011

Malam menjelang, di sebuah kamar kos milik Anisa. Suasana terasa sepi. Anisa duduk di atas sebuah kasur berukuran 120x180 cm itu seorang diri sembari memeluk boneka beruang berwarna coklat peninggalan ayah kandungnya.

Tanpa teman, tanpa kawan, tanpa lawan bicara. Anisa diam menatap langit-langit kamar kosnya sembari mendengarkan sebuah lagu yang diputar dari ponselnya. Sesekali wanita itu nampak bersenandung lirih mengikuti alunan lagu guna mengusir kesunyian yang kini ia rasakan.

Anisa menghela nafas panjang. Ditatapnya boneka beruang coklat di pangkuannya. Tangan putih nan ramping itu tergerak menyentuh hidung si beruang.

"Ayah, sepi, Yah." Anisa berucap sembari tersenyum ke arah si beruang seolah tengah mengajak boneka itu berbicara.

"Nisa tinggal sendirian di sini sekarang. Nggak ada temennya. Cuma boneka pemberian ayah yang jadi teman ngobrol Nisa," ucap wanita itu seorang diri.

"Ayah tahu nggak, Nisa udah ketemu sama laki-laki itu. Nisa pikir, Nisa akan diusir dan dipermalukan oleh laki laki itu. Nisa sampai ragu mau ketemu dia tadi sore."

"Tapi ternyata nggak seburuk itu, Yah," lanjutnya.

"Dia bersedia bertanggung jawab asal Nisa bisa buktikan bahwa anak yang Nisa kandung ini adalah anak dia."

Anisa memeluk boneka itu. Ia lantas menatap nanar ke langit langit kamarnya. "Lucu ya, Yah. Padahal jelas-jelas dia yang sudah merenggut kehormatan Nisa. Tapi bisa-bisanya dia meragukan bahwa anak ini adalah anak dia. Dia pikir Nisa perempuan apaan? Dia pikir Nisa adalah perempuan murahan yang bisa disentuh sembarang laki-laki?! Cih, Nisa kan nggak kayak gitu ya Yah, ya?" ucap Anisa dengan air mata yang tiba tiba menetes tanpa izin di pipinya.

"Nisa jadi mikir, Yah. Andai semua terbukti bahwa Nisa benar benar hamil anak dia. Apa dia akan benar benar menikahi Nisa? Atau dia akan mencari alasan lain untuk menggagalkan pernikahan kami?" tanya Nisa tanpa ada yang menjawab. Ia lantas mengeratkan pelukannya atas boneka beruang itu.

"Sebenarnya Nisa nggak minta pernikahan, Yah. Karena Nisa tahu, kasta sosial kami beda jauh. Nisa nggak mau dianggap mata duitan atau numpang hidup sama dia nantinya. Orang kaya kan gitu ya, Yah. Sukanya menghina orang susah. Pada sombong!" ucap Anisa lagi seorang tengah berbincang dengan sang ayah yang kini telah tiada.

Anisa kembali diam. Ia menatap nanar lurus ke depan dengan berbagai pemikiran yang berkecamuk di otaknya. Hingga tiba tiba...

Tok ... Tok ... Tok ....

Pintu diketuk dari luar, membuat Anisa pun tersadar dari lamunannya. Wanita itu diam sejenak, kemudian bangkit dan berjalan menuju pintu kamar kosnya.

Ceklek ...

Pintu terbuka. Anisa diam sejenak. Dilihatnya di sana, Almeer nampak berdiri di depan pintu sambil tersenyum membawa sebuah kotak puding susu di tangannya.

"Kak Almeer?" ucap Anisa.

Almeer tersenyum. "Kak Salma dapet orderan puding tadi. Ada sisa, kamu mau?" tanya laki laki itu sembari mengangkat kotak puding itu.

Anisa diam sejenak. Menatap puding di tangan Almeer lalu tersenyum manis.

"Repot-repot, Kak," ucap wanita itu.

Almeer tersenyum lembut. "Enggak, kok. Kan emang ada sisa. Daripada nggak kemakan. Makan dulu, gih."

Anisa tersenyum lagi lalu mengangguk. Keduanya lantas mendudukkan tubuh mereka di sebuah kursi kayu panjang yang berada di teras kos kosan putri tempat tinggal Anisa itu.

Anisa membuka kotak puding itu. Kemudian mulai menyendok makanan tersebut dan memasukkannya ke dalam mulut mungilnya. Almeer yang duduk di samping Anisa nampak tersenyum.

"Enak?" tanya Almeer.

Anisa menoleh, lalu mengangguk. Lucu, sangat menarik di mata Almeer.

"Habisin. Lumayan, ada gizinya buat baby dalam perut kamu," ucap Almeer lagi. Anisa hanya tersenyum. Ia kembali melahap makanan itu dengan senang hati.

"Oh ya, Nis. Tadi gimana? Berhasil ketemu sama ayah kandungnya si baby?" tanya Almeer.

Anisa terdiam sejenak. Ia nampak melambatkan pergerakan tangannya. Wanita hamil itu menoleh ke arah Almeer lalu mengangguk sambil tersenyum kaku.

"Terus gimana? Dia mau tanggung jawab?" tanya Almeer.

Anisa mengangguk. "Dia bilang dia butuh bukti, Kak. Dia akan menikahi aku saat anak ini lahir. Dia minta test DNA."

Almeer diam.

Anisa nampak tersenyum kaku. "Apa dia pikir aku perempuan gampangan yang bisa disentuh sembarang orang? Sampai sampai dia ragu kalau ini anak dia. Padahal jelas jelas dia orang pertama dan satu-satunya yang sudah merampas hal yang paling aku jaga," ucap Anisa terdengar sedih.

Almeer menghela nafas panjang. Ia tahu betul bagaimana perasaan Anisa. Ia pasti merasa direndahkan lantaran diragukan oleh si pemerk*sa itu. Laki laki itu nampak tersenyum lembut.

"Kamu yang sabar, ya. Setidaknya dia tidak lari dari tanggung jawab. Lagipula, bukan hal sulit bagi kamu untuk membuktikan itu sama dia. Toh ini memang anak dia, kan?" ucap Almeer menyemangati. Anisa tak menjawab. Ia hanya mencoba tersenyum di tengah rasa sakit hatinya sembari mengangguk.

"Ya udah, kamu makan, gih. Biar kenyang," ucap Almeer. Anisa hanya mengangguk lagi. Kedua anak manusia itu kemudian kembali terlibat perbincangan hangat nan sederhana di depan kamar kost tempat tinggal sementara Anisa.

...****************...

Sementara itu di tempat terpisah. Di sebuah kamar tidur luas milik seorang pria tua yang nampak terduduk di atas kursi roda.

Ceklek...

Pintu kamar itu terbuka. Seorang pria tampan berpenampilan rapi dengan setelan jas mahal yang melekat di tubuhnya itu nampak berjalan memasuki ruangan luas itu. Pria gagah berusia dua puluh delapan tahun itu nampak mendekati pria tua yang kini mengarahkan pandangannya lurus ke luar jendela kamarnya itu.

"Kek," ucap pria tampan itu sembari berjongkok di depan sang kakek, Tuan James Davis. Diraihnya punggung tangan keriput itu, lalu menciumnya sebagai tanda bakti.

Tuan James tersenyum.

"Kau sudah pulang?" tanya Tuan James.

"Iya, Kek," jawab pria itu, Louis.

"Bagaimana kerjamu hari ini?" tanya Tuan James.

"Seperti biasa. Selalu ada fase naik turun di setiap pekerjaan, bukan?" ucap Louis.

Tuan James tersenyum. Tangannya tergerak menyentuh pundak pria yang merupakan cucu kandungnya itu.

"Jangan terlalu lelah. Nanti kau sakit," ucap pria tua itu menasehati.

"Aku sudah bisa menjaga diriku sendiri, Kek." Laki laki itu meraih punggung tangan pria tua itu lalu mengecupnya.

"Bagaimana dengan adikmu? Kakek sudah lama tidak melihat dia," tanya Tuan James.

Louis diam sejenak. "Mungkin dia masih sibuk dengan barnya," jawab pria itu.

Tuan James menghela nafas panjang. "Kapan dia akan berubah? Andai dia bisa berfikir dewasa sepertimu, Nak."

Louis tersenyum. "Doakan saja secepatnya, Kek," ucap pria tampan itu.

"Ya udah, Kakek istirahat, ya. Aku juga mau ke kamar. Capek," ucap Louis kemudian.

Tuan James tersenyum. "Ya sudah, istirahatlah. Ini juga sudah malam," ucap Tuan James.

Louis mengangguk. "Ya udah, aku keluar dulu. Kakek juga jangan lupa cepat istirahat. Kakek nggak boleh tidur terlalu malam," ucap Louis. Tuan James hanya mengangguk sambil tersenyum. Louis kemudian berlalu pergi meninggalkan tempat itu. Ia berjalan keluar dari kamar Tuan James, menuju kamar pribadinya yang juga berada di lantai yang sama di rumah itu sembari melepas jas hitam mahal miliknya.

Ceklek...

Pintu kamar miliknya terbuka. Diletakkannya jas itu di ujung ranjang king size-nya. Pria tampan itu kemudian melonggarkan dasinya, lalu duduk di tepi ranjang sembari mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia kemudian menuju aplikasi WhatsApp. Masuk ke dalam sebuah room chatnya dengan seseorang yang sangat ia kenal.

"Gue lagi di Jepang!" bunyi sebuah pesan yang dikirim dari seseorang yang sangat ia kenal itu.

Louis menghela nafas panjang. "Kebiasaan! Abis bikin masalah, kabur! Terus aja kayak gini!!" ucap Louis seorang diri dengan mimik wajah kesal.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Endang

Endang

Anisa salah paham adek nya louis yg buat hamil wahh gimana ni kalanya yg kena imbasnya

2023-07-15

1

Desyi Alawiyah

Desyi Alawiyah

hmmm lanjut kak...🙋🙋🙋

2023-07-11

1

Desyi Alawiyah

Desyi Alawiyah

pasti itu yg chat Luke...iya kan...

nyebelin sumpah,Anisa disini kasian cari kamu tp kamu malah enak"n ke luar negeri...😏😏😏

2023-07-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!