Gelap yang pertama kali dia lihat saat membuka mata. Hanya ada satu lampu kuning yang menyala.
Margareth sedang berbaring di atas matras saat ini. Dia mengedarkan pandangannya mencari sosok yang membawanya ke tempat itu.
"Hei adik kecil, apa kau sudah sadar?"
Di belakang sana, suara itu muncul dari belakang sana. Dengan menyangga kepalanya yang berat dia beranjak dari tidurnya dan menoleh kebelakang.
Dia menatap satu-persatu wajah-wajah orang asing itu.
'Apa aku diculik?' batinnya.
Bagaimana pemikiran itu bisa muncul di kepalanya kalau wajah-wajah mereka tidak seram. Tentu saja wajah anak-anak itu sangat seram dan sangar. Pakaiannya juga seperti preman.
"Sini, ayo makan bersama," ujar seorang perempuan.
Ada dua perempuan dan empat laki-laki. Margareth mengingat wajah dari salah satu laki-laki itu, orang yang menyerempetnya tadi.
"Apa kakimu baik-baik saja? apa kau bisa berjalan?" tanya laki-laki yang menyerempetnya.
Margareth hanya mengangguk, kemudian berjalan ke arah mereka. Empat kotak pizza dan sekantung soda kaleng sedang mereka kelilingi.
Margareth mengusap perutnya yang mulai keroncong. Jika diingat lagi, tadi pagi dia belum sempat sarapan. Makan siang juga terlewatkan.
"Pfft~ aku bisa mendengar suara perutmu dari sini. Duduklah dan makan sepuas mu.."
Margareth hanya menatap laki-laki yang baru saja berbicara itu.
"Aku Margareth.." ucap Margareth yang tentu saja membuat mereka semua bingung.
"Aku tidak bisa menerima makanan dari orang yang tidak di kenal. Jadi, mari kita berkenalan," lanjutnya.
Mereka semua saling menatap, lalu tertawa secara bersamaan.
"Kau lucu sekali. Baiklah. Aku Helmi," ujar laki-laki yang tadi menyerempetnya.
"Aku Farhan,"
"Dion,"
"Gladis,"
"Julian,"
"Sania,"
Satu persatu dari mereka mulai memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama. Margareth tersenyum puas kemudian mulai mengambil tempat dan duduk di samping Helmi.
Dia masih kurang nyaman dengan anak-anak yang lain selain Helmi. Entah mengapa, mungkin karena Helmi yang membawanya.
"Kalian yang lucu," gumamnya.
Tanpa sungkan lagi Margareth mulai mengambil potongan besar pizza dan melahapnya.
"Kalian terlihat seperti anak SMA. Apakah aku benar?" tanya Margareth setelah meneguk soda nya.
"Kau bicara sangat santai, apa kau tidak takut dengan kami?" sahut Julian.
Margareth melirik tindik di telinga kiri Julian, lalu segera menunduk saat Julian menatapnya.
"Aku, Gladis, Dion, dan Farhan bulan depan naik ke kelas 3," ujar Sania.
"Aku dan Helmi baru wisuda dari SMA kemarin," sahut Julian.
"Kau? aku baru sadar kalau baju yang kau pakai seragam SMP," tanya Gladis.
Margareth menatap seragamnya yang sudah lusuh itu. "Bulan depan masuk SMA," jawabnya singkat.
"Mau masuk SMA tapi masih cebol.." sahut Dion seraya membuka kaleng soda.
"Aku masih dalam proses pertumbuhan, aku masih bisa tumbuh lebih tinggi lagi.." gumam Margareth sambil memakan pizza nya seperti anak kecil.
"Lihat, cara makan mu aja masih kayak bocil.."
"Kau yang seperti orang tua.."
Mereka berdua mulai beradu mulut. Dengan sifat Dion yang suka bercanda itu dia pasti tidak punya maksud jahat padanya.
"Diam kau mulut boros!" ujar Sania sambil memasukkan pizza ke mulut Dion.
Margareth tertawa kecil. Dia mulai merasa nyaman dengan anak-anak itu. Percakapan mereka pun kini lebih mendalam.
Anak-anak yang berkumpul bersamanya disana, semuanya adalah anak broken home. Mereka semua dari keluarga yang kurang harmonis, keluarga yang usahanya bangkrut kemudian berpecah bela.
