6 bulan kemudian..
plak!
"Makanya Chandra tidak mau menikahi mu!"
"Siapa yang ingin menikah dengan gadis bodoh!?"
Sebuah tamparan mendarat di pipi Margareth. Bukan hanya satu tamparan, tapi dua.
Heka seperti orang kerasukan saat mendengar kabar putrinya yang tidak lolos tes masuk SMA yang telah dia atur untuknya.
Sudut bibir Margareth mengeluarkan darah. Bibirnya tidak sengaja tergigit saat tamparan keras itu mendarat di wajahnya.
Tapi itu bukan pertama kalinya dia mendapat tamparan. Sejak Chandra yang sempat menentang perjodohan, Heka mulai bersikap keras padanya.
Dia menyalahkan dirinya sendiri karena selama ini telah memanjakan putri semata wayangnya itu. Hingga dia tumbuh menjadi gadis yang ceroboh dan sering merepotkan orang disekitarnya.
Dia pikir Chandra menolak karena putrinya yang sering merepotkan nya. Karena itulah dia menolak perjodohan itu. Entah bagaimana bisa pebisnis itu memiliki pemikiran yang sesempit itu.
"Papa sudah biayai semua kebutuhan mu, tinggal kamu menuruti permintaan Papa aja apa susahnya!?"
"Papa sudah menyuruhmu untuk mempersiapkan ujian masuk ke SMA Angkasa, tapi apa hasilnya? apa kamu sengaja bermain-main?"
"Jawab Papa!" bentak Heka.
Margareth mendongakkan kepalanya dan menatap Ibunya, Vivian. Dia selalu diam saat Heka memarahi Margareth. Tidak pernah sekalipun dia membela putrinya ataupun menghentikan perbuatan suaminya.
"Kenapa Mama selalu diam saat Papa memukulku?"
Dia tidak menjawab Heka dan malah menarik Vivian untuk terlibat.
"Apa Mama tidak merasa sakit hati anak yang sudah susah payah Mama lahirkan di sakiti, meskipun itu suami Mama sendiri?"
Vivian yang sedari tadi menundukkan kepala kini mengangkat kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Lihat, hasil dari didikan mu itu! dia berani berkata seperti itu!" bentak Heka pada Vivian.
Margareth menyeringai. Kini dia tahu mengapa Ibunya selalu diam saat Margareth di marahi. Dia tidak ingin di salahkan. Dia tidak ingin keluarga nya hancur, dia lebih memilih suaminya. Margareth tidak bisa menyalahkannya jika itu demi keutuhan keluarga.
'Tapi bagaimana denganku?' batin Margareth.
'Tidak ada yang membelaku. Aku benci Kak Chan! dia marah padaku karena Ayahnya memarahi nya. Tapi apakah dia tau apa yang ku alami setelah dia memberontak saat itu?'
'Dia sangat egois! aku membencinya!'
Margareth yang tidak pernah menangis ketika dipukul, saat ini dia menangis. Bukan karena rasa sakit di pipi atau di bibirnya. Tapi rasa sakit di hatinya.
Masih dengan seragam sekolah nya dia berlari keluar rumah.
"Margareth! mau kemana kamu, berhenti!" teriak Heka.
Namun Margareth tak menghiraukan dan terus melajukan langkahnya. Dia sempat jatuh dan sebelah pantofel nya terlepas. Tetap saja hal itu tidak menghentikan niatnya untuk kabur.
Beberapa pengawal di belakang sana mengejarnya. Masih jauh untuk menuju gerbang utama dari mansion itu.
Dia melepas pantofel yang tinggal sebelah dia pakai karena sangat menghambat kecepatannya. Setelah akhirnya dia bisa lolos dari gerbang utama, dia berlari ke jalan raya. Namun..
brak~
Seorang pengendara motor berhasil menghindar dengan menabrakkan diri ke trotoar. Tapi sudah terlanjur dia menyerempet Margareth hingga tersungkur.
Dengan rasa tanggung jawab pengendara itu menghampiri Margareth.
"Dek, apa kamu baik-baik saja?"
Kepalanya terasa berat. Margareth tidak bisa membuka matanya. Tapi mengingat dia masih di dekat mansion dan penjaga masih mengejarnya, dia bangun dan membuka matanya.
"Tolong bawa aku pergi dari sini," ucapnya pada laki-laki yang menyerempetnya.
Laki-laki itupun bingung harus berbuat apa. Margareth menggenggam tangannya dan terus memohon.
Akhirnya dengan terpaksa laki-laki itu membawa Margareth pergi dengan motornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments