"Heh...!!" Sebuah tangan kekar menarik tubuh Anisa. Pria berjambang lebat dengan penampilan rapi yang diketahui bernama Betrand itu menarik lengan Anisa dengan gerakan yang cukup kasar. Membuat Anisa pun reflek menoleh ke arahnya. Pandangan mata keduanya pun saling bertemu. Anisa menatap berani ke arah pria yang sepertinya usianya jauh lebih tua darinya itu.
"Siapa kamu?!" tanya Betrand dengan sorot mata tajam. Anisa tak menjawab. Ia menggerakkan tangannya berusaha berontak dari cengkeraman tangan pria itu, namun Betrand terus menggenggam lengan kekar tersebut seolah tak mengizinkannya lolos.
Klek...
Pintu mobil terbuka. Seorang pria tampan berbadan atletis dengan penampilan sempurna itu keluar dari kendaraan mewahnya. Membuat Anisa kini menoleh ke arahnya. Begitu juga dengan Betrand.
Degghh ...
Degghh ... Degghh ... Degghh ....
Anisa terdiam. Jantung itu seolah berdetak lebih kencang kala kembali berhadapan dengan pria berparas tampan tersebut. Wajah pria itu kembali mengingatkan Anisa akan peristiwa menyakitkan di malam kelam itu. Dimana Luke dengan kasar dan kejamnya menjamah tubuh suci Anisa tanpa ampun. Ia tertawa di atas tangisan Anisa. Menyakitinya, merampas mahkota yang Anisa jaga dengan segenap jiwa dan raganya. Laki laki jahat! Laki laki biad*p yang tak memiliki hati nurani! Merusak gadis suci yang malang hanya demi kepuasannya semalam.
Tak sadarkan ia bahwa aksinya itu sudah menghancurkan masa depan Anisa? Kini wanita itu harus berjuang seorang diri mencari keadilan. Mencari celah agar ia tak semakin dibenci ibu tirinya dan dianggap rendah oleh orang orang disekitarnya.
Anisa mengepalkan tangannya. Dadanya naik turun. Antara benci, muak, sedih, sakit hati, semua bercampur jadi satu. Ia benci laki laki ini. Ia benci pria di hadapannya ini!
Mata lentik itu menajam di barengi dengan air yang nampak menggenang di pelupuk mata. Setitik air itu bahkan jatuh di pipi mulusnya. Sesuatu yang dapat ditangkap dengan jelas oleh netra tajam pria di hadapannya. Laki laki itu nampak mengernyitkan dahinya. Seolah memiliki segudang pertanyaan dalam benaknya.
Anisa menghempaskan tangan Betrand dengan kasarnya, membuat tangan ramping itupun terlepas dari genggaman tangan laki-laki berbadan tinggi besar itu. Wanita itu maju satu langkah mendekati pria di hadapannya tanpa berucap sepatah katapun. Sorot matanya tajam. Dadanya naik turun. Salah satu telapak tangannya bahkan mengepal seolah menggambarkan betapa bencinya ia dengan pria yang harus bertanggung jawab atas kehamilannya ini.
"Kamu si...."
Plaaaakkk!!
Belum selesai laki-laki itu berucap, tangan ramping Anisa sudah terlebih dulu melayang menampar pipi pria dengan rahang tegas itu dengan sekuat tenaganya. Amarah terlihat jelas dari wajah wanita itu. Membuat semua yang berada di sana terkejut, termasuk Betrand yang berdiri di belakang Anisa.
"Heh! Jangan kurang aj*r kamu sama bos saya!" bentak Betrand sembari berusaha menarik tubuh Anisa agar menjauh dari atasan sekaligus sepupunya itu, namun Anisa menolak. Ia keukeuh berdiri di hadapan pria tampan itu. Tubuhnya kaku bak patung beton yang kokoh.
Laki laki dengan setelan jas lengkap berwarna hitam itu nampak menatap aneh ke arah Anisa sembari mengusap usap pipinya yang nampak merah. Anisa mengangkat tangannya rendah, menunjuk ke arah laki laki yang nampak bingung itu.
"Apa-apaan ini? Ngapain kamu?!" tanya pria itu nampak tidak suka.
Anisa menatap bengis ke arah pria tersebut. "Setelah apa yang kamu lakukan sama saya, masih bisa kamu nanya saya ngapain?!!" tanya Anisa dengan suara meninggi di akhir kalimatnya. Membuat keduanya kini menjadi pusat perhatian para karyawan yang sebagian masih berada di kantor itu.
