Wanita kualitas S itu sedang berdiri di sebelah mobil mewah. Aksa tidak terlalu paham merk apa mobil itu namun ia tahu kalau mobil itu pasti mahal karena desainnya yang elegan.
Wanita tersebut juga memiliki sosok yang proporsional dengan lengkungan tubuh yang sempura. Dengan rambut panjangnya yang berwarna hitam ditambah dengan setelan jas wanita dengan rok selutut membuat pria manapun tidak bisa memalingkan wajahnya.
Aksa sedikit ragu apakah ia akan pergi ke sana untuk berbicara dengan wanita itu karena wanita itu memasang wajah dingin dan auranya tidak mencerminkan orang biasa.
Namun, demi mendapatkan karyawan dengan kualitas S, Aksa menggertakkan giginya dan memutuskan untuk menghampiri wanita itu.
"Permisi, Nona." Aksa tentu saja tidak bisa memanggilnya bibi atau kakak karena mereka berdua tidak dekat.
Aksa juga bisa melihat kalau wanita di depannya lebih tua darinya karena dia menunjukkan tempramen yang dewasa yang membuat Aksa mau tidak mau meliriknya.
"Hm? Siapa kamu?" Sarah menatap pria di depannya dengan tatapan bingung.
Sarah adalah nama wanita itu, ia tidak ada urusan di pasar bakat ini, namun karena ia sedikit stres, ia memarkirkan mobilnya di pasar bakat untuk menghirup udara segar sebentar sambil melihat orang-orang berlalu-lalang.
Saat sudah sedikit tenang, Sarah berniat untuk kembali namun tidak menyangka kalau ada pria muda yang menghampirinya dan mengajaknya berbicara.
Sarah terkejut karena ia tahu dengan wajah dan auranya yang dingin membuat orang-orang tidak berani mendekatinya dan hanya bisa memandang dari jauh.
Oleh karena itu saat Aksa datang menghampirinya dan mengajaknya berbicara, Sarah sedikit terkejut dan menjadi tertarik dengan Aksa.
"Halo, Nona! Nama saya Aksa Wijaya! Bisakah Nona meluangkan waktu sebentar untuk berbicara dengan saya?" jawab Aksa dengan sopan sekaligus gugup.
"Sebelum itu, apa yang ingin kau bicarakan?" Sarah tidak langsung menyetujuinya melainkan bertanya apa yang ingin Aksa bicarakan.
Aksa senang karena ia memiliki kesempatan untuk berbicara, "Begini Nona, saya adalah pemilik dari tempat wisata peternakan yang akan dibuka. Saya di sini untuk mencari karyawan dan saat melihat Nona, saya bisa tahu kalau Nona adalah orang yang berkualitas tinggi!"
Aksa tidak mengatakan kebohongan karena ia takut kalau wanita di depannya akan menolak untuk berbicara yang membuat Aksa kehilangan karyawan berkualitas S tanpa berbicara.
"Jadi singkatnya kamu ingin aku menjadi karyawanmu?" Sarah semakin tertarik dengan Aksa karena ternyata Aksa tidak berbicara mengenai kecantikan atau menggodanya.
"Ya! Saya membutuhkan seseorang yang bisa mengelola tempat wisata peternakan milik saya!" angguk Aksa dengan serius.
"...Beritahu nomor teleponmu. Aku akan memanggilmu nanti karena sekarang aku tidak ada waktu untuk berbicara," kata Sarah setelah berpikir sebentar.
Aksa melebarkan matanya dan berteriak, "Terima kasih banyak!"
Sarah hanya tertawa kecil namun hal itulah yang membuat Aksa terpesona. Aksa menggeleng-gelengkan kepalanya menghilangkan pikiran aneh dan segera memberitahu nomor ponselnya kepada Sarah.
Setelah Sarah mencatat di secarik kertas, ia mengangguk ke arah Aksa dan masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu Sarah pergi dari pasar bakat.
"Pria yang menarik, kurasa aku bisa mencoba bekerja dengannya? Aku sudah lelah dengan tekanan keluarga," pikir Sarah sambil mengemudikan mobilnya.
...----------------...
"Aku tidak tahu dia akan menerima tawaranku atau tidak, tapi setidaknya ada kesempatan untuk berbicara." Aksa kembali ke motor roda tiganya.
Namun, saat Aksa akan menyalakan motor roda tiganya, ia tertegun karena melupakan sesuatu. "Bagaimana bisa aku tidak menanyakan namanya!?"
Aksa menghembuskan napas panjang karena menyesal tidak menanyakan nama wanita tadi. Ia menyalakan motor roda tiganya dan kembali ke rumah dalam keadaan lesu.
Elvira dan Elvina yang melihat kakaknya lesu saling memandang satu sama lain. Mereka berdua ada di rumah karena hari ini adalah Hari Sabtu dan sekolah libur.
"Kakak, ada apa?" tanya Elvira dengan nada khawatir begitu juga dengan Elvina.
Aksa berbaring di depan televisi dan menghela napas panjang, "Aku bertemu dengan wanita cantik tadi dan sudah berbicara dengannya, namun aku tidak menanyakan namanya."
Elvira dan Elvina tercengang karena tidak menyangka kalau alasan Aksa lesu adalah karena tidak menanyakan nama seorang wanita cantik.
"Kakak, bagaimana bisa Kakak tidak menanyakan namanya?" tanya Elvina dengan rasa penasaran.
