Siang harinya, di tepi jalan raya utama dekat Sajaya Farm, ada sebuah mobil bisnis berwarna hitam yang sedang berhenti dan di dalamnya terdapat dua orang, satu sopir dan satu pria paruh baya di kursi belakang.
"Bensinnya habis?" tanya pria paruh baya tersebut.
"Benar, maaf Pak," jawab sopir dengan nada meminta maaf.
"Tidak apa-apa, tolong cari tempat di sekitar sini untuk bersantai tapi jangan hotel. Nanti kamu panggil saja yang lain untuk ke sini." Pria paruh baya tersebut melambaikan tangannya.
Dia adalah Eddy, salah satu orang terkaya di Jawa Tengah dan memiliki bisnis berupa mall dan pusat perbelanjaan lainnya yang cukup terkenal.
Hari ini Eddy baru saja kembali dari Jawa Barat setelah dua bulan pergi karena ada bisnis yang harus ditangani di sana dan ia menelepon sopirnya untuk menjemput dirinya di stasiun.
Namun saat sudah setengah jalan, mobil yang mereka tumpangi malah kehabisan bensin. Eddy yang sedang lelah meminta sopir untuk mencari tempat untuk bersantai.
"Pak, selain hotel ada kafe dan restoran di sekitar sini tapi sepertinya kurang cocok untuk bersantai. Bagaimana dengan tempat itu, Pak?" sang sopir menunjuk ke arah Sajaya Farm di dekat jalan.
"Wisata peternakan? Bukankah dulu tidak ada wisata peternakan di sini?" Eddy terlihat bingung saat mengetahui ada wisata peternakan di sana karena yang ia tahu area di sekitar jalan raya utama hanya ada kafe, restoran, dan hotel.
"Wajar saja Bapak tidak tahu karena sudah pergi selama dua bulan. Sajaya Farm ini kebetulan baru buka hari ini, saya tahu karena kemarin saya melihat iklan di ponsel saja." Sang sopir menjelaskan mengenai Sajaya Farm yang baru buka.
"Oh, boleh juga. Kamu urus mobil ini ya, aku akan ke sana sendirian." Eddy membuka pintu mobil dan berjalan menuju Sajaya Farm dengan rasa penasaran.
"Baik!" Sang sopir keluar dari mobil dan membungkukkan badannya sedikit.
"Sajaya Farm, wisata peternakan, dan baru buka. Sepertinya tempat ini akan menyumbang banyak pendapatan untuk kabupaten," pikir Eddy yang sedang mengantre untuk membeli tiket.
Setelah membeli tiket, ia masuk ke dalam Sajaya Farm dan langsung disuguhi dengan pemandangan lautan bunga matahari dan langit yang cerah dan penuh awan putih.
"Ada tupai?" Eddy melihat ada tupai yang melompat-lompat dan mengulurkan tangannya mencoba untuk berinteraksi dengannya.
Lalu ia terkejut karena si tupai tidak lari malahan mendekati tangannya seolah-olah sedang mencari sesuatu dan setelah melihat tangan Eddy kosong, si tupai pergi.
"Apakah ia mencari makanan?" Eddy melihat sekeliling dan memang ada stan yang menjual makanan tupai yang berupa kacang kenari.
Eddy segera membeli makanan tupai yang dibandrol dengan harga yang cukup murah lalu kembali mencari tupai untuk diberi makan. Ia juga melihat kalau pengunjung lain sedang berfoto bersama tupai dan kelinci.
Setelah taman bunga, ia pergi sesuai dengan penanda jalan. Karena hari sudah siang, perutnya juga sudah meminta untuk makan, namun sebelum makan ia memutuskan untuk pergi ke area peternakan terlebih dahulu.
Ia membayar biaya pengalaman untuk memerah susu sapi, mengambil telur ayam dengan pendamping yang memberitahu cara-caranya, dan belajar mengenai kambing dan bagaimana cara memerah susu kambing.
