BAB 6

"Kau jangan gila, Rey. Aku ini sudah jadi istri orang, kau tidak bisa membawaku begitu saja."

"Aku tidak peduli, Jess. Aku begitu mencintaimu, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu," kata-kata itu meluncur begitu saja bertepatan dengan masuknya Daniel ke ruang rawat inap istrinya.

Daniel nampak bingung bercampur kaget saat tatapanya berpindah dari Jessica lalu ke Rey. "Apa-apaan ini, Jessica?" Bagaimana dia tidal bingung dan terkejut, pria yang menjadi sumber masalah rumah tangganya tiba-tiba berada di hadapannya dan tengah membujuk istrinya untuk ikut dengannya.

"Daniel," suara Jessica terdengar gemetar.

Berbeda halnya dengan Jessica yang terlihat panik, Rey justru terlihat santai seolah ia tak menganggap keberadaan Daniel sama sekali, ia mengelus lengan Jessica dengan lembut. Namun kemudian dalam hitungan detik, Rey berbalik dan bergegas menghampiri Daniel, ia menyambar kerah kemeja Daniel.

Sekelebat kemudian, Daniel membalas dengan mendorong Rey hingga punggungnya membentur dinding. "Mau apa kau di ruang rawat inap istriku?" bentak Daniel.

Tak menjawab pertanyaan Daniel, Rey justru mendesak Daniel, kali ini ia memiting leher Daniel dengan bagian depan lengan lalu menjepitnya di dinding. "Kalau kau berani menyentuh Jesie lagi, akan ku potong tangan sialanmu itu, dasar manusia sampah!"

"Rey tolong hentikan!" teriak Jessica.

Rey menoleh ke arah Jessica, lalu ia melepas Daniel dengan kasar, ia melangkah mundur. Daniel terengah-engah menatap Rey dengan tatapan tajam, kemudian perhatiannya berpindah ke arah Jessica. "Jesie?"

Tunggu.

Daniel teringat, dulunia pernah memanggil Jessica dengan sebutan Jesie sebagai nama panggilan kesayangannya, namun Jessica menolaknya dengan alasan nama itu seperti anak kecil dan Jessica tidak begitu suka.

Daniel terbahak-bahak dan menujuk ke arah Rey, namun ia masih terus menatap istrinya. "Ooh jadi karena artis penjual sensasi murahan ini? Kamu tidak mau aku panggil Jesie."

Rey yang tertima dengan hinaan Daniel langsung kembali menghampiri Daniel, dan Ruang rawat inap itu berubah jadi ajang baku hantam bercampur jeritan Jessica untuk menghentikan perkelahian Daniel dan Rey.

Dua lerawat menerobos masuk ke ruang rawat inap Jessic, mereka memisahkan mereka berdua. Mereka sama-sama ditahan di dinding yang bersebrangan, melotot satu sama lain, dan nafas mereka terengah-engah. Jessica tak sanggup memandang mereka berdua.

"Pergi!" teriak Daniel, menunjuk ke arah pintu. "Pergi dari ruang rawat inap istriku, pria sialan!"

Rey menghempaskan tangan perawat, kemudian ia berjalan menuju pintu keluar sembari menatap Jessica dengan tatapan penuh kekhawatiran dan kesedihan. "Hubungi aku jika kau butuh bantuan."

"Istriku tidak butuh bantuanmu, brengsek!" bentak Daniel.

Setelah Rey keluar dari ruang rawat inapnya, sekilas Jessica memandang Daniel kemudian pandangannya kabur dan ia pun terhempas pingsan di atas tempat tidurnya.

Dua perawat tadi bergegas menolong Jessica, satu perawat memanggil dokter satu lagi meminta Daniel untuk menunggu di luar. Daniel begitu kalut dan panik melihat istrinya pingsan. "Dasar pria brengsek, beraninya dia masuk ke kamar Jessica," Daniel terus menyumpah-nyumpah. Tapi kemudian ia berpikir dari mana Rey bisa tahu jika istrinya di rawat? Dan mengapa tadi Rey seolah menyalahkan dirinya atas di rawatnya Jessica di rumah sakit, seolah Rey tahu bahwa penyebab Jessica di rawat adalah karena dirinya.

"Apa Jessica menceritakannya kepada Rey? Saat aku keluar tadi, lalu Rey datang untuk menolong Jessica?" gumamnya. Memikirkan Rey dan Jessica membuat kepala Daniel terasa mau meledak, ada sekelebat penyesalan dalam dirinya karena telah menikahi wanita yang belum selesai akan masa lalunya.

