"Hai kita bertemu lagi" sosok tampan dan gagah itu mendekat dan menjabat tangan Tommy.
Tommy menyambut jabatan itu dengan menggenggam kuat.
"Sepertinya kamu atlit angkat besi ya" Rendra mengibas - ngibaskan tangannya dengan tersenyum tipis.
Tak ada sahutan dari Tommy.
Bersikap profesional, ke lima orang itu duduk di sofa tamu ruangan Tommy dan mulai membicarakan tentang proyek pembangunan hotel di pulau Lombok.
...****************...
"Mas aku izin ke lombok dulu ya" Nastya meraih tangan Tommy dan mencium punggung tangannya.
"Hemm" singkat Tommy sambil terus melihat Rendra dengan tajam. Membuat Rendra tersenyum dalam hati.
Dengan kacamata hitam dan pakaian casual, penampilan Rendra yang tampan itu mampu membuat Tommy terbakar cemburu. Apalagi akan keluar bersama Nastya. Ya walaupun mereka perginya dengan staff yang lain juga.
"Duluan ya bro" Rendra menaikkan kedua alisnya sejenak lalu tersenyum miring.
Tommy hanya membalas dengan tatapan tajam.
Selama berada di Lombok, cara kerja Nastya membuat Rendra kagum. Walaupun hanya lulusan SMA dan dapat bekerja di unit manapun karena mendapat previllege sebagai istri dari big bos perusahaan Brotoseno tak membuatnya bekerja sesuka hati. Antusias dan ambisinya dalam belajar ilmu baru di acungi jempol oleh Rendra dan juga rekan - rekannya. Sikapnya yang rendah hati dan tidak bossy, mudah membaur, membuat tidak ada kecanggungan antara Nastya dengan rekan tim yang lain.
"Good Job" puji Rendra seraya menyerahkan coklat hangat. Mereka berdua memandang ke gedung tinggi di depannya, Gedung yang rencananya akan di jadikan hotel bintang lima di Lombok.
"Makasi mas" Nastya menerima lalu membenarkan rambutnya yang tertiup angin pantai. "Hotel ini keren banget mas, bagus apalagi viewnya pantai yang indah banget" Nastya tersenyum manis lalu menyesap coklat hangatnya.
Rendra hanya tersenyum, berlahan dia menyeruput kopi panasnya.
"Apa kamu bahagia Nas ?"
Menoleh dengan penuh tanda tanya "bahagia mas, memang kenapa ?"
"Maksudku, apa kamu bahagia dengan pernikahanmu?" Rendra menatap dalam ke mata Nastya untuk mencari kebenaran dalam sorot matanya.
"Hah?" Tertawa kecil, "aku bahagia".
"Tapi matamu berkata tidak"
Mengedipkan matanya berkali - kali, "aku harap kita tahu batasannya kita mas" menghela nafasnya, "pertanyaan itu terlalu masuk ke dalam privasiku, maaf" beranjak dari duduknya dan meninggalkan Rendra lalu menuju ke ruang makan.
"Terima kasih kerjasamanya, smoga proyek hotel antara Brotoseno grup dan Orlando corp. berjalan dengan baik sampai tuntas" suara riuh tepuk tangan saat ketua proyek memberikan sambutannya saat dinner perpisahan.
Hari ini tepat dua minggu Nastya di lombok untuk memantau proyek pembangunan hotel.
Di malam terakhirnya di sini, ada rasa sedih di hatinya. Suaminya tidak pernah menghubunginya, Walaupun Nastya sudah berulang kali menghubungi tapi tidak ada jawaban dari suaminya itu.
Semua tim berjoget dan berkaraoke bersama di depan panggung kecil. Nastya sebagai satu - satunya perempuan memilih duduk saja melihat sambil memainkan ponselnya. Di meja itu tidak hanya Nastya, ada CEO dari Orlando Corp. juga yang secara khusus hadir, Hamish Allan Orlando. yang juga tengah sibuk memainkan ponselnya.
"Mamaaa.. maamaaa" suara anak kecil menangis dengan kencang. Nastya langsung menoleh ke sumber suara, meletakkan ponselnya di meja lalu berlari mendekat ke anak perempuan yang kira - kira usianya tiga tahun.
"Haii sayaang" ketika Nastya mendekati, anak itu tidak langsung mau, dia ingat nasihat mama papanya agar tidak mau dengan orang asing yang mendekat.
Melihat respon anak kecil itu Nastya tersenyum, "Boleh berteman dulu?" Mengulurkan tangannya. Tetap tidak ada sambutan. "Waa kamu hebat sekali ya bisa menjaga diri, mama mana dek?"
