Ch.10

Motor Juan berhenti di Taman Kota.

Margareth turun terlebih dahulu dan berjalan ke arah danau buatan yang ada didepan sana tanpa melepas helm nya.

Juan hanya menatap kelakuan aneh teman kecilnya itu. Kemudian mengekor di belakangnya tanpa mengatakan apa-apa.

Dia berhenti agak jauh saat Margareth menghentikan langkahnya. Dia hanya menatap Margareth dari belakang.

"Apa aku gadis yang buruk?"

"Apa aku tidak pantas untuknya?"

"Papa bilang dia membenciku karena aku bodoh,"

Juan menghela napas beratnya. Dia tahu kalau Margareth sedang menangis.

Gadis itu berada di lingkungan dimana banyak orang yang memperhatikannya, tapi tidak ada orang yang bisa melihat lukanya.

Juan berjalan mendekat dan meraih pundak Margareth. Dia sedikit membungkukkan badannya untuk mensejajarkan tingginya dengan Margareth.

"Sudah ku bilang, jangan menangis sendirian.." tutur Juan.

Juan membuka kaca helm Margareth, lalu mengusap pipinya yang telah basah akan air mata.

"Dulu dia yang menyuruh ku untuk menangis. Dia bilang sendiri kalo aku boleh menangis, aku tidak harus menyembunyikan emosiku.."

"Tapi kenapa? kenapa dia berkata sebaliknya setelah mengatakan semua itu!" ucap Margareth sambil memukuli dada Juan.

"Apa kau juga akan berubah sepertinya? hah? jawab aku!" dia mulai menaikkan nada bicaranya.

Juan menangkap tinju kecilnya itu, lalu merengkuhnya, menariknya kedalam pelukannya. Dia mengusap pelan punggung Margareth untuk menenangkan nya.

"Aku tidak akan berubah.."

"Meskipun aku tidak bisa menjadi analgesik mu, tapi akau akan selalu menjadi sapu tanganmu,"

Margareth melepaskan diri dari pelukan Juan. Lalu mendongak menatap Juan yang 20 senti lebih tinggi darinya itu.

Dia mulai kembali tertawa. "Gak usah bawa-bawa bahasa farmasi,"

Itulah dia. Dia mampu untuk mengendalikan emosinya. Dia bukan gadis yang akan terpuruk selamanya. Dia selalu bangkit. Satu masalah tidak akan menjadi keputusasaan untuknya.

Margareth menatap air danau yang berkilau karena pantulan cahaya lampu. Dia berjongkok dan mengambil sebuah kerikil, lalu melemparnya ke danau.

"Aku masih pengen disini, tapi kalo Papa pulang lebih dulu dariku, habislah aku.." ucap Margareth.

"Ayo~" ujar Juan seraya mengulurkan tangannya.

Margareth menatap uluran tangan Juan, lalu mendongak menatap pemilik tangan itu.

Margareth tersenyum, lalu menerima uluran tangannya.

"Tapi aku yang bonceng ya?" ucap Margareth.

"Gak boleh!" pungkas Juan.

"Ihh..kenapa sih?" rengek nya.

Juan tak menghiraukannya dan terus berjalan menuju motornya.

"Ya?"

Margareth masih merengek untuk mendapatkan persetujuan dari Juan. Tapi gadis itu tidak tahu apa yang ada dalam kepala Juan. Juan tidak ingin teman kecilnya itu mengekspos tubuhnya karena bajunya yang terlalu pendek.

"Ayolah.. ya?"

"3 hari. Aku akan memanggilmu kakak selama 3 hari. Bukankah kau selalu ingin ku panggil kakak?" dia masih tak menyerah dengan negosiasi nya.

Juan mengacak-acak rambutnya frustasi, lalu berbalik menatap Margareth dengan wajah frustasinya.

"Hei gadis kecil! apa kau tidak mengerti maksud dari larangan ku? apa aku harus mengatakannya?" ujar Juan dengan serius.

Margareth yang polos itu hanya mengedipkan matanya menatap Juan yang tiba-tiba bersikap serius. Kemudian menggeleng pelan.

Juan memijat pangkal hidungnya dengan sebelah tangannya lagi yang bertolak pinggang. Dia terlihat benar-benar frustasi.

"Sudahlah.." penggal Juan tak ingin melanjutkan pembicaraan konyol itu.

Dia berbalik hendak kembali ke motornya. Namun Margareth menarik tangannya, menghentikannya.

"Jangan membuatku penasaran!" seru Margareth.

Juan menggeleng pasrah, "Kau akan menyesal kalau aku mengatakannya.." ujarnya.

"Tidak.."

Margareth yang keras kepala dengan rasa penasarannya yang tinggi itu tak ingin kalah.

"Arghh, gadis ini membuat ku gila!"

Tatapannya tiba-tiba berubah menjadi serius. Lalu bergerak maju hingga ujung sepatunya berhadapan dengan ujung heels Margareth.

Margareth yang tersentak dengan hal itu pun memundurkan langkahnya. Namun Juan menahannya, menarik pinggangnya hingga tubuh mereka bertabrakan.

"Kau masih tidak mengerti?" bisik Juan.

"Aku juga seorang pria normal. Dengan bajumu yang minim ini kau mau membonceng ku?"

"Dan juga, apa kau ingin semua orang melihat paha mu?"

Juan melepasnya setelah selesai dengan kalimatnya. Lalu meletakkan telunjuknya di kening Margareth, kemudian mendorongnya untuk menjauh.

Dia menyeringai menatap Margareth yang kehilangan kata-kata. Lalu berbalik pergi dan naik ke atas motornya.

"Dasar orang gila!" teriak Margareth sambil berlari menyusulnya, lalu memukulinya.

Juan tertawa puas.

"Kau yang memaksaku untuk mengatakannya.."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!