Ch.17

Ramai.

Mobil berhenti di depan mansion keluarga Lee. Dekorasi mewah memanjakan mata para tamu yang berdatangan.

Di depan mobil Margareth ada mobil Heka. Margareth melihat mobil Ayahnya. Heka turun terlebih dahulu lalu mengulurkan tangannya, menggandeng Vivian keluar.

"Saya akan membukakan pintu Anda, Nona.." ujar Pak Sopir.

"Tidak perlu, terima kasih," jawab Margareth lalu membuka pintu mobilnya.

Dia menurunkan kedua kakinya, lalu menunduk untuk membenarkan gaunnya yang terlingkap. Namun saat mengangkat kepala, sebuah uluran tangan berada di hadapannya.

Margareth mendongak menatap pemilik tangan itu.

"Gak usah GR! kalo bukan karena Papa memaksa, aku gak bakal mau ngelakuin ini.." ujar Chandra dengan tatapan dinginnya.

Margareth menghela napas beratnya.

Bukannya menerima uluran tangan Chandra, dia malah memberi tangannya kesibukan dengan memegang ponsel dan tas nya. Lalu berjalan melewati Chandra begitu saja tanpa menghiraukannya.

Chandra melirik Margareth yang melewatinya itu, "Ck!" decak nya.

Dia berbalik, lalu meraih lengan Margareth dengan kasar.

"Aw~ sakit!" rintih Margareth.

"Tidak bisakah kau berhenti kekanakan dan membuatku dalam masalah?" tegas Chandra.

"Aku tidak membuat masalah, aku hanya menuruti kemauan kakak. Bukankah kakak tidak ingin dijodohkan dengan ku?"

"Bukankah kau telah mengatakan bahwa kau akan mengejar ku?"

Margareth terdiam, lalu memalingkan wajahnya. Tanpa membuang waktu lagi, Chandra menarik tangan Margareth dan menggamitnya. Kemudian berjalan ke arah orang tua mereka yang sedang berbincang di depan sana.

Margareth terpaksa menurut, senyum palsu juga selalu siap di wajahnya.

"Astaga, menantu Tante cantik banget.." puji Rosa sambil membelai rambut Margareth.

"Kalian terlihat cocok," lanjutnya.

Chandra memutar bola matanya mendengar kalimat itu. Sedangkan Margareth hanya bisa tersenyum canggung.

"Di dalam pasti membosankan, kalian bisa bermain di luar," ujar Albert.

"Bermain, memangnya mereka anak-anak?" ucapan Heka mengundang tawa mereka bertiga.

"Berduaan," bisik Albert.

Para orang tua tertawa dengan leluconnya masing-masing. Sedangkan kedua anak itu sudah tidak tahan lagi untuk melepaskan gamitan satu sama lain.

"Ya sudah, kami masuk dulu. Selamat bersenang-senang," ujar Vivian.

Setelah keempat orang itu berjalan masuk, Chandra menggenggam pergelangan tangan Margareth dengan tangan kirinya. Lalu menariknya paksa dan menghempasnya. Kemudian pergi tanpa kata.

"Dasar orang gila! dia kan bisa langsung melepas gamitan nya, kenapa memilih cara yang sulit.." gerutu Margareth.

Margareth melihat sekeliling nya yang sangat ramai itu. Tidak tahu dimana dia bisa menemukan ketenangan di tempat itu. Dia ingin menyendiri saat ini.

"Pasti ada tempat yang sepi," gumam Margareth yang kemudian melangkahkan kakinya ke sembarang arah.

Dia berjalan ke arah belakang mansion. Seperti mansion nya yang mempunyai taman dan kolam renang, tempat ini seharusnya tidak beda jauh.

Dia melihat sebuah lampion dan mengikutinya, hingga membawanya ke sebuah jembatan yang dibangun di atas kolam ikan. Dia berjalan mengikuti jembatan itu. Dan sampailah dia di sebuah taman bunga.

Margareth sedikit kecewa. Dia tidak suka bunga, tapi hanya ini satu-satunya tempat yang sepi.

"Kau mengikuti ku?"

Margareth membalikkan badan setelah mendengar suara familiar yang terdengar ketus itu.

'Kenapa dia ada disini?' batin Margareth.

"Apa kau tidak bisa menjaga dirimu sendiri?" lagi-lagi dengan nada ketusnya.

"Ternyata kau tidak pernah berubah, tetap menyusahkan seperti dulu!"

deg!

Dadanya tersara perih mendengar Chandra berkata seperti itu. Dia tidak pernah ingin merepotkan Chandra. Dari dulu hingga sekarang.

Dengan berani Margareth berjalan maju, mendekat pada Chandra.

grep!

Dia mencengkeram jas Chandra. Dengan jarak yang dekat itu dia menatap mata Chandra dalam-dalam.

"Apa karena itu kakak tidak ingin dijodohkan denganku?" tanya Margareth.

'Pasti apa yang Ayah bicarakan selama ini salah, kan? bukan karena alasan itu, kan?'

'Tolong jangan menjawab iya,'

Margareth berperang dengan pikirannya. Dia berharap alasan yang Ayahnya gunakan selama ini untuk bersikap keras padanya tidaklah benar.

Mata Margareth mulai berkaca-kaca, tapi dia menahannya agar butiran bening itu tidak menetes.

"Jawab aku, Kak," Margareth mengguncang tubuh Chandra.

Namun, perlakuan yang sama dia dapatkan untuk yang kedua kalinya. Chandra menghempasnya hingga tersungkur.

"Kalo iya emang kenapa?"

"Kau memang sangat menyusahkan! siapa yang mau mengurus anak seperti mu? aku bukan pengasuh!" ucap Chandra dengan ketus.

"Dan lagi, bukankah aku sudah sering memperingatkan mu? jangan pernah meneteskan air matamu itu di hadapan ku!"

Terpopuler

Comments

young captain

young captain

Kenapa jahat banget hikss:'

2023-07-09

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!