Bab 4 : Bukan siapa - siapa

Mendengar sindiran mertuanya, Nastya yang masih sangat kesakitan langsung memaksakan duduk dengan susah payah.

“Ma-maaf ma, saya tadi habis jatuh dari tangga”

“Ck, ya di maklumi orang miskin ya. Pasti jarang naik turun tangga rumah mewah, katrok banget sih kamu” Sandra menatap menantunya dengan senyum puas. “Rasain kamu” batin Sandra, tidak ada yang tahu ternyata Sandra yang sudah diam – diam menumpahkan air dan mencampurnya dengan sabun cuci piring sangat banyak di anak tangga terakhir. Tujuannya memang untuk mencelakai Nastya.

Dia senang, rencananya berhasil. Karena akan lebih menyenangkan menyiksa Nastya dalam kondisi kakinya yang sakit.

“ Kamu itu bisa apa nggak sih nemenin?” Desak Sandra.

Diam sesaat, Nastya merasa kaki dan pinggangnya sangat sakit. Ntah dia tidak bisa membayangkan, apakah sanggup berjalan menemani sang mertua berbelanja?

Konon katanya, jika ibu – ibu sosialita berbelanja, bahkan waktu 24 jam itu rasanya masih kurang banget.

Ngeri.... ngerinya ngalah – ngalahin kuntilanak. Kenapa ? Karena bikin bapak – bapak keluar keringat dingin melihat antrian struk belanja.

Tapi, ini adalah kesempatan Nastya untuk memperbaiki hubungannya dengan mertuanya. Nastya takut mertuanya akan kecewa dan bertambah marah kalau menolak. Perang batin dalam dirinya membuat Sandra tidak sabar.

“Eeh malah ngelamun ini bocah! Ikut apa nggak?” Sentaknya lagi.

“Iyaa ma, mau ma. Ayo". Nastya meringis kesakitan saat mencoba berdiri. Mbok Darmi dan Mbok piyem pun membantu Nastya sampai ke mobil. Rasanya seperti menginjak duri saat berjalan, batin Nastya.

Satu jam lebih perjalanan cukup membuat kaki Nastya membaik, apalagi tadi ada pengawal yang menberikan obat oles pereda nyeri otot.

Langkah Nastya tertatih, sambil mengatur nafas, dia mencoba terus berjalan mengikuti mertuanya yang bagai kupu – kupu terbang, kesana kemari.

“Semoga ini adalah kesempatanku untuk bisa mengambil hati mama, Amin” sebait doa di panjatkan Nastya dalam hati. Karena besar harapannya untuk mendapatkan maaf dan menikmati hari ini dengan hangat.

Waktu terus berjalan...

Setiap toko yang di masuki, Sandra selalu membeli sesuatu. Hingga kini, tangan Nastya penuh dengan tas belanja Sandra. Meski menantunya itu sudah sangat kewalahan, Sandra tetap acuh tak acuh saja. Dia terus dan terus berbelanja sehingga beban tangan Nastya terus bertambah.

“Sakiit” lirih Nastya dan meletakkan semua tas belanja di lantai untuk mengurangi sakit di tangannya. Dikibas – kibaskan tangannya lalu mengambil semua tas itu kembali dan kembali mengikuti mertuanya.

“Nyonya, sepertinya Nona Nastya kewalahan. Kami mohon izin membantunya” ucap salah satu pengawal menawarkan diri.

Mendengar itu mata Sandra melotot penuh “Jangan ada yang berani membantu dia ya” mendengus kesal, “sudah, biarkan saja. Cuma bawa begitu doank saja kok, manja banget!”

Nastya menatap nanar mertuanya yang malah asyik sendiri. Sakit di pinggang dan kakinya tidak sebanding dengan sakit di hatinya yang rasanya lebih sakit.

Berjalan tertatih, sesekali berhenti sejenak. Mengibas – ngibaskan tangannya lalu lanjut berjalan lagi. Hanya itu kegiatan Nastya menemani mertua di mall dari pagi hingga menjelang sore.

“Maa, saya haus. Boleh minum sebentar?” Tanya Nastya yang sudah kelelahan. Tenggorokkanya haus dan perutnya sudah keroncongan.

