NB: Ada sedikit revisi di beberapa bab sebelumnya mengenai sikap Louis terhadap Anisa, juga sedikit tentang Louis.
Ada 3 Bab awal yang author hapus, serta revisi di bab 15 dan 19. Ini sesuai arahan dari editor. Kalau bingung boleh baca ulang atau kalau nggak ya lanjut baca aja. Inti ceritanya masih sama, hanya alurnya ada yang beberapa dipercepat, dan sebagian dibenahi!
Terimakasih, dan mohon maaf jika membuat sedikit bingung🙏
❤️❤️❤️
Hari berganti, di sebuah bangunan tinggi bertuliskan Davis Corp.
Berapa petinggi perusahaan nampak keluar dari ruang meeting bangunan berlantai banyak itu. Meninggalkan dua orang pria muda yang masih berada di ruangan dengan meja lonjong disana.
Louis nampak membuang nafas kasar sembari menjatuhkan punggungnya di sandaran kursi itu. Laki laki itu terlihat sangat lelah. Ia memejamkan matanya sembari memijat pelipisnya. Betrand yang juga berada di ruangan itu nampak menghela nafas panjang. Didekatinya sepupu sekaligus atasannya itu sembari menggeser sebuah botol berisi air minum yang berada di hadapan Louis.
"Kayaknya lu perlu istirahat, deh," ucap Betrand.
Louis tak menjawab. Ia nampak menggelengkan kepalanya sembari mengangkat kedua lengannya rendah lalu menepuk pahanya.
"Gue pusing! Tanggung jawab ini begitu besar buat gue!" ucap Louis.
Betrand tersenyum. Ia menepuk pundak pria itu guna memberi semangat pada sang sepupu.
"Sabar, ya. Gue yakin lu bisa! Kalau bukan lo siapa lagi" ucap Betrand.
Louis menghela nafas panjang. Sebagai seorang pewaris di usia muda, Louis dituntut untuk sempurna. Bekerja mengangkat nama Davis Corp yang merupakan perusahaan besar di bidang makanan itu dengan berbagai terobosan dan inovasi inovasi baru. Tentu saja laki laki itu harus lebih banyak memutar otak.
"Oh ya, karyawan yang gue masukin ke cafe Jesslyn bilang perempuan itu datang ke cafe pagi ini," ucap Betrand.
Louis memiringkan kepalanya.
"Dia pulang?" tanya Louis.
"Ya! Tapi dia sendiri," ucap Betrand.
"Terus itu si monyet satu kemana?" tanya Louis sedikit kesal.
Betrand menggelengkan kepalanya. "Gue nggak bisa mastiin," ucap Betrand.
Louis menghela nafas panjang. "Nanti malam kita bar nya. Gue mau lihat apa dia ada di sana atau nggak! Pesan dari gue ampe berjamur nggak pernah dibaca ama dia! Emang setan itu manusia satu!" ucap Louis kesal sembari bangkit dari kursinya. Ia yang sudah lelah dibuat makin lelah jika mengingat kelakuan dari saudara kembarnya itu.
Betrand membuang nafas panjang lagi. Ia lantas mengikuti langkah kaki sepupunya itu keluar dari ruang meeting.
"Ada jadwal apa lagi hari ini?" tanya Louis sembari mengayunkan kakinya menuju ruang kerjanya.
"Hari ini nggak ada, sih. Tadi meeting terakhir untuk hari ini," ucap Betrand. Louis hanya mengangguk.
"Oh ya, tadi bokap bilang, katanya lo diundang ke acara ulang tahunnya Natasya, lo inget, kan? Cucu dari Tuan Wijaya, temennya kakek," ucap Betrand.
Louis tak menjawab. Ia hanya mengangguk.
"Dia ngidolain lo dari dulu, anj*r!" ucap Betrand sembari tersenyum menggoda Louis.
Louis mengangkat satu sudut bibirnya sembari menggelengkan kepalanya.
"Ya, gue inget tuh. Anak kecil itu, kan?" tanya Louis.
"Ya nggak kecil kecil amat kalik! Usianya sekarang dua puluh tahun. Ya, sepantaran lah sama Anisa," ucap Betrand santai membuat Louis terperanjat di tengah ayunan kakinya. Entah mengapa mendengar nama Anisa membuat radar dalam dirinya aktif.
Sedang apa wanita itu sekarang? Pikir Louis.
Louis sampai di depan pintu ruangannya. Ia menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Betrand.
"Bro," ucap Louis.
"What?" tanya Betrand.
"Pesenin makan siang, suruh antar ke kost an Nisa!" titah Louis.