"Harusnya dulu sebelum aku menikah dengannya, aku menelusuri lebih jauh masa lalu Jessica."

Rasa khawatir, cemburu dan merasa di khianati oleh istrinya bercampur jadi satu di dalam dada Daniel. Ingin rasanya ia mengiterogasi istrinya, namun apa lah daya, ketika dokter keluar dari ruang rawat inap istrinya, sang dokter meminta Daniel untuk menjaga kestabilan emosi Jessica, dan memberikan suasana yang nyaman agar sakit di kepalanya mereda.

Hampir satu jam Daniel memandangi Jessica yang terbaring lemah di atas tempat tidur, perlahan Jessica mulai menggerakan tangannya. Ia mengakat tangannya dan memegang kepalanya yang terasa sangat berat. Jessica mulai ingat dengan kejadian sebelum dirinya jatuh tidak sadarkan diri.

"Istirahatlah! Kata dokter, kamu masih harus banyak istirahat." Daniel menhaan Jessica untuk tidak bangkit dari tempat tidurnya.

"Lalu yang tadi...?" Jessica begitu cemas atas kejadian tadi, ia takut Daniel salah paham dan marah kepadanya.

"Kita bicarakan ini setelah kau sehat," ucap Daniel. "Sekarang kau istirahat-lah." Daniel menarik selimut hingga ke dada Jessica, ingin rasanya ia memeluk Jessica namun sebagian dirinya masih merasa bahwa tadi Jessica telah mengkhianati dirinya.

Sementara di tempat berbeda Rey pun nampak cemas memikirkan Jessica, ia baru menyadari bahwa tindakannya tadi justru semakin membahayakan Jessica. Ia terus bolak-balik di rawat inap adiknya.

"Mas Rey kenapa sih kaya setrikaan gitu?" tanya Jenny, kondisinya sudah semakin membaik setelah ia di pindahkan ke ruang rawat inap sejak pagi tadi.

Rey duduk di hadapan Jenny dan memandanginya dengan tatapan serius. "Kau kan kuliah di jurusan hukum," ucap Rey. "Aku ingin tanya, apakah kita bisa melaporkan tindak KDRT?"

"Ya enggak bisa lah, aneh mas ini. Memangnya siapa yang terkena KDRT? Dan apa mas sudah yakin jika orang itu terkena KDRT? Salah-salah mas sendiri yang kena serangan balik atas kasus pencemaran nama baik, mau reputasimu hancur gara-gara mengurusi rumah tangga orang?"

Rey mengusap wajahnya dengan frustasi. "Tapi aku yakin sekali, jika kawanku itu terkena KDRT. Aku harus menolongnya, Dek."

Jenny terlihat kesal dengan kakaknya yang begitu ngeyel. "Semua itu butuh bukti mas tidak bisa asal lapor, lagi pula jika mas lapor terus korbannya tidak merasa jadi korban. Mas sendiri kan yang repot dan malu?" tanyanya sembari mengangkat alis. "Sudahlah, lebih baik mas bangun rumah tangga mas sendiri jangan ikut campur urusan rumah tangga orang."

"Tidak, aku tidak akan menikah sebelum kau menikah. Aku ingin melihatmu bahagia agar hatiku tenang."

Jenny menggenggam erat tangan kakaknya, ia merasa beruntung sekali memiliki kakak laki-laki sebaik Rey. "Sebentar lagi aku akan menikah, mas carilah wanita yang bisa mendapingi mas, aku juga ingin mas Rey bahagia."

Rey hanya mengakat bahunya, ia tak tahu apa bisa mencintai orang lain selain Jessica, selama ini yang ada di hati dan pikirannya hanya-lah Jessica seorang.

Terpopuler

Comments

⏤͟͟͞Rᵇᵃˢᵉ αииα 🅑αbу ՇɧeeՐՏ🍻

⏤͟͟͞Rᵇᵃˢᵉ αииα 🅑αbу ՇɧeeՐՏ🍻

rey kamu bikin masalah tambah runyam aja ya

2023-08-07

2

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

Rey kamu terlalu jauh mencampur urusan rumah tangga Jessica Rey

2023-07-14

2

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

ya Rey bikin suasana makin tegang aja

2023-07-14

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!