Mendengar sindiran mertuanya, Nastya yang masih sangat kesakitan langsung memaksakan duduk dengan susah payah.
“Ma-maaf ma, saya tadi habis jatuh dari tangga”
“Ck, ya di maklumi orang miskin ya. Pasti jarang naik turun tangga rumah mewah, katrok banget sih kamu” Sandra menatap menantunya dengan senyum puas. “Rasain kamu” batin Sandra, tidak ada yang tahu ternyata Sandra yang sudah diam – diam menumpahkan air dan mencampurnya dengan sabun cuci piring sangat banyak di anak tangga terakhir. Tujuannya memang untuk mencelakai Nastya.
Dia senang, rencananya berhasil. Karena akan lebih menyenangkan menyiksa Nastya dalam kondisi kakinya yang sakit.
“ Kamu itu bisa apa nggak sih nemenin?” Desak Sandra.
Diam sesaat, Nastya merasa kaki dan pinggangnya sangat sakit. Ntah dia tidak bisa membayangkan, apakah sanggup berjalan menemani sang mertua berbelanja?
Konon katanya, jika ibu – ibu sosialita berbelanja, bahkan waktu 24 jam itu rasanya masih kurang banget.
Ngeri.... ngerinya ngalah – ngalahin kuntilanak. Kenapa ? Karena bikin bapak – bapak keluar keringat dingin melihat antrian struk belanja.
Tapi, ini adalah kesempatan Nastya untuk memperbaiki hubungannya dengan mertuanya. Nastya takut mertuanya akan kecewa dan bertambah marah kalau menolak. Perang batin dalam dirinya membuat Sandra tidak sabar.
“Eeh malah ngelamun ini bocah! Ikut apa nggak?” Sentaknya lagi.
“Iyaa ma, mau ma. Ayo". Nastya meringis kesakitan saat mencoba berdiri. Mbok Darmi dan Mbok piyem pun membantu Nastya sampai ke mobil. Rasanya seperti menginjak duri saat berjalan, batin Nastya.
Satu jam lebih perjalanan cukup membuat kaki Nastya membaik, apalagi tadi ada pengawal yang menberikan obat oles pereda nyeri otot.
Langkah Nastya tertatih, sambil mengatur nafas, dia mencoba terus berjalan mengikuti mertuanya yang bagai kupu – kupu terbang, kesana kemari.
“Semoga ini adalah kesempatanku untuk bisa mengambil hati mama, Amin” sebait doa di panjatkan Nastya dalam hati. Karena besar harapannya untuk mendapatkan maaf dan menikmati hari ini dengan hangat.
Waktu terus berjalan...
Setiap toko yang di masuki, Sandra selalu membeli sesuatu. Hingga kini, tangan Nastya penuh dengan tas belanja Sandra. Meski menantunya itu sudah sangat kewalahan, Sandra tetap acuh tak acuh saja. Dia terus dan terus berbelanja sehingga beban tangan Nastya terus bertambah.
“Sakiit” lirih Nastya dan meletakkan semua tas belanja di lantai untuk mengurangi sakit di tangannya. Dikibas – kibaskan tangannya lalu mengambil semua tas itu kembali dan kembali mengikuti mertuanya.
“Nyonya, sepertinya Nona Nastya kewalahan. Kami mohon izin membantunya” ucap salah satu pengawal menawarkan diri.
Mendengar itu mata Sandra melotot penuh “Jangan ada yang berani membantu dia ya” mendengus kesal, “sudah, biarkan saja. Cuma bawa begitu doank saja kok, manja banget!”
Nastya menatap nanar mertuanya yang malah asyik sendiri. Sakit di pinggang dan kakinya tidak sebanding dengan sakit di hatinya yang rasanya lebih sakit.
Berjalan tertatih, sesekali berhenti sejenak. Mengibas – ngibaskan tangannya lalu lanjut berjalan lagi. Hanya itu kegiatan Nastya menemani mertua di mall dari pagi hingga menjelang sore.
“Maa, saya haus. Boleh minum sebentar?” Tanya Nastya yang sudah kelelahan. Tenggorokkanya haus dan perutnya sudah keroncongan.
Wanita berusia lima puluh tiga tahun itu hanya melirik sekilas lalu fokus pada ponselnya lagi. Dia sedang menikmati makan siangnya yang terlambat karena keasyikan berbelanja. Nastya yang tak mendapat jawaban hanya terdiam. Di dalam restoran mewah bernuansa Jepang itu, Dia harus tetap berdiri dengan membawa semua tas belanja. Tanpa minuman, tanpa makanan.
Ingin menangis, namun sekuat tenaga dia menahannya. Dia tidak menyangka, harapannya tadi pagi ternyata hanya ilusinya semata.
"'Mengapa begitu susah menembus dinding maafmu ma?" Monolog Nastya dalam hati.
Sedangkan di sisi lain..
Kenapa kamu merahasiakan semua ini Nas?” Ucap Dewi dari kejauhan. Dia tidak sengaja melihat perlakuan Sandra kepada Nastya dari pagi hingga sore.
Dia bahkan melewatkan jam nontonnya sehingga tiket yang baru di belinya hangus. “Aku tidak menyangka, ternyata pernikahan seperti ini yang kamu jalani”
Sementara, salah satu pengawal tidak tega dengan keadaan istri bosnya akhirnya tergerak untuk menghubungi Tommy.
"Ada apa ?" Tommy masih tetap fokus pada berkas - berkas yang harus dia periksa.
"Sore Tuan, maaf saya melapor. Izinkan saya membantu Nona Nastya. Sepertinya Nona sudah sangat kewalahan apalagi tadi pagi terjatuh dari tangga" tak perlu menjelaskan detail, karena Tommy sudah mengetahui keadaan di mall. Ada salah satu pengawal yang memang di tugaskan untuk mengirimkan apa yang terjadi selama Sandra dan Nastya keluar.
"Biarkan saja"
"Maaf Tuan, mohon di pikirkan ulang karena Nona--"
"Diam! Kamu di pecat!" Potong Tommy dengan cepat. Dia meletakkan pena-nya. Berdiri menghadap jendela besar di ruangannya. "Berani - beraninya kamu ikut campur urusanku! Dasar pengawal tidak tahu diri!" Dia memukul kaca didepannya dengan keras.
"Astaga!" Deri yang juga sibuk mengecek laporan di laptotpnya sampai terlonjak kaget lalu menoleh ke bosnya dengan dahi berkerut. "Jangan Tuan nanti kacanya pecah" cegah Deri saat Tommy malam mengambil tongkat baseball dan hendak memukulkannya di kaca jendela.
Namun indera pendengaran Tommy seakan lumpuh, dia mengacuhkan Deri begitu saja dan..
"PRAANGG" suara pecahan kaca yang keras juga serpihan pecahan kaca yang berhamburan menerpa tubuh Tommy. Terlihat tangan kanannya tertancap pecahan kaca yang cukup besar.
Deri pun menepuk jidatnya, sudah biasa dia menghadapi amarah sang bos, dia mendial nomor bagian kebersihan lalu ke bagian pemeliharaan agar segera mengganti kaca jendela yang pecah. Lalu melanjutkan memeriksa laporan di laptopnya lagi, ketika seperti ini akan sia - sia jika langsung menenangkan bosnya.
Di sisi lain, pengawal yang baru saja di pecat malah langsung mengambil semua belanjaan di tangan Nastya, lalu melangkah menuju parkiran. Sikap itu membuat Nastya gelagapan "jangan pak, jangan" Nastya mengejar pengawal itu.
Sandra yang mengetahui kelancangan salah satu pengawalnya tentu saja menjadi berang.
"Hei kamu, kurang ajar ya kamu! Berani melawan perintahku?!" Suara keras yang keluar dari Sandra rupanya menarik perhatian pengunjung lain. Kini Nastya jadi serba salah.
"Maaf Nyonya, tanpa mengurangi rasa hormat, saya bukan pengawal Anda lagi" pengawal itu langsung membawa semua belanjaan itu. Setelahnya, pengawal itu kembali masuk ke mall menuju dimana Sandra sedang memilih kalung berlian di sebuah toko jewellery.
"Nyonya, tugas saya selesai. saya pamit dan hati- hati" pengawal yang diketahui bernama Jodi itu membungkukkan badannya memberi hormat. Lalu memberi pesan pada yang lainnya agar tetap siaga dan di angguki oleh semua rekannya.
Menjelang malam..
Tepatnya di sebuah mansion besar juga mewah. Berkumpulnya ibu - ibu sosialita dengan dandanan bak toko branded dan toko emas berjalan. Tatanan dekorasi interior bergaya eropa memanjakan mata Nastya, dia begitu kagum. Walaupun di mansion suaminya pun tak kalah besar.
"Heh, jaga sikapmu ya? Orang miskin, jangan bikin malu" sarkas Sandra saat menyadari kekaguman Nastya pada mansion Nyonya Welly, teman soaialitanya.
Nastya hanya nelangsa dan menganggukkan kepalanya.
Acara arisan yang menurut Nastya hanya untuk ajang pamer itu sudah berjalan hampir satu jam. Kakinya seperti mati rasa karena terus berdiri, beruntung dia tidak membawa barang - barang lagi. Tenggorokannya terasa sangat kering dan perutnya perih karena belum terisi makanan dari pagi, tadi pagi dia hanya makan sedikit karena banyaknya perintah dari sang mertua.
"Jeng Sandra, masih inget sama chloe?" Welly menghampiri Sandra lalu melirik Nastya sekilas.
"Masih donk Jeng"
"Dia baru pulang dari Amerika, studinya sudah selesai. Dan masih single loh"
"Waa cocok tuh buat Tommy" Sandra memegang lembut lengan Welly.
"Lalu, menantunya Jeng Sandra gimana ?" Lagi - lagi melirik Nastya yang sudah menundukkan wajahnya.
Mengibaskan tangannya "asal Jeng Welly tau ya, dia itu bukan siapa - siapa. Dari segi strata latar belakang keluarga saja sudah njomplang banget jeng.. jeng". Terdengar cekikikan ibu - ibu sosialita sambil melihat Nastya.
Sungguh saat ini ntah seperti apa jadinya Nastya jika hatinya tidak berpegang teguh pada Sang Pencipta Alam. Mungkin sudah memilih menyerah. Atau mengakhiri semuanya.
Dia benar - benar menahan air mata yang terus mendesak keluar. Di gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit hati dan harga dirinya yang di rusak mertuanya sendiri.
"Kasian Tommy, kalau bukan karena wasiat terakhir kakeknya, dia tidak akan mungkin terjebak dalam pernikahan dengan wanita yang tidak selevel" tambah Sandra dengan lirikan sinisnya pada Nastya.
"Terjebak?" Batin Nastya bertanya.
"Tapi apa Tommy mencintai istrinya Jeng?" Timpal teman sosialita lainnya.
Terdengar tawa sinis mengejek Sandra "hanya dalam mimpi Jeng, mustahil Tommy mencintai dia"
Deg! Ritme jantung Nastya kian menderu. Namun tidak ada yang bisa dia lakukan selain diam.
"Haloo tantee - tante cantiik semuanyaa, apa kabaar?" Sapa wanita cantik bak model dengan baju kurang bahan turun dari tangga mansionnya menyapa semua teman - teman mommynya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments