019

Hari berganti. Semua berjalan seperti biasanya. Satu minggu lebih Anisa bertahan di kota itu dengan satu alasan yakni menanti pertanggungjawaban Louis atas kehamilannya.

Kian hari, laki laki itu juga kian gencar menunjukkan perhatiannya. Hanya sewajarnya, sekedar bentuk tanggung jawab seorang laki laki pada perempuan uang sudah ia rampas kebahagiaan nya.

Louis sering mengutus seseorang untuk mengirimkan makanan untuk Anisa. Ia juga selalu mengingatkan wanita itu makan dan minum vitamin. Sesekali ia juga sering menanyakan kabar wanita yang kini tengah berbadan dua itu. Seolah ia ingin memastikan bahwa Anisa sehat dan baik baik saja selama masa kehamilannya.

Tentu, hal itupun sedikit banyak berhasil membuat hati Anisa yang semula begitu membenci Luke pun perlahan mulai luluh. Sebagai seorang wanita yang kini tengah hamil, ia merasa begitu diperhatikan oleh laki laki itu. Laki laki itu terlihat begitu sabar, lembut, pengertian, dan perhatian, membuat Anisa sedikit banyak mulai melunak hatinya mendapatkan perhatian bertubi-tubi dari laki-laki yang sebenarnya bukan pelaku pemerkosaannya tersebut.

.....

Siang ini, kala mentari pagi perlahan mulai memancarkan sinar teriknya. Anisa yang kini tengah berbadan dua nampak berjalan menapaki jalanan kecil di samping rumah Salma. Sudah beberapa hari ini Anisa selalu dipanggil Salma dan Almeer untuk membantu usaha ketering milik Salma.

Anisa yang memang tak memiliki pekerjaan itu pun dengan senang hati menerima tawaran dari Salma. Ya, itung itung untuk tambahan pegangan Anisa. Sebagai seorang wanita yang memang sudah terlatih untuk mandiri sejak kecil, ia tak mau terus menerus bergantung pada Louis, meskipun pria itu sudah berjanji akan memenuhi semua kebutuhan Anisa.

Wanita muda berpenampilan sederhana dengan dress hitam kombinasi putih itu sampai di kamar kostnya. Ia lantas merogoh saku dress selututnya itu guna mengambil kunci pintu kamarnya. Tiba tiba...

"Hai, siang!" ucap seorang wanita berkacamata disana. Membuat Anisa yang pun menoleh ke arah sumber suara.

Dilihatnya di sana, seorang wanita berusia kurang lebih dua puluh lima tahun dengan seragam karyawan pabrik nampak berdiri di depan pintu kamar kos yang letaknya bersebelahan dengan kamar Anisa.

Ya, itu tetangga Anisa. Untuk pertama kalinya Anisa melihat wajah tetangganya itu setelah lebih dari satu minggu ia tinggal di tempat tersebut.

Anisa menampilkan senyuman manisnya. "Siang, Mbak," jawab Anisa.

"Kamu penghuni baru, ya? Kok saya baru lihat?" tanya wanita yang diketahui bernama Bella itu.

"Sebenarnya udah lebih dari seminggu sih, Mbak. Cuma nggak pernah ketemu aja," ucap Anisa.

"Oh, ya? Masa? Kok aku baru tahu?!" ucap wanita dengan tubuh yang sedikit berisi itu yang kini nampak mendudukan tubuhnya di kursi panjang disana sembari mengenakan sepatunya.

Anisa tersenyum. "Iya. Kayaknya penghuni penghuni disini pada sibuk semua, Mbak," ucap Anisa.

"Hahaha, iya. Memang disini rata rata mahasiswi atau pekerja kaya saya. Jadi kost kostan itu cuma jadi tempat buat tidur aja, selebihnya kita kerja!" ucap wanita itu.

Anisa hanya tersenyum. Bella lantas bangkit.

"Kamu kuliah, atau kerja?" tanya Bella.

Anisa diam. "Em... kerja, Mbak," ucap Anisa tak sepenuhnya berbohong. Toh ia juga bekerja di katering milik Salma.

