Selama seminggu penuh, Aksa mencari karyawan baru untuk wisata sungai yang akan ia bangun menggunakan kartu pembangunan hadiah dari sistem.
Aksa membutuhkan waktu satu minggu karena ia mencari karyawan kualitas B dan itu sangat sulit. Kebanyakan karyawan hebat yang Aksa incar bergabung dengan perusahaan besar karena kondisi yang ditawarkan lebih baik.
Aksa juga tidak berdaya karena meskipun Sajaya Farm terkenal, tapi hanya terkenal sebagai tempat wisata dan orang-orang tidak memiliki niatan untuk bekerja di sana.
Dan kebanyakan karyawan baru yang Aksa temukan berasal dari keluarga yang kurang mampu yang tidak terlalu mengerti permasalahan perusahaan.
...----------------...
"Sistem! Gunakan kartu pembangunan!" teriak Aksa.
Aksa saat ini sedang berada di dekat sungai yang masih belum tersentuh. Sajaya Farm sudah tutup dan hanya ada Aksa di sini karena sekarang juga waktunya pergantian shift penjaga keamanan.
[Kartu pembangunan digunakan. Silakan bayangkan bangunan yang Host inginkan.]
Aksa melakukan sesuai perintah Sistem. Ia menginginkan kalau sepanjang sungai ditumbuhi banyak pohon dan tumbuhan. Lalu di tepi sungai juga ada bangku untuk pengunjung duduk.
Ada juga beberapa jembatan yang indah agar pengunjung bisa menyeberangi sungai lalu di setiap ujung sungai ada tempat untuk menyewa perahu.
Dan di beberapa area Aksa bangun sebuah tempat istirahat, tempat berfoto, tempat pemancingan, dan beberapa pos jaga.
[Desain dikonfirmasi, mohon tunggu 10 detik.]
Di depan Aksa muncul banyak sekali asap berwarna putih. Aksa tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi karena asapnya terlalu tebal yang menghalangi pandangan.
Lalu sesuai dengan ucapan Sistem, setelah 10 detik selesai, muncul bangunan sesuai dengan bayangan Aksa dan sungainya juga sudah dibersihkan sedemikian rupa.
[Proses pengeditan ingatan orang-orang juga sudah selesai. Berterima kasihlah.]
"Ya, ya. Aku berterima kasih padamu! Aku juga mencintaimu Sistem!" teriak Aksa dengan bahagia.
[Sama-sama.]
Aksa tertegun karena balasan Sistem sangat normal berbeda dengan biasanya yang membalas dengan sesuatu yang menyebalkan.
[Sistem rasa Host sedang memikirkan sesuatu yang buruk tentang Sistem.]
"Tidak, aku tidak memikirkan hal tersebut," bantah Aksa.
Kebetulan sekali kalau asrama karyawan juga sudah selesai jadi karyawan yang rumahnya jauh dari Sajaya Farm bisa tinggal di sana. Aksa juga tidak memungut biaya untuk karyawan yang ingin tinggal di asrama.
[Ngomong-ngomong, Host. Sistem lupa memberi sesuatu kepada Host karena telah berhasil menyelesaikan masalah pertama yang menimpa Sajaya Farm.]
"Apa!? Apakah ada hadiah juga saat aku menyelesaikan setiap masalah!?" Aksa berteriak dengan nada tidak percaya.
[Tidak akan ada hadiah setiap penyelesaian masalah. Hadiah aka Sistem berikan jika Host berhasil melakukan sesuatu yang berbeda. Sederhananya selama Host melakukan pencapaian, maka Sistem akan memberikan hadiah.]
"Oh, aku sangat mencintaimu Sistem!" Aksa tertawa terbahak-bahak mendengar hal itu.
[Sama, Sistem juga mencintai diri sendiri.]
Aksa tersenyum karena balasan Sistem menyebalkan seperti biasanya. Lalu ia segera memeriksa hadiah apa yang diberikan oleh Sistem menyebalkan itu.
Seperti biasa Sistem memberikan hadiah dalam bentuk kartu. Aksa segera memeriksa kartu tersebut dengan antusias karena hadiah Sistem pasti tidak akan mengecewakan.
