Ch.7

Akhirnya..

Dengan percaya diri Margareth meletakkan cutleries nya, lalu menengadahkan kepala menatap sekitarnya.

"Heka kecil kita manis sekali~"

Margareth membelalakkan matanya. Dia pikir dialah yang pertama menyelesaikan makannya, dan berniat kabur setelahnya. Ternyata tidak.

Saat dia mengangkat kepalanya, semuanya telah selesai. Bahkan menyaksikan Margareth makan dari tadi.

'Margareth bodoh! memalukan sekali..'

Di balik senyumnya itu dia mengutuk dirinya sendiri dalam hati.

Dia meraih water goblet nya, lalu meneguk airnya hingga tersisa setengah gelas. Dengan wajah tenangnya itu dia menggerutu dalam hatinya, bergulat dengan pikirannya.

"Kenapa tidak memakai gaun yang ku kirim?"

"Ukurannya tiga kali lipat badanku.."

uhukk~

Terlalu fokus dengan pikirannya sendiri, sampai membuatnya tak sadar pertanyaan apa yang di berikan padanya. Dia pun menjawabnya dengan jujur.

Hal itu membuat kedua keluarga itu tercengang dengan jawaban Margareth. Bahkan Albert pun sampai tersedak minumannya.

"Maksud Rere, bajunya terlalu bagus, jadi sayang untuk memakainya.." dia meralat ucapannya.

Pria di hadapannya itu tidak menunjukkan reaksi apapun. Dia membuang muka saat Margareth menatapnya.

Rasa kecewa tentu saja Margareth rasakan. Tapi dia sudah mempersiapkan hal itu sejak dia mendengar kabar kepulangannya. Karena itulah dia tidak terlalu terluka.

"Rere permisi ke kamar mandi.." pamitnya lalu melesat pergi.

Dia hanya berdalih.

Tempat yang dia tuju bukanlah kamar mandi. Entahlah, dia hanya mengikuti kemana langkah kaki membawanya.

Dia tidak ingin kembali ke tempat menyesakkan itu. Dia capek untuk berpura-pura. Dia sudah tidak tahan lagi. Apalagi harus melihat pria kaku di hadapannya itu.

"Apanya yang membuatnya kagum? Papa salah besar kalo dia akan kagum dengan perubahan ku.." dia menggerutu sepanjang jalan.

"Bahkan dia tidak menurunkan pandangannya sama sekali!"

"Tajam dan kaku!"

"Matanya tidak menunjukkan rasa kagum sama sekali!" teriaknya.

Nona cantik itu lupa kalau dia sedang berada di tempat umum. Beberapa mata mulai tertuju padanya.

Dia menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Tanpa mempedulikan sekitar dia melanjutkan perjalanannya. Lalu berhentilah dia di depan air mancur besar.

"Gila, kenapa aku turun hingga sini?" gumamnya sambil melihat sekitar.

Dia turun 5 lantai, hingga sampai di lantai 2. Dia tidak peduli lagi dengan pertemuan keluarga itu. Dia mengambil tempat dan duduk di kursi depan air mancur.

Dia melihat orang-orang yang mengelilingi air mancur itu sambil melempar koin. Ya, air mancur itu di kenal sebagai air mancur harapan.

"Zaman apa ini mereka masih percaya dengan hal seperti itu.." gumam Margareth.

Lain di mulut lain di hati. Dia beranjak dari duduknya dan mendekati air mancur sambil merogoh sling bag nya. Sebuah uang koin dia dapatkan, meskipun hanya dua ratus perak.

Dia menatap lama air mancur itu. Kemudian menatap orang-orang yang mengatupkan kedua tangannya di depan air mancur itu.

cpluukk~

Akhirnya dia melemparnya juga. Kemudian dia mulai mengatupkan kedua tangannya, lalu memejamkan mata.

'Aku tidak percaya hal kekanakan seperti ini. Jika memang ini bisa di percaya, kau harus mengabulkannya..' batinnya.

'Aku berharap pria itu~'

"Kamu percaya dengan hal seperti ini?"

Margareth mengerutkan keningnya dalam-dalam. Dia belum menyelesaikan permintaannya, tapi seseorang sudah menghancurkan niatnya.

Margareth tidak mempedulikannya. Dia tidak merubah formasinya, tetap memejamkan mata dengan tangan terkatup nya.

'Aku berharap pria itu~'

"Kamu tidak mendengar ku? atau pura-pura tidak dengar?"

Dia membuka matanya dan berbalik berniat untuk menegur orang yang telah mengganggunya.

"Jangan ikut cam~" dia menggantung ucapannya.

"Kak Chan..?" lirihnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!