"Lelet banget! Kerjaan saya ini banyak, nggak cuma nungguin kamu aja!" Sandra berkacak pinggang. Sudah menjadi hal biasa setiap pagi mendengar teriakan Sandra untuk Nastya. Dan menjadi hal yang lumrah setiap pagi Nastya selalu kerepotan menghadapi segudang perintah mertua yang terkadang tidak masuk akal.
Seperti satu minggu yang lalu dia di minta membersihkan kolam renang besar di mansion itu tanpa alat pembersih, Nastya mau tidak mau harus membersihkan seluruh lantai kolam renang memakai spons cuci piring tanpa di bantu siapapun.
Kelakuan Sandra ini sampai membuat seluruh pekerja di mansionnya geleng - gelang kepala melihatnya. Bukan hanya pekerja saja, baik Jhony juga Tommy sampai tidak habis pikir, begitu dendamnya Sandra pada menantunya.
"Sudahlah Sandra, nikmati saja sarapanmu" Jhony memijat pangkal hidungnya. "Ini masih pagi Sayang" imbuhnya lagi.
"Ayo Nastya kamu sarapan dulu" Ucap Jhony lalu mulai menikmati sarapannya lagi.
"Tapi saya belum selesai pa" Nastya ragu - ragu untuk duduk karena pekerjaanya untuk memunguti batu alam berwarna putih di halaman belakang rumah belum selesai.
"Nanti saya bantu Neng" ucap Mang Ujang menawarkan diri.
"Ujang! Siapa yang minta kamu bantuin dia!" menunjuk Nastya. "Selesaikan dulu sana tugasmu Nastya!" Sandra mulai berteriak lagi membuat Jhony kehilangan selera makannya. Beranjak dari duduknya lalu pergi meninggalkan sarapannya yang hanya tersentuh beberapa sendok saja.
Melihat itu Sandra sebal juga dengan sikap suaminya terlebih kini Tommy juga ikut - ikutan meninggalkan meja makan.
Braakkk! Sandra menggebrak meja dengan keras. Nastya dan tiga ART di ruangan itu sampai terlonjak kaget.
...***************...
Tok.. tok.. tok..
sudah berulang kali Nasty mengetuk kamar suaminya tapi tidak ada respon.
Tiingg... suara ponsel Nastya berbunyi tanda ada pesan masuk, di bukanya pesan yang ternyata dari suaminya. Membuat Nastya mengerutkan keningnya.
Pesan Chat berlogo hijau :
Tommy : "ada apa ?"
Nastya : "mas aku mau izin ketemu Dewi
boleh?"
Tommy : "bukan urusanku, pergilah sesuka
hatimu"
Nastya : "makasi mas, nanti aku kabarin lagi"
tidak ada balasan lagi dari suaminya. Nastya menghela nafasnya membaca chat suaminya.
Wajahnya murung.
"Apa aku harus bertahan? Tapi untuk apa ? Sedangkan alasanku untuk bertahan sudah tidak ada." Lirihnya pada dirinya sendiri sembari menatap pintu kamar suaminya yang tertutup rapat.
Selesai bersiap - siap, Nastya menuruni tangga namun suasana cukup sepi di bawah. Dia menimbang apakah perlu berpamitan dengan mertuanya namun akhirnya dia memilih langsung saja toh dia sudah berpamitan dengan suaminya.
Sesampai di halaman dia di kejutkan dengan Tono yang menghampirinya.
"Pagi Nona, mobil sudah siap" senyum ramahnya.
"Mobil?"
"Iya tadi Tuan Tommy meminta saya mengantar Nona Nastya. Mari" Tono melangkah mendekat mobil dan membukakan pintu belakang untuk Nona bosnya itu.
Nastya tertegun sesaat kemudian tersadar harus membatalkan taksi online yang barusan dia pesan.
"Sebentar pak, saya batalkan dulu taksi online yang barusan saya pesan" Nastya segera membuka aplikasi taksi online dan membatalkannya. Hatinya melambung mendapat perhatian dari suaminya. Senyumnya pun terus menghiasi bibir.
Lalu melangkah mendekat mobil, sebelum masuk ke mobil, dia membalikkan badannya dan melihat ke jendela kamar suaminya diatas. Walaupun tidak jelas namun siluet Tommy telihat di balik gorden jendela. Dia menyakini suaminya itu melihat ke arahnya. Nastya mengangkat tangannya lalu jari telunjuk dan jempolnya membentuk love ala - ala film korea ditambah dengan senyum manis dan di akhiri oleh kiss bye. Setelah itu Nastya menghilang di dalam mobil dan melaju menuju tujuannya.