[Kartu keahlian: Memasak]
[Keterangan: Sebagai seorang peternak, bagaimana mungkin kamu tidak bisa mengolah hasil peternakan? Dasar tidak berguna.]
Aksa menahan rasa kesalnya saat melihat pengenalan kartu. Namun ia cukup tertarik dengan keahlian memasak ini karena keahlian berbeda dengan hadiah materi.
Tanpa ragu-ragu, Aksa segera menggunakan kartu keahlian memasak dan tiba-tiba saja otaknya dibanjiri dengan banyaknya pengetahuan mengenai berbagai jenis masakan.
"Sial, kepalaku sangat pusing." Aksa memegangi kepalanya yang pusing akibat menggunakan kartu keahlian.
Setelah itu Aksa memeriksa kalau ia sekarang bisa memasak berbagai macam hidangan dan ia bisa menggunakan semua teknik dan cara untuk membuat hidangan.
Aksa mengagumi keahlian Sistem lagi, setelah itu ia masuk ke dalam peternakan game dan memindahkan ikan dari sana ke sungai di dunia nyata.
Mengangguk puas dengan desain yang ia buat, Aksa keluar dari Sajaya Farm. Setelah menyapa penjaga keamanan yang baru berganti shif, Aksa kembali ke rumah menggunakan motor roda tiganya.
"Aku ingin membeli kendaraan tapi aku lebih menyukai motor jika untuk berkendara. Apakah sebaiknya aku beli motor saja? Lalu aku akan membeli mobil keluarga yang bisa menampung banyak orang," pikir Aksa saat di perjalanan pulang.
Aksa hanya tertarik dengan mobil antik atau mobil lama. Untuk mobil sport yang biasa dikendarai oleh anak orang kaya, Aksa tidak terlalu tertarik bahkan ia acuh tak acuh.
Namun tentunya ia tahu kalau mobil antik dan mobil lama pasti akan memiliki harga yang fantastis dan biasanya tidak ada dipasaran karena mobil tersebut sudah berhenti diproduksi.
Oleh karena itu Aksa berpikir kalau untuk saat ini ia akan membeli sepeda motor untuk keperluan pribadi dan membeli sebuah mobil keluarga untuk keluarga.
"Yah, nanti saja aku pikirkan. Lagipula, aku memiliki banyak uang saat ini." Aksa mengakhiri pikiran panjangnya dan pulang dengan tenang.
...----------------...
"Ayah dan Ibu belum pulang?" Aksa mengerutkan keningnya dan bertanya kepada adiknya.
"Sebenarnya mereka lembur namun karena sudah terlalu malam, mereka memutuskan untuk menginap di pabrik." Adiknya, Elvira menjawab.
Aksa mendesah dan berkata, "Aku akan meminta mereka untuk berhenti. Keluarga kita sudah kaya dan kedua orang tua kita sudah tidak perlu bekerja lagi, mereka sudah tua."
"Aku setuju. Ngomong-ngomong Kak, bantu kami mengerjakan soal matematika." Elvina memegangi kepalanya yang pusing melihat rumus-rumus di buku catatannya.
"Matematika? Itu pelajaran yang aku benci." Aksa malah mengingat momen saat ia masih SMA di mana ia sangat membenci matematika.
"Kakak membencinya tapi nilai Kakak selalu bagus!" teriak Elvina dengan kesal.
"Kuhahaha." Aksa tertawa terbahak-bahak lalu ia membantu kedua adiknya mengerjakan soal matematika.
Satu jam berlalu dan akhirnya pekerjaan rumah mereka selesai. Sudah waktunya makan malam dan Aksa juga ingin mencoba keahlian memasaknya.
Aksa pergi ke dapur dan mulai menyiapkan bahan-bahannya. Ia memutuskan untuk membuat nasi goreng kebanggaan Indonesia karena pembuatannya juga cukup mudah.
Nasi gorengnya sedikit lebih kaya karena Aksa menggunakan telur ayam kualitas C, mentega mahal, daging sapi yang dipotong kecil-kecil, dan sosis merek terkenal.