Betrand diam sejenak. "Anisa lagi?" tanyanya.
"Ya. Kenapa?" tanya Louis.
"Ya, nggak apa apa. Tapi gue rasa lo lebih cocok buat nikahin dia daripada Luke. Lu care banget ama dia," ucap Betrand.
"Apasih? Gue cuma kasihan ama dia. Dia nanggung ulah adik gue seorang diri. Gue cuma mau bantuin dia!" ucap Louis.
"Cih...!" Betrand berdecih. "Ingat kata pepatah, cinta datang karena terbiasa!" ucap Betrand.
Louis terkekeh. "Sok bijak lu!" ucapnya kemudian masuk ke dalam ruangannya tanpa memperdulikan Betrand yang masih mengeluarkan kata-kata mutiaranya.
Louis yang sudah berada di dalam ruangan itu lantas berjalan menuju meja kerjanya. Mendudukan tubuhnya di sana sembari meregangkan otot-otot tubuhnya.
Louis melonggarkan dasinya. Ia lantas meraih ponselnya dan membuka aplikasi WhatsApp. Dibukanya room chatnya dengan sang saudara kembar. Puluhan pesan darinya tak terbaca. Luke seolah mengabaikan pesan itu tanpa sudi membukanya.
Entahlah, Jesslyn sudah kembali ke tanah air, tapi Luke belum juga ada kabarnya. Kemana perginya pria itu? Louis benar benar dibuat pusing dengan ulah saudaranya yang satu itu.
Louis keluar dari room chatnya dengan Luke. Ia lantas kembali menggeser geser layar ponsel itu, membuka satu demi satu story WhatsApp orang orang dalam kontaknya. Hingga fokus matanya terhenti pada sebuah story WhatsApp milik seorang wanita yang sangat ia kenal, Anisa.
"Kangen boneka bonekaku. Sabar, ya. Mommy pasti akan cepet pulang buat peluk kalian🥰" Tulisnya disertai sebuah emoticon di akhir kalimatnya.
Seutas senyuman samar diam diam terbentuk dari bibir Louis. Tangannya tergerak mengunduh gambar gadis yang terlihat manis itu melalui aplikasi lain guna menyimpannya di geleri.
Louis makin nyaman menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya itu. Ia kemudian mengangkat kedua kakinya ke atas meja, menikmati waktu longgarnya sembari mengotak atik ponselnya seolah ingin beristirahat sejenak dari berbagai tekanan pekerjaan yang membayang bayangi otaknya.
Ia lantas kembali menggerakkan jari jari tangannya. Menuju room chatnya dengan Anisa dan mulai mengetikkan pesan di sana.
"Siang," tulisnya.
Tak berselang lama, Anisa pun membalas pesan itu.
"Siang," jawabnya.
"Aku kirim makan siang buat kamu. Jangan lupa dimakan, ya..." tulis Louis.
Anisa tak langsung menjawab. Membuat Louis nampak sesekali melirik ke arah layar ponselnya. Lalu,
"Iya, makasih," jawabnya singkat.
Louis membuang nafas panjang. Ia hanya tersenyum, kemudian meletakkan ponselnya di atas meja. Ia lantas melipat kedua lengannya di belakang kepala. Pandangannya menatap lurus ke langit langit ruangan luas itu seolah tengah membayangkan sesuatu.
...****************...
Sementara itu di tempat terpisah. Anisa nampak memasukkan benda pipih miliknya itu ke dalam saku celananya. Ia kemudian kembali sibuk melipat tumpukan box nasi berwarna putih di hadapannya itu dengan telaten.
"Dari siapa, Nis?" tanya Salma yang duduk di atas kursi rodanya.
Anisa yang nampak bersimpuh di atas karpet di dapur rumah Salma itu nampak tersenyum.
"Dari temen, Tante," ucap Anisa.
"Teman apa teman?" goda Lena, salah satu pekerja ketering di tempat Salma.
Anisa hanya tersenyum malu malu.
"Cie, mukanya merah!" goda Lena lagi.
"Apasih, Mbak," ucap Anisa tersipu malu. Ia kembali melanjutkan aktifitasnya melipat setumpuk box yang akan di gunakan untuk wadah nasi ketering hari ini.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Raudatul zahra
huhuyyy💃💃
2023-08-21
2
Mr.VANO
rada2 louis sdh ad rasa sama nisa,,tp blm sadar,,,
2023-07-28
2
Desyi Alawiyah
nggak kok kak author...ttp semangat yah kak...🙏🙏🙏
2023-07-21
1