Wanita berusia lima puluh tiga tahun itu hanya melirik sekilas lalu fokus pada ponselnya lagi. Dia sedang menikmati makan siangnya yang terlambat karena keasyikan berbelanja. Nastya yang tak mendapat jawaban hanya terdiam. Di dalam restoran mewah bernuansa Jepang itu, Dia harus tetap berdiri dengan membawa semua tas belanja. Tanpa minuman, tanpa makanan.

Ingin menangis, namun sekuat tenaga dia menahannya. Dia tidak menyangka, harapannya tadi pagi ternyata hanya ilusinya semata.

"'Mengapa begitu susah menembus dinding maafmu ma?" Monolog Nastya dalam hati.

Sedangkan di sisi lain..

Kenapa kamu merahasiakan semua ini Nas?” Ucap Dewi dari kejauhan. Dia tidak sengaja melihat perlakuan Sandra kepada Nastya dari pagi hingga sore.

Dia bahkan melewatkan jam nontonnya sehingga tiket yang baru di belinya hangus. “Aku tidak menyangka, ternyata pernikahan seperti ini yang kamu jalani”

Sementara, salah satu pengawal tidak tega dengan keadaan istri bosnya akhirnya tergerak untuk menghubungi Tommy.

"Ada apa ?" Tommy masih tetap fokus pada berkas - berkas yang harus dia periksa.

"Sore Tuan, maaf saya melapor. Izinkan saya membantu Nona Nastya. Sepertinya Nona sudah sangat kewalahan apalagi tadi pagi terjatuh dari tangga" tak perlu menjelaskan detail, karena Tommy sudah mengetahui keadaan di mall. Ada salah satu pengawal yang memang di tugaskan untuk mengirimkan apa yang terjadi selama Sandra dan Nastya keluar.

"Biarkan saja"

"Maaf Tuan, mohon di pikirkan ulang karena Nona--"

"Diam! Kamu di pecat!" Potong Tommy dengan cepat. Dia meletakkan pena-nya. Berdiri menghadap jendela besar di ruangannya. "Berani - beraninya kamu ikut campur urusanku! Dasar pengawal tidak tahu diri!" Dia memukul kaca didepannya dengan keras.

"Astaga!" Deri yang juga sibuk mengecek laporan di laptotpnya sampai terlonjak kaget lalu menoleh ke bosnya dengan dahi berkerut. "Jangan Tuan nanti kacanya pecah" cegah Deri saat Tommy malam mengambil tongkat baseball dan hendak memukulkannya di kaca jendela.

Namun indera pendengaran Tommy seakan lumpuh, dia mengacuhkan Deri begitu saja dan..

"PRAANGG" suara pecahan kaca yang keras juga serpihan pecahan kaca yang berhamburan menerpa tubuh Tommy. Terlihat tangan kanannya tertancap pecahan kaca yang cukup besar.

Deri pun menepuk jidatnya, sudah biasa dia menghadapi amarah sang bos, dia mendial nomor bagian kebersihan lalu ke bagian pemeliharaan agar segera mengganti kaca jendela yang pecah. Lalu melanjutkan memeriksa laporan di laptopnya lagi, ketika seperti ini akan sia - sia jika langsung menenangkan bosnya.

Di sisi lain, pengawal yang baru saja di pecat malah langsung mengambil semua belanjaan di tangan Nastya, lalu melangkah menuju parkiran. Sikap itu membuat Nastya gelagapan "jangan pak, jangan" Nastya mengejar pengawal itu.

Sandra yang mengetahui kelancangan salah satu pengawalnya tentu saja menjadi berang.

"Hei kamu, kurang ajar ya kamu! Berani melawan perintahku?!" Suara keras yang keluar dari Sandra rupanya menarik perhatian pengunjung lain. Kini Nastya jadi serba salah.

"Maaf Nyonya, tanpa mengurangi rasa hormat, saya bukan pengawal Anda lagi" pengawal itu langsung membawa semua belanjaan itu. Setelahnya, pengawal itu kembali masuk ke mall menuju dimana Sandra sedang memilih kalung berlian di sebuah toko jewellery.

