Hana mencengkeram erat jaket Margareth. Di tambah lagi dia yang tidak memakai helm membuat rambut pendeknya berantakan.
Dia tidak tahu akan dibawa pergi ke mana oleh sahabatnya itu. Selama perjalanan dia hanya bisa memejamkan mata tidak berani membukanya.
"Aduh, pengen muntah gue.." keluhnya saat turun dari motor Margareth.
Margareth terkekeh dibuatnya.
"Oi, bocah ingusan! dapet cebong dari mana lu?" ucap seseorang yang sedang mengupas mangga di depan sana. Dion.
"Cebong cebong! mata lu burem ya!?" seru Hana yang masih tidak dapat menstabilkan tubuhnya.
"Ada orang di dalem?" tanya Margareth pada Dion.
"Hmm, ada Gladis, dia baru pulang," jawab Dion.
"Ada si Helmi juga," lanjutnya.
Margareth menoleh pada Hana yang masih berjongkok di atas rerumputan.
"Kak, nitip jagain dia," ucap Margareth pada Dion.
"Lu mau kemana, Re? duh, ini juga tempat apaan sih?" gerutu Hana tak sempat terdengar oleh Margareth yang telah masuk ke gudang markas.
Dion berjalan mendekati Hana, lalu berjongkok di depannya. Rambut Hana yang berantakan menghalangi Dion untuk melihat wajahnya. Tidak kehabisan akal Dion menundukkan kepalanya dan mengintip dari bawah. Namun,
"Huwaa!~"
Dion terjengkang.
Tiba-tiba saja Hana menengadahkan kepalanya dan menatap Dion dengan tajam. Dari sudut pandang Dion, Hana terlihat seperti hantu.
"Kenapa kau tiba-tiba mengangkat kepala?" seru Dion.
"Kau juga kenapa melihatku dari bawah seperti itu?" ujar Hana.
Hana beranjak dari jongkoknya dan menyiah rambut pendeknya. Di bawah pantulan sinar matahari dan terpaan angin sepoi-sepoi. Seperti adegan dalam film, seketika dunia Dion berhenti. Dia terpaku pada sosok Hana.
Dion yang masih dalam posisi terjengkang nya dengan buah mangga yang ada di tangan kanannya. Di mata Hana dia terlihat seperti seorang idiot.
"Dasar idiot," gumam Hana kemudian pergi meninggalkan Dion yang masih tenggelam dalam pikirannya.
Dion Saputra. Dia mempunyai karakteristik yang unik, jahil dan suka bercanda. Tapi hanya di depan kelompoknya saja dia bisa menunjukkan itu. Di hadapan orang lain dia bersikap sangat dingin. Terutama pada seorang perempuan.
20 tahun dalam hidupnya tidak pernah sekalipun dia tergerak oleh seorang perempuan. Tapi kali ini berbeda.
...****************...
"Kakak-kakak~" seru Margareth saat memasuki markas.
Tidak ada yang menyahuti nya.
Saat masuk ke dalam ruang istirahat hanya ada Gladis yang sedang tidur. Margareth menatap perempuan yang tertidur sangat pulas itu. Dia masih dalam seragam kerjanya, rok mini dan kemeja yang memperlihatkan belahan dadanya. Make up tebalnya juga belum di hapus.
Margareth menghela napas panjang, kemudian meraih selimut yang tergeletak di atas kardus untuk menutupi tubuh Gladis.
"Kakak sudah bekerja keras, tidur yang nyenyak.." lirihnya.
Gladis, dia bekerja di sebuah bar sebagai seorang pelayan. Dia tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Dia hanya ingin bekerja untuk mewujudkan impiannya mendirikan rumah makan miliknya sendiri.
Gaji pelayan bar lumayan tinggi, hal itu membuatnya tertarik bekerja di sana setelah lulus SMA dua tahun yang lalu.
Yang lainnya, Sania dan Farhan bekerja di sebuah bengkel mobil ternama dengan bantuan Margareth yang merekomendasikan mereka pada pemilik bengkel.
Setelah melalui masa magang, akhirnya mereka direkrut sebagai pegawai tetap.
Masih menyembunyikan identitasnya, Margareth berdalih bahwa pemilik bengkel itu adalah teman dekat pamannya.
Sedangkan Julian, Dion, dan Helmi, mereka melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Universitas tempat mereka kuliah akan menjadi sasaran Margareth saat lulus nanti.
"Kau memakai motor Sania lagi?" sebuah suara mengagetkan Margareth.
Margareth menoleh kemudian mengalihkan pandangannya, tak berani menatap Helmi.
"Ayo bicara diluar, nanti dia bangun.." ujar Margareth lalu mendahului untuk keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments