Ch.16

Seperti biasa beberapa pelayan menyambut kedatangannya dengan penuh hormat. Margareth menghentikan langkahnya, lalu menghela napas panjang setelah melihat empat orang pelayan yang masih membungkukkan badan itu.

Mereka tidak akan mengangkat kepalanya sebelum Margareth pergi.

"Re?" panggil Vivian.

"Kamu udah pulang?" tanya Vivian sambil menghampiri Margareth.

"Kita akan pergi ke pesta ulang tahun kepala keluarga Lee malam ini," ujar Vivian kemudian.

Margareth masih belum menanggapi ucapan Ibunya itu. Dia melirik para pelayan yang masih membungkuk. Kemudian berjalan masuk meninggalkan Ibunya.

"Re, kamu denger Mama bicara gak?" Vivian sedikit meninggikan suaranya karena Margareth yang seolah tak menghiraukannya.

Tidak, Margareth bukan menghiraukannya. Dia pergi karena tidak ingin para pelayan itu terus membungkuk.

"Rere denger kok. Rere cuma pengen duduk," ujar Margareth.

"Dasar anak ini," gumam Vivian.

Vivin menghampiri Margareth yang sudah duduk di sofa, lalu duduk di sampingnya.

"Ini hari terakhir kamu ujian, kan?"

Margareth hanya mengangguk menjawab pertanyaan itu.

"Kamu kok kayak gak semangat gitu sih.."

"Terus Rere harus gimana?" tanya Margareth dengan wajah datar.

"Rere ke kamar dulu.." ujar Margareth lalu bangkit dari duduknya dan melangkah pergi.

"Kita akan berangkat jam 7,"

Vivian menatap putrinya yang menaiki tangga itu, lalu menggelengkan kepalanya.

"Pasti dia ada masalah," gumam nya.

Dalam kamarnya, tanpa melepas seragamnya terlebih dahulu, Margareth menghempaskan tubuhnya ke kasur.

Dia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru itu. Ingatan tentang kejadian siang tadi kembali menghampiri pikirannya.

"Jahat," gumam Margareth lalu tengkurap.

Dia membuka ponselnya berharap ada notifikasi dari seseorang yang sedang dipikirkannya. Namun saat membuka ponsel dia semakin kecewa karena tidak ada satupun pesan yang masuk dari Helmi.

Hanya Dion yang mengiriminya pesan.

^^^'Udah jangan dipikirin, tuh anak dari tadi emang rada aneh. Keknya lagi galau. Jadinya elo deh yang kena..'^^^

Isi pesan dari Dion.

Margareth meletakkan kembali ponselnya, dia hanya membacanya dan tidak membalasnya. Ucapan Dion itu tidak cukup untuk membuatnya membaik.

ting~

Ponselnya kembali berbunyi, dia berharap itu pesan dari Helmi. Saat membuka ponselnya, sekali lagi dia kecewa. Itu pesan dari Gladis.

Tapi pesan kali ini berbeda dengan pesan yang Dion kirim tadi. Margareth tersenyum tipis setelah membaca pesan dari Gladis.

^^^'***Tuh bocah sebenernya gengsinya gede banget!'^^^

^^^'Lu tau sekarang dia ngapain***?'^^^

^^^'Dia ngumpat, ngutuk dirinya sendiri. Terus nanya ke gue gimana caranya minta maaf ke elu..'^^^

^^^'Tapi dia gengsi mau ngehubungin elu. Capek banget gue sama tuh anak..'^^^

Isi pesan Gladis.

Dia sedikit lega setelah membaca pesan Gladis.

...****************...

Terakhir kali Margareth ikut ke acara seperti ini saat dia berusia 13 tahun. Saat itu dia mengamati orang-orang memakai gaun anggun yang membuat mereka tampak dewasa. Dan sekarang gilirannya.

Margareth memakai midi dress hitam semi formal yang membuatnya tampak dewasa. Dia berdiri dihadapan cermin dan memakai lipstick nya.

Rambut panjangnya di cepol sederhana yang membuat penampilannya semakin anggun. Selesai dengan berdandannya, dia meraih tas nya lalu keluar kamar.

"Anak Mama sudah dewasa ternyata," ujar Vivian menyambut kedatangan Margareth.

"Duduk, Papa mau bicara," sahut Heka kemudian.

Margareth duduk di hadapan Heka dan Vivian. Dalam hati Margareth sudah menebaknya, kalau orang tuanya akan membicarakan masalah Chandra. Dan ternyata benar.

"Kamu dan Chandra itu pasangan, ingat itu. Papa tidak ingin hal seperti waktu itu terjadi lagi. Bukannya menyapanya, tapi malah menghina kado pemberiannya," tutur Heka.

Heka membicarakan acara makan malam merayakan kepulangan keluarga Nugraha minggu lalu.

Margareth hanya menundukkan kepala sambil memainkan jarinya. Meskipun wajahnya terlihat tenang, tapi dalam hati dia sangat kesal.

Tiba-tiba dia menyesal karena telah menantang Chandra sebelumnya. Sekarang dia bingung bagaimana cara dia untuk bisa memenangkan Chandra yang sangat kaku itu.

"Margareth!?" seru Heka dengan nada datar.

"Kamu mendengar ucapan Papa tidak?" tanya Heka.

"Sebenarnya kamu ada masalah apa sih, Re? tapi waktu Mama ajak bicara juga gitu," sahut Vivian.

Margareth menggeleng, "Gak apa.." jawabnya.

"Kalau gitu kita berangkat sekarang," ucap Heka yang langsung beranjak dari duduknya.

Vivian menghampiri Margareth yang masih terdiam, lalu menepuk pelan pundaknya. Margareth menengadahkan kepalanya menatap Ibunya.

"Jangan buat Papa mu marah, fokus.." tutur Vivian.

Margareth mengangguk, lalu beranjak dari duduknya dan mengekor dibelakang Vivian.

'Gimana bisa fokus. Masalah dobel-dobel disuruh bisa fokus..' gerutu Margareth dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!