"Nyonya, tugas saya selesai. saya pamit dan hati- hati" pengawal yang diketahui bernama Jodi itu membungkukkan badannya memberi hormat. Lalu memberi pesan pada yang lainnya agar tetap siaga dan di angguki oleh semua rekannya.

Menjelang malam..

Tepatnya di sebuah mansion besar juga mewah. Berkumpulnya ibu - ibu sosialita dengan dandanan bak toko branded dan toko emas berjalan. Tatanan dekorasi interior bergaya eropa memanjakan mata Nastya, dia begitu kagum. Walaupun di mansion suaminya pun tak kalah besar.

"Heh, jaga sikapmu ya? Orang miskin, jangan bikin malu" sarkas Sandra saat menyadari kekaguman Nastya pada mansion Nyonya Welly, teman soaialitanya.

Nastya hanya nelangsa dan menganggukkan kepalanya.

Acara arisan yang menurut Nastya hanya untuk ajang pamer itu sudah berjalan hampir satu jam. Kakinya seperti mati rasa karena terus berdiri, beruntung dia tidak membawa barang - barang lagi. Tenggorokannya terasa sangat kering dan perutnya perih karena belum terisi makanan dari pagi, tadi pagi dia hanya makan sedikit karena banyaknya perintah dari sang mertua.

"Jeng Sandra, masih inget sama chloe?" Welly menghampiri Sandra lalu melirik Nastya sekilas.

"Masih donk Jeng"

"Dia baru pulang dari Amerika, studinya sudah selesai. Dan masih single loh"

"Waa cocok tuh buat Tommy" Sandra memegang lembut lengan Welly.

"Lalu, menantunya Jeng Sandra gimana ?" Lagi - lagi melirik Nastya yang sudah menundukkan wajahnya.

Mengibaskan tangannya "asal Jeng Welly tau ya, dia itu bukan siapa - siapa. Dari segi strata latar belakang keluarga saja sudah njomplang banget jeng.. jeng". Terdengar cekikikan ibu - ibu sosialita sambil melihat Nastya.

Sungguh saat ini ntah seperti apa jadinya Nastya jika hatinya tidak berpegang teguh pada Sang Pencipta Alam. Mungkin sudah memilih menyerah. Atau mengakhiri semuanya.

Dia benar - benar menahan air mata yang terus mendesak keluar. Di gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit hati dan harga dirinya yang di rusak mertuanya sendiri.

"Kasian Tommy, kalau bukan karena wasiat terakhir kakeknya, dia tidak akan mungkin terjebak dalam pernikahan dengan wanita yang tidak selevel" tambah Sandra dengan lirikan sinisnya pada Nastya.

"Terjebak?" Batin Nastya bertanya.

"Tapi apa Tommy mencintai istrinya Jeng?" Timpal teman sosialita lainnya.

Terdengar tawa sinis mengejek Sandra "hanya dalam mimpi Jeng, mustahil Tommy mencintai dia"

Deg! Ritme jantung Nastya kian menderu. Namun tidak ada yang bisa dia lakukan selain diam.

"Haloo tantee - tante cantiik semuanyaa, apa kabaar?" Sapa wanita cantik bak model dengan baju kurang bahan turun dari tangga mansionnya menyapa semua teman - teman mommynya.

