Pagi mulai mengambil alih dunia. Suara kokok ayam saling bersahutan. Sinar matahari yang mulai terik perlahan masuk ke dalam sebuah kamar sederhana di salah satu rumah petak di kaki gunung itu. Menembus kaca kaca jendela ruangan tempat dimana seorang wanita tua nampak sesenggukan sambil sesekali menitikkan air matanya.
Ya, itu nenek Ranti, seorang wanita tua yang merupakan nenek dari Adiba Anisa.
Wanita itu terlihat menangis sembari menggerakkan tangannya, membersihkan tubuh sang cucu yang nampak terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang dengan beberapa luka bekas tamparan di sekujur tubuhnya.
Semalaman Anisa tak pulang. Membuat nenek Ranti pun begitu cemas dibuatnya. Dan pagi tadi, tepat saat kumandang adzan subuh diperdengarkan, disaat wanita tua itu hendak pergi menuju masjid untuk menjalankan ibadah sholat subuh nya, sang nenek renta dikejutkan dengan keberadaan Anisa yang nampak tergeletak tak sadarkan diri tepat di depan pintu rumah mereka. Kondisinya memprihatinkan. Bajunya koyak tak berbentuk. Wajahnya acak acakan dengan bercak darah yang nampak mulai mengering di ujung bibirnya. Pipinya merah bekas tamparan. Sedangkan di sekujur leher dan dada terdapat noda merah keunguan selayaknya bekas sesapan mulut manusia.
Nenek Ranti pun terkejut. Sedangkan Ratna, ibu tiri Anisa nampak murka. Sejak tadi wanita paruh baya itu tak henti hentinya uring uringan. Memaki maki Anisa yang bahkan belum sadar dari pingsannya.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Nenek Ranti masih setia duduk di samping ranjang sambil menatap pilu ke arah cucu tersayangnya. Hingga...
Kelopak mata lentik nampak bergerak perlahan. Anisa menggerakkan kepalanya samar samar. Nenek Ranti yang sejak tadi menunggu Anisa sadar itu pun lantas menggerakkan kedua tangannya. Menyentuh punggung tangan serta mengusap pucuk kepala Anisa dengan lembut.
"Nis..." ucap nenek Ranti lembut. Anisa perlahan membuka matanya. Ia menatap sayu ke arah sang nenek yang nampak mengembun. Anisa tak berucap sepatah katapun. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Seolah tengah mengingat ingat, sedang dimana ia sekarang.
"Nis..." ucap Ranti. Anisa tak menjawab. Ia diam. Menatap kosong ke arah sang nenek. Lalu...
Seettt...
Anisa bangkit dari tidurnya. Ia terlihat seperti orang bingung. Wanita itu bergerak meringsut meraih lengan sang nenek seolah meminta perlindungan sambil memeluk selimutnya yang tak terlalu tebal itu.
"Nenek!" ucap Anisa menangis. Nenek Ranti yang bingung pun mendekap tubuh sang cucu seolah ingin memberikan ketenangan untuk gadis muda itu.
"Nenek..!! Nenek, tolong. Neekk..!!" ucap Anisa sambil terus meringsut. Seolah ingin menyembunyikan tubuhnya dalam dekapan wanita rentak itu.
"Iya, Nak. Ini Nenek. Kamu kenapa?" tanya nenek Ranti tak mengerti. Anisa menangis ketakutan. Bayang-bayang mengerikan terenggut nya mahkota berharga yang ia jaga yang terjadi semalam di ruangan pribadi milik Jesslyn itu kembali terputar di otaknya. Ia menangis sejadi-jadinya mengingat kejadian tragis yang menimpanya itu. Anisa meremas baju sang nenek. Ia meraung raung seolah meminta perlindungan dari wanita tua itu.
Batin gadis belia itu terkoyak. Ia dirudapaksa oleh kekasih bos nya sendiri semalam hingga berkali-kali sampai tak sadarkan diri. Bahkan Luke dengan teganya melempar tubuh Anisa yang sudah ia jamah tanpa izin itu ke depan rumah si gadis saat pagi mulai menjelang, ketika ia sudah puas menggempur tubuh suci itu habis-habisan.