"Oh," jawab Bella sembari bangkit dan mendekati Anisa.

"Saya Bella!" ucap wanita itu sembari mengulurkan tangannya.

Anisa tersenyum. Ia menjabat tangan wanita itu. "Saya Anisa," jawabnya.

Bella tersenyum manis. "Cantik banget kamu."

"Makasih, Mbak," jawab Anisa malu malu.

Kedua wanita itu kemudian saling melepaskan jabatan tangan mereka. Bella meraih tas selempang miliknya yang sudah berada di atas kursi panjang di teras kamar kostnya.

"Ya udah, kalau gitu saya duluan ya, Nis," ucap Bella.

Anisa mengangguk. "Iya, Mbak. Hati hati," ucapnya.

Keduanya pun lantas berpisah. Bella pergi dari tempat itu. Menapaki jalan kecil tempat itu untuk menuju jalan raya.

Anisa terdiam. Bertepatan dengan berlalunya Bella, dilihatnya di sana seorang pria tampan dengan setelan jas hitam nampak berjalan mendekatinya. Laki laki itu bahkan berpapasan dan nampak menyapa Bella yang tengah dalam perjalanan keluar dari area kost putri itu. Seperti biasa, senyuman ramah dan tutur kata lembut nan khas nampak ia pertunjukkan.

Anisa diam. Laki laki yang sebentar lagi Anisa pikir akan menjadi calon ayah bagi bayi yang dikandungnya itu lantas mendekat.

"Hai..!" sapa Louis sambil tersenyum manis.

Anisa diam, lalu tersenyum samar.

"Hai," jawabnya.

"Darimana kamu? Saya telfon dari tadi nggak diangkat. Di WhatsApp juga nggak dibales," ucap Louis yang kini berdiri di hadapan Anisa.

"Em, tadi saya abis dari rumah ibu kost," ucap Anisa.

"Belum bayar kost an?" tanya Louis menebak.

"Sudah..." jawab Anisa mengelak.

"Lalu, ngapain di rumah ibu kost dari pagi?" tanya Louis.

"Saya bantuin ibu kost ngurus katering. Ibu kost punya usaha katering kecil-kecilan. Dia nyuruh saya bantuin dia. Lumayan, ada bayarannya," ucap Anisa.

Louis diam sejenak menatap wajah Anisa. Ia kemudian bergerak, duduk di kursi panjang teras kamar kos itu. Sedangkan Anisa memilih untuk menyandarkan tubuhnya di tembok pembatas terasnya dengan teras Bella yang tingginya setara pinggul orang dewasa itu.

"Kayaknya kamu dekat sekali dengan ibu kost kamu itu," ucap Louis.

Anisa tersenyum. "Dia baik banget sama saya," ucap Anisa.

Louis mengangguk. "Syukurlah. Setidaknya kamu aman tinggal bersama orang orang baik disini," ucap Louis.

"Tapi kamu harus ingat kata saya, jangan terlalu capek. Toh saya juga sudah memenuhi semua kebutuhan kamu. Saya nggak mau kamu kenapa kenapa. Karena a............." ucapan Louis terpotong.

"Ada bayi dalam perut kamu!" sahut Anisa memotong ucapan pria itu. Ia seolah sudah hafal dengan semua kata kata yang keluar dari mulut Louis.

Louis tersenyum sambil mengangguk mendengar ucapan Anisa. Laki laki itu kemudian menarik nafas panjang. Ia mengedarkan pandangannya menatap ke seluruh penjuru bangunan berlantai dua yang nampak sepi itu. Louis kemudian melepas jas hitamnya.

"Kamu udah makan?" tanya laki laki itu lagi.

"Udah, tadi di rumah ibu kost," ucap Anisa.

Louis mengangguk.

"Kamu mau saya bikinin minum?" tanya Anisa lagi.

Louis tersenyum. "Boleh," jawabnya.

"Kamu tunggu di sini sebentar. Saya buatkan minum buat kamu," ucap Anisa.