Episodes
1 Bab 1 : Ternyata Palsu !
2 Bab 2 : sahabat makan sahabat
3 Bab 3 : Ternyata hanya sandiwara
4 Bab 4 : Bukan siapa - siapa
5 Bab 5 : Dibanding kamu
6 Bab 6 : Wanita yang buruk 1
7 Bab 7 : Wanita yang buruk 2
8 Bab 8 : Kopi Asin
9 Bab 9 : Chloe
10 Bab 10 : Kepergian Ayah
11 Bab 11 : Lembaran baru
12 Bab 12 : Rissa
13 Bab 13 : Pelampiasan
14 Bab 14 : Pria bayangan
15 Bab 15 : Ternyata kamu...
16 Bab 16 : Emosi
17 Bab 17 : Membuka hati
18 Bab 18 : Perjuangan Terakhir
19 Bab 19 : Selesai
20 Bab 20 : Mengubur masa lalu
21 Bab 21 : Bertemu
22 Bab 22 : Melamar ?
23 Bab 23 : The day in my life
24 Bab 24 : Hai Cikita
25 Bab 25 : baby sitter X sekretaris
26 Bab 26 : Bye Cikita
27 Bab 27 : Mengucap janji suci
28 Bab 28 : Aku milikmu
29 Bab 29 : Dua kepribadian
30 Bab 30 : kamu kenapa ?
31 Bab 31 : Aku juga manusia
32 Bab 32 : Harus bahagia atau sedih?
33 Bab 33 : Kenyataan pahit
34 Bab 34 : kak Bram bercerita
35 Bab 35 : Temani Bunda ya sayang
36 Bab 36 : Gotcha!
37 Bab 37 : Talak 3
38 Bab 38 : Aku seorang ayah
39 Bab 39 : Terkuak
40 Bab 40 : Dimana anakku
41 Bab 41 : Lupakan semua
42 Bab 42 :
43 Bab 43 : Menculik Tommy
44 Bab 44 : Memeluk air
45 Bab 45 : Putri Duyung
46 Bab 46 : Terima kasih
47 Bab 47 : Ibu
48 Bab 48 :
49 Bab 49 :
50 Bab 50 :
51 Bab 51 :
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54 :
55 Bab 55 :
56 Bab 56 :
57 Bab 57 :
58 Bab 58 :
59 Bab 59 :
60 Bab 60 :
61 Bab 61 :
62 Bab 62 :
63 Bab 63 : Pertemuan
64 Bab 64 :
65 Bab 65 : Seperti liburan keluarga
66 Bab 66 : Posesif
67 Bab 67 :
68 Ilustrasi Tokoh
69 Bab 68 : mancing apa ? Mancing emosi !
70 Bab 69 : cari perkara dengan putra petir
71 Bab 70 : senyum seindah rembulan
72 Bab 71 :
73 Bab 72 :
74 Bab 73 :
75 Bab 74 :
76 Bab 75 : penunggu kediaman Orlando
77 Bab 76 :
78 Bab 77 :
79 Bab 78 :
80 Bab 79 :
81 Bab 80 :
82 Bab 81 : kamu hamil ?
83 Bab 82 :
84 Bab 83 : Kita, KUA dan KIA
85 Bab 84 :
86 Bab 85 : siapa kamu sebenarnya ?!
87 Bab 86 :
88 Bab 87 :
89 Bab 88:
90 Bab 89 : jangan menatapnya, dia istriku !
91 Bab 90 : Double Date
92 Bab 91 : Ultimatum Hamish
93 Bab 92 : Dejavu
94 Bab 93 :
95 Bab 94 :
96 Bab 95 :
97 Bab 96 : kamu anggap apa ?
98 Bab 97 :
99 Bab 98 :
100 Bab 99 : mati rasa
101 Bab 100 : menjemputmu
102 Bab 101 :
103 Bab 102 : Roger ?
104 Bab 103 : apa kamu masih mencintainya ?
105 Bab 104 :
106 Bab 105 : kamu milikku, titik!
107 Bab 106 : milikku, titik!
108 Bab 107 : Kate, kamu milikku!
109 Bab 108 : menikahlah denganku
110 Mohon dukungan ya teman - teman
111 Bab 109 : cerita yang manis - manis
112 Bab 110 : kenapa kamu masih memikirkannya ?
113 Bab 111 : kenapa kamu masih memikirkannya Kate ?
114 Bab 112 : like a swan, ahe !
115 Bab 113 : cosplay jadi mama papa
116 Bab 114 : biarkan dia menjadi milikku saja !
117 Bab 115 :
118 Bab 116 :
119 Bab 117 :
120 Bab 118 : hamil duluan ya?!
121 Bab 119 : maaf..
122 Bab 120 : morning kiss
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Bab 1 : Ternyata Palsu !
2
Bab 2 : sahabat makan sahabat
3
Bab 3 : Ternyata hanya sandiwara
4
Bab 4 : Bukan siapa - siapa
5
Bab 5 : Dibanding kamu
6
Bab 6 : Wanita yang buruk 1
7
Bab 7 : Wanita yang buruk 2
8
Bab 8 : Kopi Asin
9
Bab 9 : Chloe
10
Bab 10 : Kepergian Ayah
11
Bab 11 : Lembaran baru
12
Bab 12 : Rissa
13
Bab 13 : Pelampiasan
14
Bab 14 : Pria bayangan
15
Bab 15 : Ternyata kamu...
16
Bab 16 : Emosi
17
Bab 17 : Membuka hati
18
Bab 18 : Perjuangan Terakhir
19
Bab 19 : Selesai
20
Bab 20 : Mengubur masa lalu
21
Bab 21 : Bertemu
22
Bab 22 : Melamar ?
23
Bab 23 : The day in my life
24
Bab 24 : Hai Cikita
25
Bab 25 : baby sitter X sekretaris
26
Bab 26 : Bye Cikita
27
Bab 27 : Mengucap janji suci
28
Bab 28 : Aku milikmu
29
Bab 29 : Dua kepribadian
30
Bab 30 : kamu kenapa ?
31
Bab 31 : Aku juga manusia
32
Bab 32 : Harus bahagia atau sedih?
33
Bab 33 : Kenyataan pahit
34
Bab 34 : kak Bram bercerita
35
Bab 35 : Temani Bunda ya sayang
36
Bab 36 : Gotcha!
37
Bab 37 : Talak 3
38
Bab 38 : Aku seorang ayah
39
Bab 39 : Terkuak
40
Bab 40 : Dimana anakku
41
Bab 41 : Lupakan semua
42
Bab 42 :
43
Bab 43 : Menculik Tommy
44
Bab 44 : Memeluk air
45
Bab 45 : Putri Duyung
46
Bab 46 : Terima kasih
47
Bab 47 : Ibu
48
Bab 48 :
49
Bab 49 :
50
Bab 50 :
51
Bab 51 :
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54 :
55
Bab 55 :
56
Bab 56 :
57
Bab 57 :
58
Bab 58 :
59
Bab 59 :
60
Bab 60 :
61
Bab 61 :
62
Bab 62 :
63
Bab 63 : Pertemuan
64
Bab 64 :
65
Bab 65 : Seperti liburan keluarga
66
Bab 66 : Posesif
67
Bab 67 :
68
Ilustrasi Tokoh
69
Bab 68 : mancing apa ? Mancing emosi !
70
Bab 69 : cari perkara dengan putra petir
71
Bab 70 : senyum seindah rembulan
72
Bab 71 :
73
Bab 72 :
74
Bab 73 :
75
Bab 74 :
76
Bab 75 : penunggu kediaman Orlando
77
Bab 76 :
78
Bab 77 :
79
Bab 78 :
80
Bab 79 :
81
Bab 80 :
82
Bab 81 : kamu hamil ?
83
Bab 82 :
84
Bab 83 : Kita, KUA dan KIA
85
Bab 84 :
86
Bab 85 : siapa kamu sebenarnya ?!
87
Bab 86 :
88
Bab 87 :
89
Bab 88:
90
Bab 89 : jangan menatapnya, dia istriku !
91
Bab 90 : Double Date
92
Bab 91 : Ultimatum Hamish
93
Bab 92 : Dejavu
94
Bab 93 :
95
Bab 94 :
96
Bab 95 :
97
Bab 96 : kamu anggap apa ?
98
Bab 97 :
99
Bab 98 :
100
Bab 99 : mati rasa
101
Bab 100 : menjemputmu
102
Bab 101 :
103
Bab 102 : Roger ?
104
Bab 103 : apa kamu masih mencintainya ?
105
Bab 104 :
106
Bab 105 : kamu milikku, titik!
107
Bab 106 : milikku, titik!
108
Bab 107 : Kate, kamu milikku!
109
Bab 108 : menikahlah denganku
110
Mohon dukungan ya teman - teman
111
Bab 109 : cerita yang manis - manis
112
Bab 110 : kenapa kamu masih memikirkannya ?
113
Bab 111 : kenapa kamu masih memikirkannya Kate ?
114
Bab 112 : like a swan, ahe !
115
Bab 113 : cosplay jadi mama papa
116
Bab 114 : biarkan dia menjadi milikku saja !
117
Bab 115 :
118
Bab 116 :
119
Bab 117 :
120
Bab 118 : hamil duluan ya?!
121
Bab 119 : maaf..
122
Bab 120 : morning kiss

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!