Anisa menangis sejadi jadinya tanpa mau berbicara mengenai apa yang terjadi. Tangisan itu menggema bahkan terdengar hingga keluar rumah. Nenek Ranti dengan berbagai pemikiran dan tanda tanya dalam benaknya itu terus memeluk tubuh sang cucu, seolah ingin menenangkan gadis malang itu. Hingga...
Braakk..!
Pintu dibanting dengan kasarnya. Seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar itu sambil membawa sebuah sapu ditangannya.
"Dasar anak pela cur!! Sini kamu!" bentak Ratna murka sembari mencoba menarik tangan Anisa agar ikut dengannya.
Anisa memekik. Ia makin menyembunyikan tubuhnya dalam pelukan sang nenek.
"Ratna, jangan!!" cegah nenek Ranti sambil terus mendekap erat sang cucu seolah ingin melindunginya dari serangan ibu tirinya.
"Lepasin dia, Bu! Jangan dibela terus! Anak ini memang harus dikasih pelajaran. Dasar anak tak tahu di untung! Harusnya kamu itu bersyukur, saya mau merawat kamu di sini! Bukannya terima kasih malah bikin malu..! Apa yang kamu lakukan di luar sana? Mau jadi perempuan murahan kamu?! Mau ngikutin jejak ibu kamu yang suka godain suami orang?! Iya?!!" tanya Ratna murka. Satu tangannya bahkan tergerak menjambak rambut panjang Anisa dan berusaha menyeret gadis itu agar terlepas dari pelukan nenek Ranti. Anisa memekik. Begitu pula sang nenek yang histeris melihat perlakuan kasar dari Ratna pada Anisa. Gadis belia itu terpelanting jatuh ke lantai. Nenek Ranti menangis meraung raung. Ratna mengangkat sapunya hendak memberikan pukulan pada wanita malang itu namun sang nenek berusaha melindunginya.
"Jangan dibelain terus, Bu! Lepasin dia!" bentak Ratna murka pada sang ibu yang kini memeluk Anisa seolah tak mengizinkan sang cucu untuk disakiti.
"Istighfar kamu, Rat...! Jangan begini! Dengarkan dulu penjelasan Nisa!" ucap nenek Ranti.
"Apanya yang dijelaskan?! Dia itu anak wanita murahan, sudah pasti dia mengikuti jejak ibunya. Nggak tahu di untung kamu! Keluar kamu dari rumah saya!" pekik Ratna sembari berusaha menarik tangan Nisa dan hendak menyeretnya keluar dari rumah itu. Nenek Ranti sekuat tenaga menahannya. Mendekap sang cucu dan berusaha menjauhkannya dari Ratna.
"CUKUP!! Cukup..! Nggak ada yang boleh mengusir Anisa! Dia cucuku!! Cukup kamu sakit hati dengan ulah suamimu tapi jangan libatkan Anisa! Dia nggak bersalah!!" bela nenek Ranti.
"Kenapa ibu selalu bela dia? Aku ini anak ibu! Aku yang tersakiti, aku yang jadi korban! Harusnya anak ini tidak ada di dunia ini!!" bentak Ratna membabi buta. Kaki itu bahkan terayun hendak memberikan tendangan pada tubuh gadis malang itu, namun nenek Ranti menghalanginya. Anisa menangis sejadi jadinya. Ia ketakutan dalam dekapan sang nenek.
"Iya, kamu memang korban. Tapi Anisa bukan pelakunya! Kesalahan terjadi pada suamimu dan selingkuhannya, bukan pada Anisa! Istighfar kamu, Nak. Anak ini tidak pernah meminta dilahirkan dari sebuah hubungan perselingkuhan!!" ucap nenek Ranti meraung-raung sambil terus mendekap erat sang cucu. Ratna menatap bengis Anisa. Ia benci gadis itu. Wanita itu kemudian menggerakkan tangannya. Menunjuk penuh kebencian ke arah Anisa yang ketakutan.
"Kamu, dengar kamu baik baik! Mulai hari ini saya mengharamkan kamu berdekatan dengan saya, menyentuh barang barang saya dan makan makanan saya. Hiduplah kamu disini tapi jangan pernah kamu bermimpi untuk menikmati semua yang ada di rumah ini jika itu saya beli dengan uang saya. Saya jijik sama keturunan perempuan murahan seperti kamu!" ucap Ratna begitu menyakitkan. Ia lantas melempar sapu di tangannya itu ke arah Anisa. Nenek Ranti reflek mengucap istighfar. Sedangkan Ratna lantas berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut. Anisa menangis lagi dalam dekapan sang nenek. Sungguh malang hidupnya yang harus berdampingan dengan seorang ibu tiri.
Ya, Anisa adalah anak dan cucu tiri dari Ratna dan nenek Ranti. Anisa adalah anak yang terlahir dari sebuah perselingkuhan yang terjadi antara Pak Herman, suami Ratna, dengan seorang wanita yang entah siapa yang tinggal di kota besar tempat Pak Herman merantau sembilan belas tahun yang lalu.
Ketidakmampuan Ratna dalam memberikan keturunan menjadi latar belakang terjadinya perselingkuhan antara Pak Herman dan ibu kandung Anisa. Keduanya menjalin asmara diam-diam di belakang Ratna ketika Pak Herman tengah jauh dari istrinya yang kala itu tinggal di kampung tersebut.
Singkat cerita, sang selingkuhan meninggal dunia setelah melahirkan Anisa. Hal itu membuat Pak Herman mau tak mau harus membawa Anisa pulang bersamanya, lantaran tak ada keluarga lain yang sudi merawat Anisa kala itu.
Hati wanita mana yang tak hancur? Perasaan wanita mana yang tak remuk redam, ketika mendapati suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Kemudian dengan beraninya, laki laki itu membawanya hasil dari perselingkuhannya pulang ke rumah yang harusnya menjadi istana ternyaman bagi Ratna dan Pak Herman.
Ratna tak terima. Ia benci anak hasil hubungan terlarang itu.
Kehadiran Anisa berhasil memporak-porandakan keharmonisan antara Ratna Dan Pak Herman. Kedamaian dan ketentraman dalam biduk rumah tangga keduanya pun menghilang. Cekcok dan pertengkaran seringkali terjadi diantara sepasang suami istri itu.
Namun meskipun demikian, nyatanya Ratna tak pernah menceraikan Pak Herman. Ia terus bertahan mendampingi laki-laki itu meskipun setiap hari harus menahan amarah dan kebencian melihat anak dari hasil perselingkuhan suaminya tumbuh besar.
Waktu terus berjalan. Anisa tumbuh menjadi sosok gadis cantik dengan hati yang lembut. Parasnya menawan, tutur katanya lemah lembut. Selain itu, ia juga memiliki kecerdasan yang cukup baik. Ia tumbuh menjadi siswi yang berprestasi di sekolahnya. Membuat Pak Herman dan nenek Ranti yang rupanya bisa menerima keberadaan Anisa itu pun menjadi begitu bangga pada dara cantik tersebut.
Hingga, pada suatu ketika, sang ayah menghembuskan nafas terakhirnya karena sebuah kecelakaan kerja. Kala itu Anisa berusia dua belas tahun.
Dunia Anisa hancur. Orang yang paling menyayanginya telah pergi menghadap sang Maha Kuasa. Sejak saat itu, Anisa pun hanya tinggal bersama ibu tiri dan neneknya. Berbagai perlakuan kasar dan menyakitkan seringkali Anisa terima dari Ratna. Wanita itu bahkan melarang Anisa melanjutkan kuliah setelah Anisa lulus SMA dengan alasan tak punya biaya. Padahal kala itu Anisa sudah ditawari beasiswa, namun Ratna bersikeras melarangnya. Ia seolah tak mau Anisa tumbuh menjadi orang yang berguna dan berprestasi. Ia tak mau melihat Anisa sukses. Ia tak mau melihat anak dari wanita yang sudah menjadi duri dalam pernikahan yaitu bahagia.
Kini masalah kembali muncul. Anisa diperk*sa. Ia dinodai oleh seorang pria yang tak begitu dikenalnya. Kini Anisa tak berani untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada nenek dan ibunya. Ia takut amarah sang ibu meluap-luap. Ia takut jika Ratna murka dan mengusirnya pergi dari rumah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Riana
astaga🥺🥺🥺kasihan anisa
2023-07-30
1
Mr.VANO
sedih bangat kisa anisa,,,,anak asil perselingkuan,,,tinggal dg ibu tiri yg tak menyukainy,,,dasar laki2 tak punya perasaan,,,puny tombak asal colok,,,gak mikir dapakny untk anisa
2023-07-28
1
Raka Rizky112
sesek thor kasihan anisa..aq sampe nangis
2023-07-05
1