"Astagaa.. beneran vampir nih bocah," salsa berdecak sebal ketika sudah berada di dalam kamar Nastya. Sedangkan Dewi membuka tirai dan jendela kamar Nastya yang gelap.
Sinar mentari yang menyusup masuk membuat pemilik kamar silau dan menarik selimutnya hingga menutupi seluruh wajahnya.
Udara luar yang masuk menghembuskan kesegaran menggantikan suhu dingin yang berasal dari pendingin ruangan.
Terlihat tisu bekas pakai yang berserakan di lantai dan tumpukkan coklat di nakas sebelah ranjang. Langsung saja Dewi mengambil sapu untuk membereskan kamar sahabatnya sedangkan Salsa, malah makan coklat Nastya di tepi ranjang.
"Wi, aku tadi pagi liat kalender. Nih sampai kapan kepompong satu ini jadi kupu - kupu ya. Ampun deh, sudah enam bulan loh nggak menetas," menggoyang - goyangkan badan Nastya.
"Nastya woi ? Beranak dari kubur dong, eh bangkit dari kubur dong," cekikikan sendiri mendengar celotehnya sendiri, "Gimana mau beranak, dia kan jandee kembang nih yee. Gini amat si hidupmu,"
Dewi menggeleng - gelengkan kepalanya melihat kelakuan Salsa. "Ganti nama jadi Suzanna dong nanti?."
"Duh sumpah, aku kalau jadi emak - emak trus dapat anak model beginian bisa darah tinggi setiap hari. Janda kembang malesnya ngalah - ngalahin anak perawan."
Spontan saja Nastya langsung membuka selimutnya dan duduk. " enaaakk ajaaa, aku janda tapi perawan ya, perawan ting - ting. Jangan sekate - kate ya kalau ngomong." Nastya mendengus kesal.
Ketiganya saling tatap beberapa saat lalu tertawa bersama.
"Ciri - ciri orang yang gila salah satunya malas mandi, kamu gila nggak?" Tanya Salsa.
"Kamu yang gila," Nastya ngegas.
"Nah ini salah satu cirinya, orang gila tidak mau di bilang gila, jadi gila teriak gila." Tertawa puas, "mandi sana loh."
"Males saa," Nastya yang hendak merebahkan dirinya lagi merasakan tubuhnya di tarik ke bawah. Tubuhnya terangkat dengan salsa memegang tangannya dan Dewi memegang kakinya. Dua sahabatnya itu menyeret Nastya ke kamar mandi, Salsa langsung menyalakan shower, setelah Nastya basah kuyub mereka meninggalkan kamar mandi.
"Mandi sendiri ya." Ucap Dewi sambil tersenyum jahil, "Bisa kena sawan nanti kalau mandi'in kamu Nas," keluar kamar mandi sambil tertawa puas.
"Resek banget sih punya dua sahabat," umpat Nastya yang akhirnya mau tidak mau mandi di pagi hari. Padahal biasanya jam segini dia masih molor.
Nastya duduk di depan cermin, Dewi membantunya mengeringkan rambut dengan hair dryer. Wajah Nastya masih sangat murung.
"Sudah dong, jangan lama - lama terpuruknya. Kamu juga harus melanjutkan hidup Nas. Mau sampai kapan kayak gini, ini sudah enam bulan loh. Kamu sudah membuang banyak waktumu," Dewi membuka suara.
Nastya tak menyahut, air matanya kembali menetes. Salsa dan Dewi langsung memeluknya. Membiarkan Nastya menuntaskan emosinya.
"Aku juga tidak ingin seperti ini. Kenapa sesakit ini ya perceraian?"
"Coba alihkan dengan melakukan kegiatan lain di luar Nas. Kalau kayak gini terus, rasa sakit itu akan terus terasa," Dewi menimpali.
"Kasihan Kak Bram Nas, dia juga mau menikah loh. Ngurusin semuanya sendirian. Bolak balik rumah sakit juga liat ibu. Kerja sampi larut malam" Salsa menambahi.
"Kak Jaka kemana nas?" Tanya Dewi.
Menggelengkan kepala,"aku juga tidak tahu. Menghilang gitu aja setelah pemakaman bapak."
"Tommy kira - kira sekarang sudah--," ucapan Nastya di potong cepat oleh Salsa.
"Cukup! Cukup Nastya. Ayo move on donk. Jangan melihat ke belakang terus. Pikirkan dirimu, jangan orang lain," menyentuh pundak Nastya, "kamu tidak hanya mengorbankan dirimu, waktu, masa depanmu tapi kamu juga membuat keluargamu sedih." Salsa membuka ponselnya dan memperlihatkan pada Nastya, "lihat, itu curhatan kak Bram yang sedih karena kamu masih belum berubah di tambah kondisi Ibu Tini yang terus menurun. Apa kamu tidak kasihan? Ayolah, jangan egois nas"
Nastya terdiam, dia membenarkan perkataan Salsa. tapi dia menyangkalnya lagi, mencari pembenaran atas sikapnya.