Menggeleng - gelengkan kepalanya, "mama iyaang, tadi bianca main teyus mama iyang" jawabnya dengan cadel lalu kembali menangis. Terlihat Nastya berjongkok, sedikit demi sedikit mendekat. Semua kegiatan Nastya itu terpantau oleh Hamish yang memainkan ponsel tapi matanya melirik ke Nastya.
"Tante bisa sulap, ayoo permennya dimana?" Memperlihatkan kedua telapak tangannya yang di tutup.
"Hmmm" tangisannya mereda, "yang ini te ?" Menunjuk tangan kanan.
"Waaa benaar, hebaat" menunjukkan permen dan memberikan ke anak kecil itu, wajahnya berbinar.
"Tapi kata mama gabole telima pelmen dayi oyang lain te" raut wajahnya kembali sedih.
"Kalau gitu bawa aja dulu, makan permennya nunggu mama, izin dulu ke mama, ok?"
Senyum lebar terlihat sampai melihatkan deretan gigi - gigi depan yang ompong, menggemaskan.
"Nama tante ciapah ?"
"Nama tante Nast--" ucapan Nastya terputus ketika mendengar teriakan seperti orang mencari sesuatu.
"Aaalulaaa! Alulaaa! Dimana kamu nak ?" Suara panik itu terdengar dari luar ruangan.
"Aah itu pasti mamamu, yuk tante anter ke luar?" Nastya menggandeng dan menuntun anak kecil itu keluar ruangan dan beberapa menit kemudian masuk kembali lalu duduk dan melanjutkan bermain ponselnya lagi.
Melihat lembutnya Nastya, dia teringat dengan mendiang istrinya yang juga aktif di panti asuhan untuk menghibur anak - anak yang nasibnya kurang beruntung.
"Hai, ayo ikut ke panggung" ajak Rendra ketika melihat Nastya diam saja.
"Tidak mas, makasi, aku malu" menolak dengan halus.
"Ayolah ini malah terakhir di sini, aku temani biar tidak malu" Rendra menggenggam tangan Nastya namun segera di lepaskan. Bagaimanapun dia masih menjaga diri sebagai istri orang.
"Sorry" ucap Nastya. Rendra tersenyum lalu kembali ke panggung dan membaur lagi dengan yang lainnya.
Nastya menghela nafas dan memilih keluar menuju pantai, dia berdiri menghadap pantai, rambut dan juga bajunya berkibar di terpa angin. Matanya terpejam seiring dengan air mata yang menetes di pipinya. Pundaknya sedikit bergetar karena menahan tangis.
Tak jauh dari posisinya berdiri, Hamish yang ingin merokok keluar ruangan, lalu tidak sengaja melihat Nastya dan mengamati pergerakan wanita yang masih asing baginya dengan menghisap rokoknya."sedang apa dia?"gumamnya pelan.
Nastya melihat ke langit dengan mata tertutup, cukup lama.
"Apa yang kamu lakukan ?" Karena penasaran Hamish mendekati dan berdiri di samping Nastya. Dia melihat Nastya mendongakkan kepalanya seolah melihat bintang.
"Melihat bintang"
Ada kerutan di kening Hamish, "tapi matamu tertutup"
"Agar air mataku kembali lagi ke tempatnya dan tidak jadi menetes"
Hamish mengerti maksud wanita itu dan kembali ke tempatnya awal lalu melanjutkan rokoknya kembali sambil terus mengamati Nastya.
...****************...
Besoknya,
Pukul tujuh malam, kantor Brotoseno grup masih cukup ramai. Banyak karyawan yang lembur atau memilih pulang agak malam untuk menghindari macet.
Nastya yang baru sampai, ingin menikmati nasi goreng kambingnya di ruangan suaminya. Karena kalau makan di rumah dia takut tidak sempat karena mertuanya itu pasti akan memberikan segudang perintah.
Memasuki ruangan suaminya dia meletakkan nasi goreng di meja tamu lalu di kejutkan oleh samar - samar suara yang seharusnya tidak dia dengar.
"Aahh... ahhh... ayoo.. lebih cepaat.. aahhh" suara de-sah wanita itu.
Tubuhnya terasa lemas dengan jantung yang berdebar, dilihatnya pintu ruang istirahat suaminya terbuka sedikit dan mendekat. Berlahan dia membuka dan seperti dejavu.
Nafasnya tercekat, oksigen di sekitarnya seakan habis. Air matanya meluncur tanpa aba - aba.
"Rissa" lirihnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Rusmiarsih
waaah ...pokoknya pasangan tomy ma nastya hrs dipisahin nih thor, cariin jodoh buat nastya yg lbh segalanya😠
2023-10-01
1