Aksi Nastya tadi menciptakan tanda tanya di benak Tommy. "Simbol apa tadi di tangan Nastya?" Dia pun menghubungi asistennya, Deri. Karena setahunya asistennya itu seorang cassanova yang pasti tahu hal - hal seperti itu.
...****************...
Di sebuah cafe bergaya modern duduklah dua gadis remaja di pojok ruangan. Setelah beberapa makanan dan minuman yang mereka pesan datang, keduanya tampak terdiam sesaat.
"Let me know, apa yang sebenarnya terjadi?" Dewi membuka sesi curhatnya. "Aku melihatmu di mall dengan mertuamu, bisa di jelaskan?"
Nastya terkejut ternyata Dewi sudah mengetahui. Raut wajahnya murung, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu isak tangis Nastya mulai terdengar.
"Dewi, aku terlihat lemah banget ya?" Posisi Nastya belum berubah.
"Kamu Menangis, belum tentu kalau kamu itu lemah Nas. Kamu sedang mengeluarkan energi buruk untuk mendapat energi baik yang besar. Menangislah sampai hatimu puas"
"Aku bingung wi, harus mulai kehidupan dari mana sekarang"
"Jika kamu bingung memulai hidup darimana, coba kamu mulai dari memperbaiki hubunganmu dengan Tuhan"
"Dosa nggak si wi cerita masalah rumah tangga?"
"Kalau kamu ragu, simpan saja dulu apa yang kamu rasa dalam diam Nas, rahasiakan rasa di hatimu tanpa ada seorangpun yang tahu sehingga debaran jantungmu akibat permasalahan hidupmu itu hanya kamu dan Tuhan yang mampu mendengarnya. Hingga nanti saatnya tiba kamu sudah siap untuk berbagi cerita."
Nastya menegakkan badannya, tangan Dewi mengelus punggung tangan Nastya. "Kamu tidak harus bercerita semuanya sekarang, dengan kamu menangis aku sudah bisa mengambil kesimpulan rumah tangga seperti apa yang sedang kamu jalani sekarang"
Nastya lama terdiam dalam tangis dan sesabar itu pula Dewi menunggu sahabatnya menumpahkan emosi yang mungkin sudah lama di pendam. Dia benar - benar tidak ingin mendesak seseorang untuk bercerita tentang dirinya dan kehidupannya. Walaupun mereka bersahabat sangat dekat dari SMP tapi Nastya memiliki privasi yang tidak bisa di tembusnya kecuali Nastya sendiri yang memberi akses masuk ke dalamnya.
"Wii.. pernikahanku sudah berjalan beberapa bulan. Kamu tau kan pernikahanku ini awalnya perjodohan tapi aku menolak hingga Tommy datang memberi sejuta cinta selama berbulan - bulan sampai akhirnya aku luluh. Ternyata semua itu palsu wi. Dia hanya mau balas dendam karena merasa harga dirinya dan keluarganya terinjak- injak. Mama mertuaku juga dendam wi sama aku. Setiap hari aku menjalani hidup seperti di penjara dengan segudang perintah. Aku bahkan hampir tidak punya waktu untuk diriku sendiri" Nastya bercerita sambil menutup wajahnya dengan telapak tangannya sambil terisak. Dewi berpindah duduk di sebelah Nastya lalu mengusap lembut punggung sahabatnya. Tak ada tanggapan apa pun dari Dewi.
Konon, mengusap lembut punggung pada wanita bisa memberikan rasa nyaman.
"Bukan pernikahan seperti ini yang aku harapkan wi, bukan. Aku tidak mau pernikahan yang seperti ini wi." Menghela nafas panjang dengan posisi tangan masih menutup wajahnya. "Bagaimana caranya merubah sifat mas Tommy ya wi?"
"Laki - laki kalau sudah cinta plus sayang akan merubah sifat dan sikapnya sendiri demi wanita yang dicintainya. Kamu tidak bisa Nas merubahnya dengan paksa. Sekuat apapun usahamu kalau Tommy tidak mau merubah sikapnya, ya semua harapanmu itu hanya khayalanmu saja" ucapan itu membuat Nastya menoleh ke Dewi.