"Tapi rasanya itu sakit Sa, usiaku bahkan belum dua puluh tahun, sudah menyandang status janda. Mana masih perawan lagi. Kenapa takdirku seperti ini ?," matanya mulai mengenang air mata lagi, "apa kata orang nanti sa, mereka pasti mengganggapku yang tidak - tidak, apalagi usia pernikahanku belum genap satu tahun,"
"Bukan cuma kamu saja di dunia ini yang mengalami cerai Nas, ngerasain KDRT, ngerasain diselingkuhi. Banyak Nas." Menghela nafasnya sejenak, "Kamu harusnya bersyukur masih perawan, setidaknya janda itu hanya status, tapi onderdil masih perawan ehheehheeh," imbuh Salsa yang tertawa untuk mencairkan suasana.
"Iisshh apa'an sih," gerutu Nastya sambil mencubit pelan lengan Salsa.
"Kalau di pikir lagi, benar kata Salsa Nas, kamu masih sangat beruntung sekarang. Kamu masih perawan, kamu belum punya anak dan Tommy memberimu harta gono gini yang fantastis. Nas, Banyak di luar sana yang keadaannya jauh lebih menyedihkan dari kamu tapi tidak seberisik kamu mengeluhnya, tidak seterpuruk kamu menyalahkan takdir dan yang terparah malah ada yang sampai tinggal nama aja." Dewi duduk di tepi ranjang yang di ikuti oleh Salsa, mereka berdua menatap wajah Nastya dari pantulan cermin.
"Lebih dekatkan lagi hatimu pada Sang Pemilik Semesta Nas, agar kamu lebih pandai bersyukur dan lebih berserah diri. Sehingga kamu lebih menerima suratan takdir dengan lapang dada," Imbuh Dewi lagi.
Hening...
Brakkk!!! Salsa tiba - tiba menggebrak nakas di sebelah ranjang dengan keras, spontan Nastya dan Dewi terlonjak dan menoleh ke Salsa dengan wajah penuh tanya.
Salsa berdiri sambil mengangkat tangannya ke depan seolah sedang membaca puisi yang puitis, "dari dulu begitulaaaah cinta, deritanya tiada akhir. Jika deritanya hilang, hal yang mengerikan dan menyakitkan tidak akan pernah hilang dari ingatan. Oleh Chu pat kay, dia adalah si siluman babi di film kera sakti. Terima kasih." Membungkukkan badan.
Krikk.. krikkk.. kriikk... semua masih diam mematung.
"Tepuk tangan kek," gerutu salsa, dia memanyunkan bibirnya. Membuat pipinya yang chubby semakin membulat kayak bakpao.
"Jayus banget tahu nggak," Nastya tertawa keras, "astaga.. drama apa ini, air mataku sampai keluar," memegang perutnya yang sakit. Begitupun dengan Dewi yang tertawa dengan kalem seraya menggelengkan kepalanya.
...****************...
"Kak, aku izin ke Bali dulu ya?" Nastya menghampiri kak Bram yang sarapan dengan calon istrinya.
"Kapan dek?,"
"Sekarang kak," sambil menunjuk kopernya."naik pesawat." nyengir sampai memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Ndadak banget dek izinkan, mau ngapain ke bali?" Berdiri di sisi Nastya.
"Mau mengubur masa lalu kak." Sontak saja calon istri kak Bram tersedak makanan mendengar jawaban calon adik iparnya itu, Bram buru-buru memberikan segelas air putih.
"Maaf, jawaban kamu dramatis banget Nas," tersenyum manis,"hati - hati ya, jaga diri, semoga setelah berhasil mengubur masa lalu kamu nggak kepincut sama bule - bule yang ada di bali ya," calon istrinya melirik Bram, karena dia paham Bram melarang adiknya dekat dengan bule. Alasannya, Bram takut kalau adiknya menikah sama bule, Nastya akan di bawa suami bulenya menetap di luar negeri.
...****************...
Di Bandara,
"Oke girls, it's girls time, baaalllliiii i'm cominggg, babang buleee adek Salsa come come." Salsa menyuarakan kobaran semangat empat lima. Dan berlari menuju tangga pesawat, di ikuti Dewi dan Nastya yang ikut berlari. Tidak apa - apa menahan malu dari teriakan Salsa yang mendapat atensi dari penumpang pesawat lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments