahnya, kemudian berbalik menghadap kompor lagi.
"Ya, aku memang lapar."
Rey menoleh dari atas bahu dan tersenyum tipis pada jessica. Jessica menuang segelas jus heruk untuk dirinya sendirinya kemudian melirik ke arah TV yang menyala. Tubuh Jessica kembali bergetar ketika melihat tayangan itu kembali memuat berita mengenai film terbaru Rey.
"Are you okay, baby?" Rey meletakan pirong di depan Jessica kemudian duduk di sampingnya dan menaruh piring untuk dirinya sendiri.
"Bisa kau matikan tayangan itu?" pinta Jessica.
Rey meraih remot TV yang tak jauh dari tempatnya duduk, kemudian ia mematikannya. "Berita gosip saat ini selalu memberitakan berita yang berlebihan, aku sudah menyuruh pengacaraku mencari orang yang dengan sengaja menyebarkan foto-foto kita di pesawat. Itu pelanggaran privasi namanya, aku harap bukan karena berita itu kau bertengkar dengan suamimu." Ia mulai memotong crepe dengan garpunya kemudian memakannya.
Jessica memejamkan mata, menyesap jus jeruknya, ia masih belum ingin membahas masalah ini dengan Rey sekarang meski benar sumber pertengkarannya dengan Daniel adalah Rey.
Jessica menunduk melihat isi pirinya. Ada tiga Crepe di siram sirup dan di hiasi sesendok krim kocok, irisan jeruk manis dan stroberi ditata di pinhgir piring. Penampilannya hampir terlalu cantik untuk di makan, tapi ia terlalu lapar untuk peduli. Jessica menyuap dan memejamkan mata berusaha tidak menunjukan reaksi bahwa ini adalah sarapan terlezat yang pernah ia makan. Dari dulu sampai sekarang, Rey memang sangat pandai memasak, Rey sering kali membuatkan makanan untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
oh ternyata berita itu bukan Rey yang menyebar kan nyaa yaa
2023-08-05
2
Diaz
mungkinkah itu rumah impian Jessy, terus Rey mewujudkan agar Jessy tau kalau Rey masih ingat semua tentang Jessy 🤭
2023-07-21
2
🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜
Apakah Rey melihat foto² itu juga sehingga dia begitu marah pada Jessica.
2023-07-20
2