Louis tak menjawab. Wanita itu lantas masuk ke dalam kamar kostnya untuk membuatkan minuman untuk Louis.

Tak lama, tak sampai lima menit, Anisa keluar dari kamar kostnya dengan membawa secangkir kopi panas untuk Louis. Namun...

Buughh....

"Aaww!!"

Pyaarrr...

Anisa memekik. Cangkir kopi itu jatuh ke lantai hingga pecah. Anisa tak sengaja menabrak tubuh tegap milik Louis yang berdiri di samping pintu utama kamar kos tersebut. Laki laki yang semula berdiri membelakangi pintu itu tiba tiba saja berbalik badan ketika mendengar langkah kaki wanita hamil tersebut. Membuat tubuh keduanya bertabrakan. Kopi panas di tangan Anisa pun jatuh, membuat sebagian air kopi yang mendidih itupun terpercik mengenai tangan Anisa dan kaos Louis.

Anisa terjingkat merasakan panas di tangannya. Louis pun nampak kaget dibuatnya.

"Kamu nggak apa apa?" tanya Louis sedikit panik.

"Panas," ucap Anisa.

"Duduk dulu! Awas beling!" ucap pria itu sembari membimbing Anisa duduk di kursi panjang disana.

Anisa nampak meringis. Louis mendekatkan bibirnya pada telapak tangan Anisa lalu meniup niup tangan wanita cantik yang kini berada dalam genggamannya itu. Membuat Anisa diam-diam melirik ke arah pria di hadapannya itu.

"Kamu punya obat untuk luka bakar?" tanya Louis sedikit panik.

Anisa menggelengkan kepalanya. "Nggak ada," ucapnya.

"Maaf, ya. Saya nggak tahu kalau ternyata kamu sudah ada di belakang saya," ucap Louis.

Anisa mengangguk. "Nggak apa apa," jawabnya. Anisa menatap kaos hitam Louis yang nampak basah.

"Baju kamu kotor kena kopi," ucap Anisa.

Louis tersenyum. "Nggak apa apa," jawabnya.

"Kamu lepas aja. Biar saya cuciin nanti. Itukan kotor juga karena saya," ucap Anisa.

Louis tersenyum manis. "Oke!" jawabnya. Tanpa basa basi ia pun melepas kaos hitam itu. Membuat tubuh tegap dengan bongkahan besar di kedua belah dada serta perut sixpack itu terpampang jelas di sana.

Louis pun menyerahkan kaosnya pada Anisa. "Makasih, ya," ucap Louis.

Anisa yang kini menunduk pun hanya mengangguk. Louis kembali meraih tangan Anisa dan meniup-niupnya lembut.

"Saya udah nggak apa apa, kok. Saya nggak selemah itu," ucap Anisa.

Louis tersenyum. Kedua pasang mata itu kembali beradu.

"Saya tahu. Kamu memang perempuan yang kuat," ucap Louis kemudian.

Anisa diam. Sorot mata keduanya terlihat makin lekat. Seolah menyimpan kekaguman satu dengan yang lain. Anisa si cantik baik hati yang begitu tegar dan kuat di mata Louis. Dan Louis si pria tampan yang hangat yang begitu berani bertanggung jawab atas segala kesalahannya di masa lalu, seolah berhasil membuat hati Anisa yang semula begitu membenci pria itu kini perlahan mulai sedikit melunak.

Laki laki itu perlahan berhasil meyakinkan hati Annisa bahwa ia bukanlah pria yang sepenuhnya brengs*k. Ia juga punya sisi lembut dan bertanggung jawab dengan segala kelebihan yang ia punya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

senang berlaan anisa mau bicara dg luis

2023-07-28

1

Desyi Alawiyah

Desyi Alawiyah

lanjut kak author...🙋🙋🙋

2023-07-19

1

Desyi Alawiyah

Desyi Alawiyah

hmmm.


Syukurlah Anisa dpt teman baru ditempat kost nya...seengganya dia ga sendirian lagi disitu...🙏🙏🙏

2023-07-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!