Ia memang lelah dan memutuskan untuk bersantai, namun yang lelah adalah mentalnya bukan tubuhnya. Oleh karena itu saat ini ia bisa merasakannya kalau mentalnya sudah ringan dan memutuskan untuk makan.
...----------------...
"Aksa, bukankah itu Pak Eddy pemilik mall di dekat alun-alun?" tanya Sarah yang melihat Eddy sedang melihat menu.
"Kamu benar, ayo kita sambut." Aksa mengangguk dan berjalan menghampiri Eddy diikuti oleh Sarah.
Mereka berdua tidak memiliki banyak pekerjaan. Aksa adalah pemilik Sajaya Farm jadi ia bertanggung jawab saat hal-hal penting dan Sarah adalah pengelola keuangan dan sekarang Sajaya Farm belum ramai, jadi ia masih bisa bersantai.
"Permisi, dengan Bapak Eddy?" Aksa menghampiri Eddy dan menyapanya dengan sopan.
"Ya, kamu?" Eddy melihat pria muda di depannya lalu ia merasakan kalau wanita di belakang pria itu terasa familiar.
"Tunggu, bukankah kamu Sarah?" tanya Eddy.
"Ya, ini aku, Paman." Sarah mengangguk.
Aksa tercengang karena tidak menyangka kalau mereka berdua saling mengenal. Aksa juga mulai berpikir kalau Sarah memiliki identitas yang tidak biasa.
"Aksa, Paman Eddy dan ayahku adalah sahabat. Itulah mengapa aku mengenal Paman Eddy." Sarah kemudian memperkenalkan Aksa kepada Eddy.
"Kamu pemilik Sajaya Farm?" Eddy terkejut mengetahui pemilik Sajaya Farm adalah seorang pria muda.
Ia tidak menyangka kalau masih ada anak muda yang bisa sukses di usia muda yang di zaman sekarang, anak muda seperti Aksa masih bermain-main dan tidak menganggap serius kehidupan.
Aksa tersenyum dan mengangguk, "Halo Pak."
Setelah itu mereka bertiga mengobrol dan mengetahui kalau Eddy sedang lapar, Aksa segera pergi ke dapur. Sebelum ke dapur, Aksa pergi ke gudang bahan-bahan dan mengeluarkan telur kualitas C dari peternakan game.
"Pak Indra, ada tamu penting diluar. Tolong buatkan dua porsi makanan dengan telur ini." Aksa menyerahkan telur kualitas C kepada Indra.
"Siap, Bos." Indra segera membuatkan hidangan menggunakan telur ayam kualitas C tersebut.
Lalu Aksa kembali ke sana sambil memegang botol susu murni. "Pak Eddy, mau susu murni produk khas peternakan ini?"
"Ho? Tentu saja." Eddy tertarik dengan susu sapi yang Aksa bawa karena barusan Sarah mengatakan kalau produk peternakan ini sangatlah enak.
"Silakan. Sarah, kamu juga. Susu ini lebih enak daripada yang sebelumnya." Aksa membuka tutup botol dan menuangkannya ke dalam dua gelas di atas meja.
Apa yang Aksa pegang saat ini adalah susu sapi kualitas C yang rasanya lebih enak dibandingkan dengan kualitas D dan ada tambahan atribut yaitu kesehatan jantung +2, dan kinerja otak +1.
Jadi selain rasanya yang enak, susu sapi kualitas C bisa membuat jantung menjadi semakin sehat dan mengurangi resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Lalu minum susu sapi ini bisa meningkatkan kinerja otak menjadi lebih baik lagi.
"!!" Sarah dan Eddy melebarkan mata mereka karena rasa dari susu sapi yang mereka minum sangatlah enak dan mereka bisa merasakan rasa hangat di dada kiri mereka.
Reaksi mereka sama seperti reaksi pengunjung lain yang merasakan produk peternakan kualitas D. Meskipun tidak ada manfaat lain, tapi rasa yang mereka rasakan lebih enak daripada produk peternakan yang biasa dijual dipasaran.