"Yah, dia meminta nomor teleponku dan aku memberitahunya. Setelah itu ia pergi sebelum aku sempat bertanya makanya," jawab Aksa yang membuat kedua adiknya tercengang lagi.
"Kakak! Kakak sudah memberitahu nomor telepon Kakak! Bukankah nanti wanita itu akan menelepon? Mengapa Kakak lesu!?" Elvina menendang kaki Aksa dengan ringan karena kesal.
"Oh! Benar juga! Mengapa aku tidak kepikiran, terima kasih adikku!" Aksa berdiri dengan penuh semangat dan kedua adiknya hanya bisa memutar mata dengan kesal.
...----------------...
Satu minggu kemudian, Aksa berencana untuk memindahkan ayam, sapi perah, dan kambing ke tempat wisata peternakan.
Karena masih pagi-pagi sekali, tidak ada orang yang melewati jalan raya utama sehingga Aksa bisa memindahkan semua hewan dengan aman.
Semua perlengkapan sisa juga sudah dilengkapi dan sekarang tempat wisata peternakan ini sudah siap dibuka karena beberapa hari lalu para karyawan sudah membiasakan diri.
Namun yang membuat Aksa gelisah adalah tidak ada panggilan telepon dari Sarah yang membuat dirinya berpikir kalau Sarah tidak akan bekerja dengannya.
Aksa memindahkan 20 sapi, 30 kambing, dan 100 ayam ke areanya masing-masing. Lalu, Aksa juga melepaskan tupai, kelinci, dan kupu-kupu ke taman bunga.
Semua hewan yang sudah terbiasa dengan peternakan game melihat rumah baru mereka dengan rasa penasaran. Tupai dan kelinci juga mulai berlarian di taman bunga.
Aksa sudah membuat rumah tupai di pohon yang ada di taman bunga. Rumah tupai disamarkan sedemikian rupa sehingga pengunjung akan sulit untuk menemukan rumah tupainya.
Kemudian, Aksa juga sudah memikirkan nama yang bagus untuk tempat wisata peternakan ini. Namanya adalah Sajaya Farm, 'sa' diambil dari nama Aksa yang menandakan kalau tempat ini dibuat oleh Aksa, dan 'jaya' diambil dari Wijaya yang menandakan kalau tempat ini milik Keluarga Wijaya.
"Semua sudah beres, hanya tinggal menunggu karyawan saja." Aksa menyeka keringat di dahinya dengan tisu.
Semua pembagunan sudah selesai kecuali satu yang baru dimulai beberapa hari sebelumnya. Itu adalah asrama untuk karyawan tinggal yang lupa dipikirkan oleh Aksa dan baru dibuat beberapa hari sebelumnya.
Nantinya asrama tersebut akan ditempati oleh karyawan yang memiliki jarak rumah yang jauh sehingga mereka tidak akan datang terlambat dengan alasan jarak rumah yang jauh.
Namun untung saja tempat tinggal karyawan yang direkrut oleh Aksa saat ini semuanya cukup dekat dan yang paling jauh hanya berjarak 30 menit saja.
"Hewan ternak sudah dipindahkan, sisanya menaruh produk peternakan di area penjualan dan membeli bahan-bahan untuk restoran," pikir Aksa.
Untuk souvernir, Aksa sudah meminta perusahaan boneka untuk membuat boneka hewan-hewan ternak yang lucu. Ia juga akan menaruh souvernir lain seperti gantungan kunci, pahatan kayu, patung plastik, dan sebagainya. Diperkirakan akan siap besok atau lusa.
Pagi hari setelah matahari terbit, para karyawan datang satu per satu menggunakan kendaraan masing-masing yang diparkirkan di area parkir khusus karyawan. Aksa dan pada karyawan mulai berdiskusi dan mulai melakukan tugas masing-masing.
Siang harinya, saat Aksa dengan beristirahat, ponselnya berdering dan ia melihat kalau ada panggilan dari nomor tidak dikenal. Meskipun bingung, ia tetap menjawabnya.
"Halo?" kata Aksa setelah menjawab telepon.
"Aksa?" Terdengar suara wanita dari balik telepon.
"Oh, Nona!" Aksa mengenali suara ini karena suara ini adalah suara yang paling ia tunggu-tunggu selama beberapa hari.
"Jangan panggil aku Nona, panggil saja Sarah dan bicara dengan santai," kata Sarah.
"Eh, baik." Aksa mengangguk.
"Aku minta maaf karena baru bisa menelepon sekarang karena beberapa hari yang lalu aku sangat sibuk," kata Sarah dengan nada meminta maaf.
Sebenarnya Sarah sedikit berbohong, ia memang sangat sibuk beberapa hari sebelumnya namun ia tidak ingin menelepon Aksa karena suasana hatinya yang sedang buruk.
"Tidak apa-apa. Lalu, ada apa menelepon? Apakah kamu menerima tawaranku?" tanya Aksa dengan nada penuh harap.
"Yah, sebelum itu, bisakah aku melihat tempatmu dulu?" tanya Sarah yang tidak langsung memberikan jawaban.
"Tentu saja!" Aksa segera memberitahu alamatnya dan Sarah menjawab akan sampai 10 menit lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Nazrul
👍🏻👍🏻
2024-01-12
0
Riaaimutt
kira2 kupu nya gak ilang apa.. kali aja terbang hihihi
2023-08-20
4
kang Deden
wkwkwk
2023-08-18
2