"Jadi kalau mas Tommy tidak berubah padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin berarti?"
Dewi menganggukkan kepalanya pelan, "kamu sudah tahu kan jawabannya?" Dewi menjawab dengan balik bertanya.
"Sakit wi, ada aku di sana. Tapi mertuaku malah meminta wanita lain yang sedang menggoda suamiku untuk secepatnya menikah. Dan--"
"Menikah dengan Tommy?" Potong Dewi cepat dan di balas anggukan kepala oleh Nastya. Hal itu membuat Dewi cukup terkejut.
"Dan, terang - terangan meminta cucu pada wanita itu. Kenapa nggak minta cucu sama aku aja sih wi? Aku kan juga bisa kasih cucu." Menundukkan wajahnya. "Tapi, gimana mau hamil, sampai saat ini mas Tommy belum pernah menyentuhku sedikitpun."
Lagi - lagi Dewi terkejut dengan kenyataan baru yang di dapat.
"Sepertinya aku wanita yang benar - benar buruk wi sampai dia jijik menyentuhku. Aku sudah menggodanya, benar - benar menjatuhkan harga diriku di depannya dengan berlaku seperti wanita ja-lang yang seringnya berakhir dengan aku di siksa wi. Padahal katanya laki - laki itu bisa bercinta dengan wanita walaupun tanpa ada rasa cinta sekalipun, tanpa ada rasa cinta sedikitpun" Nastya menatap langit - langit cafe dengan pandangan kosong.
"Suamiku menyentuhku dengan cara lain wi, yaitu menyiksaku. Aku di siksa fisik dan mentalku. Kenapa tidak menceraikan aku saja? Atau bunuh saja aku sekalian" imbuh Nastya.
"Hei sayaang, jangan bilang gitu donk" Dewi sampai bergidik ngeri dengan tatapan kosong Nastya.
"Ternyata dalam pernikahan, tidak hanya KDRT dan perselingkuhan yang menyakitkan. Tidak dihargai, disepelekan, tidak dianggap, tidak dibela, tidak diprioritaskan juga tidak disentuh ternyata sangat menyakitkan. Jadi mikirnya, ya buat apa berumah tangga kalau kayak gini menjalaninya wi" helaan nafas terdengar lagi, air mata Nastya mulai mengering meninggalkan jejak mata dan hidungnya yang memerah. "Ntah ini nanti kalau mas Tommy pake nambah selingkuh juga, aku nggak tahu lagi deh wi kudu gimana. Mungkin aku menyerah"
"Lebih serem dari rumah dan film horor ya?" Dewi mencoba mencairkan suasana karena Nastya memang paling takut sekali dengan wahana rumah hantu dan film horor.
"Lebih serem wi, rumah dan film hantu mah lewat, nggak ada apa - apanya" Nastya tertawa.
"Sayaang, aku yakin Tuhan tidak akan memberi hambanya cobaan di luar batas kemampuannya. Aku yakin Tuhan memberimu ujian ini karna Tuhan menganggap kamu bisa melewati dan menyiapkan sesuatu yang lebih indah, lebih baik untuk kamu di depan nanti." Menjeda ucapannya dengan menggenggam tangan Nastya, "cobalah sekali lagi, perjuangkan kembali suami dan pernikahanmu. Mungkin butuh waktu yg lebih lama, tenaga yang lebih banyak, mental yang lebih kuat, fisik yang lebih tangguh, bahkan air mata yang lebih dalam setiap doa dan usahamu"
Nastya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, tangannya menggenggam balik tangan Dewi. Dia seperti mendapat energi, semangat dan motivasi baru untuk berjuang lagi.
"Thank you wi, thank you" Nastya begitu terharu.
"Yang terakhir, jika semua usahamu belum membuahkan hasil sesuai harapanmu, belajarlah ikhlas Nas, berlapang dada. Biar kamu tenang, sesulit apapun keadaanmu, tolong ajari hatimu menerima keadaan tanpa ada kebencian. Kadang manusia tidak tahu, tidak semua yang kita inginkan itu yang terbaik menurut Tuhan".
Tanpa kata Nastya memeluk sahabatnya itu, beban yang menghimpit hatinya seakan berkurang.
Mengurai pelukan, "makasih banyak ya wi, aku speechless"
"Waa ketemu kalian disini, haii lagi ngapain?" Sapaan wanita membuat Nastya dan Dewi menoleh ke sumber suara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments