Selesai sarapan, Rey mengajak Jessica berlayar ke pulau seribu dengan menggunakan kapal ferry yang ia sewa secara pribadi. Semalam ketika ia menjaga Jessica di kamarnya, Rey menghubungi manajernya untuk mengkosongkan jadwalnya hari ini. Manajernya sempat protes sebab ada meeting penting yang harus Rey hadiri terkait brand pakaian pria yang akan mendapuknya menjadi Brand Ambasador.
Sebetulnya sudah sejak lama Rey mengincar brand tersebut, namun kini Rey malah meminta manajernya untuk memundurkan jadwal meetingnya, ia bahkan tidak peduli jika brand tersebut gagal menggunakan jasanya. Baginya kebersamaannya dengan Jessica terlalu berharga untuk di lewatkan.
Semilir angin laut Jakarta sungguh menentramkan hati Jessica, ia bisa sejenak melupakan kemelut rumah tangganya bersama Daniel. "Aku masih ingat kau begitu menyukai laut," ucap Rey sembari berjalan mendekat ke arah Jessica yang berdiri di dek kapal. "Kita sering bolos sekolah hanya karena kau ingin melihat ombak pantai."
"Laut sungguh menenangkan hati." Jessica merentangkan tangannya, membiarkan pakaian dan rambutnya berkibar di terpa angin laut. Saat benci melihat pertengkaran orang tuanya di rumah atau melihat ayahnya memukul bunda, yang ia butuhkan hanya-lah melihat ombak, sehingga setiap kali itu terjadi ia selalu mengajak Rey bolos sekolah hanya untuk melihat laut.
Jessica begitu sangat cantik dengan latar pemandangan indah laut di sepanjang perjalanan mereka, Rey tak bisa berhenti mengagumi kecantikannya, namun rasa sedih dan marahnya kembali menjalar ketika tatapannya tertuju pada luka di kening dan leher wanita itu. Ingin sekali rasanya ia menghampiri Daniel dan menghajarnya habis-habisan namun ia tahu jika ia melakukan hal itu, justru akan menyulitkan Jessica, dan ia tak menginginkan hal itu.
Butuh waktu sekitar empat jam untuk mereka sampai di kepulauan seribu. Rey tak tahan lagi melihat luka di leher dan kening Jessica yang belum mendapatkan penanganan tenaga medis, sehingga begitu kapalnya bersandar, ia langsung membawa Jessica mengunjungi sebuah klinik kesehatan terdekat.
Ya, Rey tahu bahwa klinik di sini tak sebagus klinik di kota tapi setidaknya Jessica mendapatkan perawatan medis dan memastikan Jessica baik-baik saja, jika memang Jessica membutuhkan perawatan yang lebih intensif baru ia akan memaksa Jessica berobat di kota.
Rey berdiri di sudut ruang pemeriksaan, dia tak melepaskan tatapannya dari Jessica ketika perawat membenahi kembali perban ala kadarnya hasil karya Rey semalam. Dirinya tak begitu mengerti soal menangani luka, sehingga asalkan darah sudah tak mengalir lagi maka baginya cukup.
Perawat itu tak mengajukan pertanyaan apa-apa, namun dari ekspresinya yang terlihat iba pada Jessica, ia tahu bahwa itu luka karena di aniyaya. Setelah selesai memperbaiki perban di leher dan kening Jessica, sang perawat melirik ke arah Rey, kemudian kembali lagi menatap Jessica. "Aku ingin mengajukan pertanyaan pribadi. Aku akan memintanya untuk keluar."
Saat itu juga Jessica langsung menyadari jika perawat itu mengira bahwa Rey-lah yang telah melakukan kekerasan ini padanya. "Bukan dia pelakunya," ucap Jessica. "Tolong jangan suruh dia pergi," pintanya.
Perawat itu mengangguk lega. "Apa ada luka di bagian lain? Aku akan mengobatinya sebelum dokter memeriksa anda lebih jauh."
Jessica menggeleng, perawat itu tidak akan mampu mengobati hati yang telah di hancurkan oleh Daniel. "Apa di sini ada dokter kandungan? Aku ingin memeriksakan kandunganku."
Rey terkejut mendapati Jessica tengah berbadan dua, tapi kemudian wajahnya berubah menjadi murka. Masalah sebesar apa yang mereka hadapi sehingga pria itu tega melukai Jessica yang tengah mengandung? Benar-benar pria tak memiliki otak, batinnya.
"Ada, sebentar lagi dokter akan kemari."
Tak lama kemudian dokter datang. Sepanjang pemeriksaan Rey terus mengamati Jessica, bahkan ketika Jessica melakukan USG kandungannya, entah mengapa ia menginginkan anak itu menjadi anaknya dan membayangkan dirinya bisa terus menemani Jessica periksa kandungan di setiap bulannya.
Rey ikut tersenyum lega ketika dokter mengatakan bahwa bayi dalam kandungan Jessica baik-baik saja, tapi sayangnya senyum itu hanya berlangsung sementara sebab sang dokter menatap Jessica dengan tatapan serius. "Apa anda di perkosa?" bukan tanpa alasan sang dokter menanyakan hal tersebut, sebab saat pemeriksaan ia menemukan luka di area sensitif Jessica.
Air mata Jessica menggenang di pelupuk matanya, dan ia kemudian melihat Rey menunduk seperti tak sanggup untuk mendengarnya. "Kami punya pemeriksaan khusus untuk kasus seperti ini. Kami sangat menganjurkan anda untuk melakukan pemeriksaan ini agar anda bisa melaporkan masalah ini ke polisi."
"Tidak. Aku tidak di perkosa," jawab Jessica dengan tegas.
"Apa anda yakin?" tanya dokter itu kembali.
Jessica mengangguk. "Ya. Aku tidak memerlukan pemeriksaan itu."
Rey menghadap Jessica dan Jessica melihat kepedihan di raut wajahnya saat Rey melangkah mendekat ke arah Jessica. "Jessie, lakukan pemeriksaan ini. Kau pasti akan membutuhkannya," ucapnya memohon.
Jessica menggeleng lagi. "Rey, aku bersumpah" ia memejamkan mata dan menundukan kepala. "Awalnya Dia memang ingin melakukan itu, tapi dia berhenti."
Sang dokter menengahi Jessica dan Rey, ia memberikan kesempatan kepada Jessica untuk berpikir dan meyakikan dirinya. Sang dokter itu tahu, bahwa korban kekerasan membutuhkan waktu untuk berpikir dan dukungan dari orang sekitar, terlebih saat ini Jessica tengah mengandung sehingga suasana hatinya mudah berubah-ubah. Ia menulis resep dan mempersilahkan Jessica untuk istirahat di rumah, ia mengatakan tak bisa melakukan CT Scan pada wanita hamil, tapi jika Jessica mengalami pusing yang tak tertahankan Jessica harus mau untuk di rawat.
Sekembalinya di kapal, Rey meraih Jessica dalam pelukannya. Jessica kembali menangis dalam pelukan Rey lebih keras dari tangisannya semalam. Rey mendekap erat tubuh Jessica sepanjang Jessica menangis.
Jessica membenci dirinya sendiri karena telah membiarkan Daniel memperkosanya, ia membcinya sendiri karena tak berani melaporkan Daniel ke polisi dan ia membiarkan dirinya seperti bunda, tak berdaya ketika mendapatkan kekerasan dari suaminya.
"Rey, bolehkah aku tinggal di sini untuk beberapa hari? aku ingin menenangkan diri." pinta Jessica ia memandang Rey dengan tatapan penuh harap.
"Tinghal-lah di sini sesuka hatimu. Ini rumahmu aku akan merawatmu dan bayimu, kalian aman berada di sini." Rey mengelus punggung Jessica dengan lembut.
Sungguh ironi memang, Rey yang merupakan sumber masalah yang di permasalahkan oleh Daniel namun Rey juga yang menjadi penolong baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
masalah yang membuat mereka ada dalam lingkaran ini semua
2023-08-05
2
Diaz
berawal dari kecemburuan Daniel sama Rey yang tak terkendali dan terjadi kekerasan, dan akhirnya penolongnya juga Rey 😔
2023-07-21
2
Hearty💕💕
Dilema ya kalau sampai lapor gimana nanti anak menghadapi papanya tapi kalau nggak lapor masa mau disiksa selama sisa hidup
2023-07-21
2