Takdir baik yang belum berpihak padanya dan melihat Nastya yang masih begitu sabar juga setia menemaninya membuat amarah Tommy makin bergejolak. Bak kayu kering yang disiram bensin lalu di beri api, begitulah keadaan hati Tommy saat ini, panas dan membara sangat besar.
Frustasi dan depresi yang sempat menghilang kini tumbuh lagi semakin besar, kepercayaan dirinya runtuh dan hancur. Tommy merasa seperti lelaki yang tak berguna. Bahkan hartanya yang tak akan habis tujuh turunan, kedudukannya yang sangat tinggi nyatanya tidak mampu membantunya sama sekali.
"Mas, pelan - pelan," ucap Nastya sambil berpegangan erat, kendaraan mewah roda empat berwarna hitam yang di bawah kendali suaminya itu melaju cepat bagai mobil balap yang berlomba di sirkuit.
Tommy tak menyahut, tatapannya fokus ke depan dengan wajah tanpa ekspresi.
Sesampai di rumah, Tommy masuk kamar lalu menguncinya, dia mengacuhkan Nastya yang dari tadi memohon masuk.
Malam harinya,
"Kenapa keadaanya jadi seperti ini lagi ? Padahal aku tidak menuntutnya apa - apa. Aku mencintainya apapun kekurangannya," meringkuk memeluk tubuhnya sendiri, "aku merindukanmu mas, aku kangen kita tidur berdua dalam satu ranjang, berpelukan sampai pagi." Menghela nafas panjang.
"Ah lebih baik aku buatkan jus jeruk favorit mas Tommy aja, sama kentang goreng," dia beranjak ke dapur. Di lihatnya pintu suaminya tertutup rapat.
Cepat - cepat dia menyelesaikan tugasnya di dapur lalu segera naik ke atas dengan membawa nampan berisi dua jus jeruk dan satu mangkok besar berisi kentang goreng.
"Hmm baunya enak sekali. Biasanya mas Tommy nggak kuat kalau godaannya kayak gini. Pasti langsung di hap hap hap," tertawa - tawa sendiri di dalam lift.
Ting... suara pintu lift di terbuka.
Saat di depan pintu kamar suaminya, Nastya meletakkan nampan berisi jus dan kentang goreng di lantai lalu merapikan penampilannya sebentar.
Setelah selesai, Diambilnya kembali nampan dari lantai. Pelan - pelan sekali Nastya memutar gagang pintu, niatnya ingin memberi kejutan untuk suaminya yang di yakini ada di dalam kamarnya.
Alih - alih memberi kejutan, nyatanya Nastyalah yang mendapat kejutan dari suaminya. Saat pintu terbuka hampir separuh. Dengan jelas dia melihat siluet tubuh suaminya yang beradu dengan tubuh wanita lain, saling berlomba mencapai kepuasan.
Tubuhnya membeku, air matanya memenuhi bola matanya dan menetes di pipi saat Nastya memejamkan matanya sejenak demi menetralisir kesedihannya.
Kecewa? Ya, Nastya sangat kecewa dengan keputusan Tommy yang langsung menyerah dengan hasil dokter, Nastya kecewa karena suaminya itu kembali lagi berbagi kehangatan dengan wanita lain.
Tak ingin menyerah, dia akan menarik Tommy lagi dalam pelukannya.
"Bruuaakkk! Praangg!," Suara keras dari nampan dan gelas kaca yang di lempar Nastya ke lantai tentu saja membuat dua pelaku berbagi ranjang itu kaget sehingga menghentikan kegiatan mereka.
"Pergi kamu! " menunjuk wanita itu, "dia suamiku, akan kuhancurkan hidupmu jika berani menyentuhnya lagi walau seujung kuku," usir Nastya.
Dapat Tommy lihat kemarahan yang besar pada wajah dan mata Nastya. Sungguh, diapun sebenarnya juga tidak ingin melukai Nastya. Tapi dia tidak punya pilihan.
Wanita panggilan itu ketakutan, lalu segera pergi tanpa permisi setelah memakai pakaiannya dan mengambil barang - barangnya.
Setelah wanita itu pergi, Nastya menutup rapat pintu kamar suaminya dan menyalakan lampu. Tommy hanya diam di tempat mengawasi semua gerak gerik Nastya, dia juga melihat kentang goreng yang berserakan dan tumpahan jus yang dia yakini jus jeruk.
"Kenapa mas ?," suara Nastya lirih seperti kehilangan tenaganya. "KENAPA MAS? KENAPA TIDAK DENGAN AKU SAJA ?!." Berteriak sambil melangkah mendekat ke Tommy.
Dia membuka baju tidur berwarna maroon hingga terpampang tubuh polosnya tanpa sehelai benangpun lalu memeluk tubuh Tommy yang sama polosnya.
"Sentuhlah aku mas, sentuhlah kapanpun kamu mau, aku mohon. Lampiaskan semua hasratmu hanya pada aku. Jangan pada wanita lain mas, hatiku sakit," Nastya menciumi da-da bidang suaminya, memeluknya erat dan menciumi pipi juga bibur Tommy.
Sekian detik mematung, Tommy langsung mendorong Nastya hingga terjatuh. Tanpa sengaja telapak tangannya tertancap pecahan gelas jus. Darah terlihat mengalir menimbulkan bercak merah pada lantai kamar Tommy yang putih bersih.
"Pergilah, aku tidak sudi bertemu denganmu lagi, aku tidak butuh wanita Ja-lang sepertimu. Mulai malam ini, kamu, Nada Nastya Pramesti bukan lagi istri dari Tommy Laga Brotoseno. Aku ceraikan kamu! Aku ceraikan kamu! Aku ceraikan kamu!," setelah berucap itu, Tommy masuk ke kamar mandi untuk membereskan diri.
Sedangkan Nastya, hanya menangis meratapi nasibnya, meratapi takdirnya. Hatinya hancur. Harapan membina rumah tangga yang bahagia dengan Tommy walau tanpa kehadiran seorang buah hati kini pupus sudah. Kini dia sudah bukan lagi seorang istri.
Tak terbayangkan sebelumnya menyandang status janda di usianya yang masih sangat muda, usia pernikahannya juga masih satu tahun dan yang lebih menyedihkan, dia masih perawan. Janda yang masih perawan.
"Baiklah mas, setidaknya aku sudah berjuang hingga titik terakhir. Aku juga tidak menginginkan perpisahan ini, tapi kamu yang memintanya. Semoga kamu mendapatkan pengganti yang lebih bisa memberimu rasa nyaman. Oke, aku berhenti mulai dari sekarang, terima kasih sudah memberiku kesempatan menikmati indahnya hari - hari bersamamu," Nastya meninggalkan kamar Tommy setelah mengatakan itu pada Tommy yang baru keluar dari kamar mandi.
Mata Tommy mengikuti langkah Nastya hingga pintu kamarnya tertutup lagi.
Pantang baginya untuk seorang Tommy menangis. tapi untuk sekali ini saja, untuk malam ini saja, dia ingin melepas egonya. Air mata Tommy akhirnya menetes di pipinya.
Dilihatnya kentang juga jus yang berserakan di lantai.
Dia berjongkok mengambil sisa pecahan gelas yang masih menampung sedikit jus dan meminumnya, "aahhh nikmat sekali jus ini sayang, rasanya aku ingin minum lagi yang banyak, bisakah kamu membuatnya lagi untukku?," lalu memunguti kentang goreng, memakannya dengan mata terpejam namun air matanya terus mendesak keluar, "rasa kentang gorengnya juga enak, suapin aku dong sayang," dia terus mengucapkan kata - kata seperti yang dia ucapkan biasanya pada Nastya saat bersama dulu.
Bibirnya bergetar, punggungnya naik turun seiring dengan isak tangis Tommy. "Kenapa, kenapa Tuhan, takdirku seperti ini ? Aku juga ingin merasakan cinta dan kasih sayang tulus dari seseorang."
Setelah membuang semua emosinya, dia mengambil ponselnya dan menghubungi seorang pengacara kepercayaannya yang juga sahabatnya saat kuliah dulu untuk di mintai tolong mengurus sesuatu.
"Hai brooo," sambutan di seberang telepon.
"Aku butuh bantuanmu,"
"Apapun itu akan kubantu, asal jangan kamu minta aku menikahi wanita - wanitamu ya, auukkh sayang maaf, ampun, aku hanya bercanda dengan Tommy," suara lelaki di seberang telepon yang kesakitan, sepertinya di pukul oleh istrinya karena gaya bercandanya.
Mendengar itu Tommy menghela nafas.
"Kan berchandyaaaa... berchandyaaaa," gaya bicaranya mengikuti anak yang sedang viral di media sosial.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments