Ch.12

"Mar~"

"Hana!"

Hana yang saat itu hendak memanggil Margareth menghentikan langkahnya karena seseorang memanggil namanya.

Dia menoleh dengan kesal karena seseorang itu telah menyela nya untuk memanggil nama sahabatnya.

"Beneran Hana?"

"Wah, kau gak berubah ya. Tetap cebol kayak dulu.." ucap Alfan sambil mengacak-acak rambut pendek Hana hingga berantakan.

Hana menatap tajam anak yang sok kenal dengannya itu. Dia masih kesal karena ucapannya di sela tadi, dan sekarang di tambah lagi dengan rambutnya yang sudah susah payah dia atur di berantakan.

"Ihh~ siapa sih lu!" teriak Hana kesal.

"Kita dulu satu SMP, lu lupa sama gue?" ujar Alfan sambil menunjuk dirinya sendiri.

Hana masih menatap laki-laki di hadapannya itu dengan wajah suramnya. Tapi dalam kepalanya dia mengingat-ingat wajah itu. Tahi lalat kecil di bawah matanya juga tampak tak asing.

"Tega banget lu lupa sama gue, apa salah gue, Han?" ucap Alfan sambil mengucek matanya, pura-pura menangis.

Hana semakin ilfil di buatnya. Dia memasang wajah jijik, kemudian berbalik untuk meninggalkannya. Tapi sosok yang hendak dia hampiri tidak ada di tempatnya.

Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru tempat di sekitar sana. Tapi tidak ada.

"Cari siapa?" tanya Alfan yang tiba-tiba sudah menempel di pundak Hana.

"Aargghh!" teriak Hana.

Karena kaget dia refleks memukul wajah Alfan dengan lumayan keras. Suara tamparannya cukup mendeskripsikan betapa sakitnya itu.

Panik. Tentu saja Hana rasakan. Tapi dia langsung kabur begitu saja tanpa mengatakan apapun.

Alfan tersenyum tipis, "Si cebol itu bener bener.." gumamnya sambil mengusap wajahnya.

...****************...

"Margareth!"

Hana menghampiri Margareth dengan napasnya yang terengah-engah. Dia langsung lari begitu melihat sosok yang dia cari sejak tadi.

"Kamu abis kejar-kejaran sama Alfan ya?" tanya Margareth.

"Alfan?" tanya Hana balik.

"Iya, laki-laki yang tadi sama kamu," jawab Margareth seraya menyodorkan minuman kaleng kesukaan Hana.

"Lu kenal sama tuh bocah aneh?" tanya Hana bingung.

Dia mencoba mengingat-ingat nama itu sambil sibuk membuka minuman kalengnya. Margareth tersenyum tipis melihat kawannya yang kebingungan itu.

"Inget gak, kamu pernah di jeburin anak-anak ke kolam sampah waktu ulang tahun? dan dia anak yang nolongin kamu waktu itu," jawab Margareth yang membuat Hana tersedak minumannya.

"Pelan-pelan," ujar Margareth sambil mengusap punggung Hana.

Hana membelalakkan matanya. Itu adalah pengalaman paling memalukan selama masa SMP nya. Karena kejadian itu dia sempat tidak masuk sekolah selama 2 hari tanpa keterangan.

"Inget?" tanya Margareth sambil tertawa.

"Kenapa harus ketemu lagi sih.." rengek Hana seraya mengacak-acak rambutnya kesal.

"Mungkin itulah takdir," goda Margareth seraya berjalan menghampiri bangku yang ada di sebelah sana.

Hana menatap Margareth dengan heran. Kemudian menyusulnya dan duduk di sampingnya. Dia masih menatap Margareth dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Takdir. Kata seperti itu gak pernah gue dengar keluar dari mulut elo.." ujar Hana.

Margareth hanya tersenyum tipis menanggapi hal itu.

"Btw, gimana ujian nya tadi?"

"Ah, kayaknya tadi gue ada yang salah jawab deh," gerutu Hana.

"Tau, aku tadi juga banyak yang gak bisa jawab.." jawab Margareth sambil membuka minuman kalengnya dengan kesal.

klang~

Hana memasukkan kaleng bekasnya tepat sasaran ke tempat sampah yang ada di seberang sana.

"Ini hari terakhir ujian, hura-hura kemana kita nanti?"

Mendengar kata hura-hura membuatnya ingat akan janjinya yang akan datang ke markas minggu lalu. Margareth menepuk dahinya.

"Aku bawa kamu ke suatu tempat," ujar Margareth seraya beranjak dari duduknya dan menarik tangan Hana.

Namun Hana membuat pertahanan untuk tidak beranjak, "Gue laper, cari makan dulu ya.." rengek nya.

"Dasar cebol.." seru Margareth.

"Dan juga, elu harus ceritain lengkap tentang apa yang lu bilang di chating semalam," ucap Hana.

Margareth hampir melupakannya. Kejadian semalam, dia menceritakannya sepenggal kepada Hana. Tidak salah jika hari ini Hana menagihnya.

"Iya, nanti aku ceritain.."

"Ayo beli cilok yang ada di gang seberang," ajak Margareth.

Keluar dari gerbang sekolah, Hana mengantri untuk membeli cilok. Sedangkan Margareth pergi meninggalkannya entah kemana. Sesaat kemudian Hana yang telah membeli cilok itu bingung mencari Margareth. Dia mengedarkan pandangannya, namun sosok yang dicarinya tak juga ketemu.

tin..tin..

Hana menyipitkan matanya untuk memastikan pandangannya.

"Loh, kok kamu bisa bawa motor ke sekolah?" tanya Hana bingung.

Hana menatap Margareth dari atas hingga kebawah. Seragamnya telah berubah menjadi pakaian serba hitam.

"Kamu mau naik sendiri apa mau aku gendong?" ujar Margareth.

"Naik ke sana? dengan rok pendekku ini?" protes Hana.

Margareth menghela napas panjang, lalu melepas jaketnya. Hal sama seperti yang Juan lakukan kemarin dia lakukan pada Hana, melingkarkan jaketnya di pinggang Hana.

Hana memanyunkan bibirnya, kemudian dengan segera dia naik ke motor yang Margareth bawa.

"Kenapa tinggi banget sih!!" gerutunya.

"Kamu aja yang pendek," jawab singkat Margareth yang kemudian menginjak perseneling dan menarik gas nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!