Laki laki itu makin mengernyitkan dahinya seolah tak paham dengan apa yang wanita di hadapannya ini katakan. Ia mengangkat kedua tangannya rendah seolah bertanya "Apa?"
Anisa makin muak dengan sikap pura pura tak tahu yang laki laki itu tampilkan.
"Nggak usah sok polos kamu!!" bentak Anisa emosi. Betrand kembali mencoba menjauhkan Anisa dari atasannya itu namun Anisa tak menggubris.
"Ini ada apa sih?" tanya pria tampan tanpa jambang yang menghiasi rahangnya itu.
"SAYA HAMIL!! SAYA HAMIL ANAK KAMU!! SAYA HAMIL DARAH DAGING KAMU, LUKE!!"
Deeghh...
Semua terkejut. Anisa berucap dengan suara tinggi hingga dapat didengar oleh semua orang yang berada di sana. Betrand dan pria yang berdiri di hadapan Anisa itu ikut melotot mendengarnya.
"Luke?" ucap Betrand bingung. Sedangkan laki-laki yang dipanggil Luke itu kini nampak diam menatap nanar kearah Anisa yang mulai menangis di tengah-tengah emosi yang menyelimuti dirinya.
"Kamu udah merampas kehormatan saya! Kamu pergi gitu aja dan sekarang saya hamil. Saya akan dibenci ibu saya! Jahat kamu...!!" ucap Anisa menangis sembari menggerakkan tangannya memukuli tubuh pria itu. Laki laki itu hanya diam. Tak melawan ataupun mengelak.
"Saya nungguin kamu dari pagi di sini. Saya butuh pertanggung jawaban kamu! Saya nggak mau nanggung aib ini sendirian!!" tambah wanita itu lagi sambil terus menangis seolah ingin mengeluarkan semua uneg-uneg dan kekesalannya yang terpendam selama ini.
Laki laki itu masih tak berkutik. Ditatapnya wanita itu dengan sorot mata yang terlihat iba. Ia menggerakkan tangannya hendak meraih tubuh wanita itu namun Anisa terus bergerak melampiaskan kekesalannya dengan memukuli dada bidang pria tampan itu.
"Kamu tenang dulu, kita bisa bicarakan ini baik baik!" ucap pria itu yang akhirnya buka suara. Anisa menatap tajam pria itu.
"Baik baik kamu bilang? Saya hamil, dan kamu masih bisa bilang bicara baik baik??!!" ucap Anisa murka.
"Lho, tadi kamu bilang kamu butuh pertanggung jawaban saya, kalau kamu marah marah emang bisa menyelesaikan masalah?" tanya pria itu. Anisa tak menjawab.
"Lebih baik sekarang kamu tenang, kita masuk ke dalam. Kita bicarakan ini di ruangan saya. Kalau saya salah, saya pasti akan tanggung jawab!" ucap laki laki itu terdengar tegas.
Anisa menyipitkan matanya sembari menggelengkan kepalanya samar.
"Kamu pikir saya ngarang cerita?! Pinter banget kamu akting di depan karyawan karyawan kamu!" ucap Anisa muak. Laki laki itu punya bakat baru, selain pintar merenggut kegadisan seseorang, ia juga pintar ber-drama. Benar benar pria licik.
Laki laki itu tak menjawab. Ia hanya menghela nafas panjang lalu menggerakkan tangannya seolah mempersilahkan Anisa untuk masuk ke dalam gedung kantornya.
"Kita bicara di ruangan saya," ucapnya.
Anisa menatap tajam pria itu. Ia nampak berfikir sembari mengusap lelehan air matanya. Laki laki itu menggerakkan kepalanya seolah kembali mempersilahkan Anisa untuk masuk ke dalam gedung perusahaannya.
"Duluan!" ucap Anisa. Laki laki tersenyum samar, lalu mengangguk.
"Oke," jawabnya tenang. Pria itu kemudian berjalan kembali masuk ke dalam kantornya, diikuti Betrand di belakangnya.
"Bro, dia...."
"Sstt..." potong laki laki itu seolah meminta Betrand untuk tidak bicara dulu. Kedua itu terus melangkah masuk ke dalam bangunan itu, diikuti Anisa di belakangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Riana
itu beneran luke atau kembarannya atau emang lupa
2023-07-30
1
Mr.VANO
akhirny ketemu juga dg sabun luke
2023-07-28
1
Retnomaulida
apa luke kembar yaaa,... hanya k author yg tau
2023-07-10
1