Kemudian beberapa saat setelah itu, Indra datang dengan membawa nampan berisi hidangan berupa omelette dan menaruhnya di atas meja makan.
"Pak Eddy silakan dicoba. Sarah, kamu juga, ini berbeda dengan telur ayam yang aku berikan padamu beberapa hari yang lalu." Aksa tersenyum dan mempersilakan mereka makan.
Ia sendiri tidak makan karena ia masih belum lapar. Sebenarnya itu karena tadi pagi Aksa dipaksa makan banyak oleh ibunya karena akhir-akhir ini Aksa selalu makan sederhana berupa roti atau telur dadar.
"Selamat makan." Sarah dan Eddy mengambil sendok dan memakan omelette dengan senang hati. Lalu saat omelette menyentuh lidah, mereka tertegun.
Mereka berdua adalah orang yang kaya dan pastinya mereka sudah sering makan makanan yang mewah dan mahal. Tapi ini adalah pertama kalinya mereka merasakan hidangan telur yang sangat enak.
Mereka berdua langsung menghabiskan omelette dalam waktu singkat. Eddy masih baik-baik saja tapi Sarah sedikit menyesal karena ia perlu memperhatikan tubuhnya dan sekarang ia malah makan dengan lahap.
Para pengunjung Sajaya Farm yang sedang berada di restoran juga tercengang dengan rasa makanan yang mereka pesan dan tidak menyangka kalau makanannya akan langsung habis.
Kebanyakan menu di sini Aksa atur untuk menggunakan bahan-bahan dari peternakan game agar pengunjung bisa merasakan perbedaan Sajaya Farm dengan tempat wisata lain.
Pada pengunjung akan ketagihan dengan rasa dari produk peternakan game dan mereka pasti akan sering berkunjung ke Sajaya Farm untuk mencobanya.
Dan mereka pasti tidak akan ke Sajaya Farm untuk makan saja. Mereka pasti akan melihat-lihat dan berinteraksi dengan hewan-hewan ternak juga yang nantinya menambah pendapat.
"Aksa, aku rasa jika aku terus berada di sini aku akan gendut." Sarah berkata dengan nada tak berdaya.
Aksa tertawa mendengar perkataan Sarah, "Hahaha, aku jamin kamu tidak akan gemuk karena di masa produk-produk peternakan bisa digunakan untuk diet."
Lalu saat mereka sedang berbincang-bincang, HT atau Handy Talky milik Aksa dan Sarah yang tergantung di pinggang mereka berbunyi.
Mereka memang menggunakan HT untuk berkomunikasi karena jika menggunakan ponsel akan kurang efisien karena kadang-kadang nada dering ponsel tidak berbunyi.
"Bos, ada masalah di area penjualan. Bisakah Anda pergi ke sini sebentar?" terdengar suara dari Galih di kapten penjaga keamanan.
Aksa mengambil HT di pinggangnya dan membalas, "Ya, tunggu sebentar. Aku berada di restoran."
"Pak Eddy, kurasa saya harus pergi sebentar." Aksa meminta maaf kepada Eddy dengan sopan.
"Tidak apa-apa, lagipula memang ada masalah bukan?" Eddy tidak mempermasalahkan hal tersebut malahan Eddy penasaran bagaimana Aksa akan menyelesaikan masalah yang menimpa.
"Terima kasih." Aksa mengangguk dan segera pergi ke area penjualan yang berada di area souvernir.
Sarah juga mengikuti Aksa karena ia juga penasaran. Lalu saat mereka berdua sampai di area penjualan, mereka mendengar ada seorang pria berteriak-teriak sambil menunjuk-nunjuk Galih dan di belakang pria tersebut ada seorang wanita yang sedang memeluk lengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Piiic
Akhirnya ada masalah juga ternyata😆
2024-06-25
0
Nazrul
👍🏻
2024-01-12
0
Benny
next
2023-08-15
2