Tidak butuh waktu lama untuk memasak nasi goreng. Aksa segera menaruh nasi goreng ke atas piring dan membawanya ke meja makan.
"Hey, makan malam sudah siap." Aksa memanggil kedua adiknya yang sedang terbaring lemas karena tenaga mereka terkuras saat mengerjakan soal matematika.
"Makan!" Mereka berdua mencium aroma yang sangat lezat dan tubuh mereka langsung pergi ke ruang makan.
"!!" Mata mereka terbelalak merasakan betapa lezatnya nasih goreng itu.
Aksa juga mengangguk puas dengan keahlian barunya. Ia tidak terkejut dengan rasa nasi gorengnya karena di dalam otaknya sudah diberi ingatan bagaimana rasa nasi goreng yang lezat.
"Kakak, nasi gorengnya sangat lezat!" kata Elvina dengan mulut yang penuh.
"Telan dulu makanannya sebelum bicara. Ngomong-ngomong, kalian berdua bantu aku cari rumah untuk kita. Sudah waktunya untuk pindah dari rumah kecil ini," kata Aksa dengan serius.
"Rumah baru? Apakah Kakak akan membeli rumah baru!?" Mereka berdua berseri-seri mendengar hal itu.
Mereka juga sedikit kurang nyaman dengan rumah yang sekarang karena kurangnya privasi. Aksa tidak terlalu masalah karena dia laki-laki tapi mereka berdua adalah perempuan.
"Ya, jangan beritahu orang tua. Aku ingin membeli rumah sebagai hadiah tahun baru." Aksa mengangguk dan terus makan.
"Baiklah. Harganya bagaimana?" tanya Elvira.
"Harganya nanti saja, cari rumah yang nyaman lalu kita akan mendiskusikan harganya nanti. Ah, kalau bisa cari yang ada halamannya, karena Ayah dan Ibu menyukai bunga," jawab Aksa.
"Siap, Bos!" Mereka berdua melakukan hormat militer.
"Bagus. Ambil ini." Aksa membuka dompetnya dan menyerahkan uang kepada mereka berdua.
"Untuk apa?" Mereka mengambil uang tersebut lalu bertanya.
Aksa tersenyum dan menjawab, "Uang jajan. Sesekali bersenang-senanglah, traktir teman-teman kalian, atau apapun itu."
"Uang jajan!? Hore!!" Mereka berdua berteriak kegirangan.
"Dan jika ada uang sekolah yang perlu dibayarkan, katakan saja padaku, jangan pada orang tua," kata Aksa.
"Baik, Bos!" Mereka berdua melakukan hormat militer lagi.
Bisa dikatakan setelah orang tuanya berhenti bekerja, Aksa adalah kepala keluarga yang baru. Sebagai anak pertama, ia harus meningkatkan finansial keluarga dan mengambil tanggung jawab sebagai penerus ayahnya.
Ia juga akan membimbing adik-adiknya agar mereka bisa belajar dengan giat dan mencari pekerjaan yang bagus sesuai dengan keinginan mereka.
Dulu Aksa bercita-cita menjadi seorang pengacara karena ia memiliki jiwa yang heroik yang ingin membela kebenaran. Tapi setelah lulus SMA, cita-citanya menghilang digantikan dengan tujuan menjadi orang kaya.
Meskipun Aksa puas dengan statusnya yang sekarang, tapi kadang-kadang ia ingin mewujudkan cita-citanya yang ingin menjadi pengacara.
Oleh karena itu Aksa tidak akan membiarkan cita-cita ketiga adiknya mati dan ia akan membimbing mereka untuk mewujudkan cita-citanya.
"Yah, aku rasa aku sudah menjadi kakak yang baik?" Aksa tersenyum tipis memikirkan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Piiic
emang walau pun udah punya cita cita berakhir pengen jadi orang kaya biar banyak uang.
2024-06-25
0
Piiic
aku benci mtk karena rumusnya🙄
2024-06-25
0
Piiic
jadi holang kaya sekarang ya sa😁
2024-06-25
0