Gladis menceritakan tentang awal mereka bertemu satu sama lain dan akhirnya menjadi satu. Lalu membentuk Geng motornya dan juga mengikuti komunitas balapan liar.
Geng Shinee adalah nama dari Geng ini. Dan Geng ini di ketuai oleh Helmi.
Setelah Margareth mendengar cerita itu, dia menoleh ke sisi kanannya, dimana motor balap berjejeran. Dia baru menyadari keberadaan motor yang berjejer itu. Entah apa yang sedari tadi dia lihat hingga tidak memperhatikan benda besar itu.
Satu yang membuat Margareth masih penasaran. Helmi. Dari semua cerita yang dia dengar tadi, tidak ada satupun yang membahas tentang Helmi.
Diam-diam Margareth melirik Helmi. Namun sialnya Helmi menyadarinya, dia menatap balik Margareth sambil tersenyum tipis.
"Ehemm~" Margareth berdehem pelan, lalu memalingkan wajah.
"Apa aku bisa seperti kalian?" gumam Margareth.
"Tidak boleh!" ucap Helmi dan Dion bersamaan.
"Aku pernah bersumpah kalau aku harus bisa mengendarai motor untuk membalas dendam.." Margareth menggumam sambil menundukkan kepalanya.
"Hei bocah, kau masih sangat kecil.." ujar Dion.
"Ditambal lagi dengan tubuhmu yang seperti ikan buntal dan kakimu yang pendek itu. Bisa-bisa motornya yang menaiki mu, bukan kau yang menaikinya.." lanjut Dion dengan tawa puasnya.
Margareth menghentikan tangannya yang hendak memasukkan pizza ke mulutnya. Dia menatap Dion dengan tajam, begitupun juga dengan Dion.
Namun tiba-tiba tatapannya menjadi sayu, bibirnya mulai bergetar. Kemudian butiran bening mulai menuruni pipinya.
Margareth menangis.
"Hei bocah, aku hanya bercanda.."
Dion mulai panik, begitupun juga dengan anak-anak yang lain. Helmi mencoba menenangkannya, namun percuma karena tangisnya semakin keras.
"Hel, lebih baik anterin pulang aja tuh anak," pinta Sania pada Helmi.
"Nggak mau, aku mau sama kalian. Aku gak mau pulang!" tegas Margareth yang tiba-tiba langsung berhenti menangis.
"Ini udah jam 7 bocah, orang tua lu pasti nyariin. Kita bisa dalam masalah besar kalo mereka tau elu sama kita!" tegas Gladis.
"Tapi Papa pasti akan memukuli ku lagi kalau aku pulang,"
Semua orang terdiam. Mereka sempat menyalahkan Helmi saat dia membawa Margareth ke markas. Mereka kira Helmi telah mencelakainya, karena ada bekas luka di sudut bibir Margareth juga pipinya yang terlihat biru. Di tambah lagi bajunya yang acak-acakan juga tanpa mengenakan alas kaki.
Namun ternyata..
Kini mereka tahu alasannya. Gladis mengacak-acak rambut Margareth. Diikuti dengan Sania yang mengusap pelan pundaknya.
"Untuk saat ini kau harus pulang. Mulai sekarang kita adalah teman. Kau tidak ingin temanmu terkena masalah kan?" ujar Farhan.
"Kalau kau kesulitan, kau bisa datang ke markas kami," lanjutnya.
plak~
Julian memukul pundak Farhan dengan cukup keras. "Tumben banget lu bijak," ujarnya.
"Kita teman?" gumam Margareth.
"Berarti aku bisa naik motor seperti kalian?" lanjutnya dengan wajah berseri.
"Tidak!" jawab mereka berenam secara serempak.
...----------------...
Helmi mengantar Margareth pulang. Tapi tidak sampai depan gerbang mansion Hekamartha. Margareth tidak ingin identitas nya diketahui. Jadi dia bilang kalau rumahnya ada di dekat jalan saat dia terserempet motor Helmi.
Setelah Helmi pergi dan tak terlihat, Margareth berlari menuju jalan ke mansion nya. Hari itu dia lolos. Dua bulan itu orang tuanya pergi ke luar negeri.
Beberapa bulan telah berjalan, dia sudah masuk ke sekolah biasa yang dia inginkan. Hubungan nya dengan Geng Shinee juga menjadi semakin erat. Hingga izin untuk belajar motor pun dia dapatkan dari enam anak itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
young captain
polos bgt dah🤦
2023-07-04
3